Don't Call Me Pretty Boy!!
Mian klo ceritanya gaje dan aneh bgt.
Idenya tiba-tiba muncul begitu aja pas mau tidur dengan nyawa yang sedikit
jadinya ya beginilah ceritanya :3
Rate : T
Genre : Romance
Pairing : XiuHan -Kim Minseok, Xi Luhan-
Other cast : Oh Sehun, Chen, Suho
Warning : GS!Xiumin, Baekhyun w/
Kyungsoo. Cerita kgag jelas, aneh dan ngawur. Mian typo :3 Bila gag suka jangan
dibaca!!
-
-
-
-
Happy reading~
-
-
-
-
Luhan.
Seorang flower boy yang terkenal disekolahnya. Dikenal dengan namja yang ramah,
baik hati, dan selalu menebar senyum dimana-mana. Tapi ada hal yang dapat
merubah semua sikapnya itu bila ada seseorang yang memanggilnya "namja
cantik". Dia akan menunjukkan sikap yang benar-benar bertolak belakang
dengan sikapnya yang kelewat ramah itu. Dia akan benar-benar marah dan tidak
segan-segan untuk menghajar siapa saja yang berani memanggilnya seperti itu.
Dia tidak peduli meskipun itu adalah yeoja sekalipun, dia akan benar-benar
menghajar yeoja itu. Mengerikan bukan.
Seluruh
sekolah sudah tahu akan akibatnya bila memanggil Luhan dengan sebutan
"namja cantik." Tidak ada orang yang berani memanggilnya seperti itu.
Mereka semua benar-benar takut akan apa yang akan Luhan lakukan pada mereka.
Tapi tidak dengan yeoja yang satu ini. Namanya adalah Kim Minseok. Dia adalah
murid pindahan dari Jerman. Merupakan sepupu jauh dari Oh Sehun -teman Luhan-.
Dia memang masih baru disekolah XOXO high school jadi diharap maklum bila dia
tidak tahu akan peraturan tersembunyi disekolah barunya ini.
Dan
hari ini kata-kata yang tidak boleh diucapkan keluar dari mulut seorang yeoja
polos bernama Kim Minseok.
"Kau
sangat cantik Luhan-ssi. Meskipun kau seorang namja tapi wajahmu kelewat cantik
seperti seorang yeoja. Aku yang yeoja saja begitu iri melihatnya. Baru kali ini
aku bertemu seorang namja canti sepertimu Luhan-ssi."
Minseok
berkata dengan begitu polosnya. Dia mengukir senyuman yang manis dihadapan
teman barunya dan juga Luhan. Luhan yang kaget mendengar kata itu diucapkan
sudah siap-siap dengan sebuah pukulan yang keras diwajah Minseok. Sehun yang
melihat Luhan seperti itu menahan tangan Luhan. Sehun menggeleng cepat kearah
Luhan. Suho dan Chen yang merasakan suasana sudah mulai terasa panas membuat
mereka mau tidak mau mencairkan suasana meskipun kini terlihat begitu canggung
dengan suara tawa Chen dan Suho yang dipaksa.
"Ha..ha..ha..mengapa
kau bilang seperti itu Minseok-ah? Luhan hyung ini adalah namja yang begitu
real namja."
"Tapi
wajahnya tidak memperlihatkan dia seperti seorang yang real namja. Apakah
kalian tidak memperhatikan wajahnya? Wajah Luhan sangat cantik."
"Ha..ha..ha..lebih
baik sekarang kita kembali kekelas saja. Sebentar lagi bel masuk akan
berbunyi."
Suho
dan Chen membawa Minseok pergi dari kantin. Lebih tepatnya menyelamatkan Minseok
dari amukan singa yang saat ini sudah siap menyergap mangsanya. "Lepaskan
tanganmu Oh Sehun!" Wajah Luhan masih dipenuh dengan amarah. "Kumohon
maafkan noonaku hyung. Dia masih baru disini sehingga dia tidak tahu apa-apa
soal kata-kata itu. Kumohon hyung jangan menyakitinya." Sehun memohon
berharap lebih kepada Luhan untuk tidak menghajar Minseok sampai babak belur.
"Baiklah kali ini dia aku maafkan. Tapi bila dia berkata seperti itu lagi
aku tidak akan segan-segan untuk menghajar dia. Aku tidak peduli meskipun dia
seorang yeoja sekalipun. Kuharap kau segera memberitahu kepada noona
kesayanganmu itu untuk tidak mengatakan kata itu lagi kepadaku." Luhan
berdiri dan pergi meninggalkan Sehun sendirian. Masih dengan penuh emosi.
"Aigoo. Aku tidak akan membiarkan noona dihajar habis-habisan oleh Luhan
hyung."
-
-
Skip Time
-
-
Tak
terasa sudah satu semester Minseok bersekolah di XOXO high school. Selama satu
semester itu Minseok tak henti-hentinya memanggil Luhan dengan "namja
cantik." Dan selama itu juga Luhan tak henti-hentinya nyaris memukul wajah
Minseok. Tapi usahanya selalu berhasil ditahan oleh Sehun, Chen dan Suho.
Mereka bertiga selalu melindungi Minseok dari serangan amukan Luhan.
"Eunni...Minseok
eunni..." Seseorang memanggil Minseok dari kejauhan.
"Baekhyun,
Kyungsoo. Ada apa?" Kedua yeoja yang dihadapan Minseok sekarang hanya
tersenyum tidak jelas.
"Dimanakah
pangeranmu dan ketiga pelindungmu itu eunni?" Goda Baekhyun.
Minseok
memasang wajah tak mengerti. "Kau jangan pura-pura tidak tahu eunni. Luhan
oppa, Chen, Suho, dan sepupumu Sehunnie."
Minseok
mengangguk mengerti. "Aku tidak tahu mereka ada dimana sekarang.
Sepertinya sekarang aku akan pulang sendirian tanpa Sehun."
"Baiklah
kita akan pulang bersama-sama eunni. Dan hari ini aku akan mentraktir kalian
makan siang."
Minseok
dan Kyungsoo terlihat bahagia mendengar Baekhyun akan mentraktir mereka berdua.
Kini mereka bertiga berjalan senang keluar sekolah.
-
-
Skip Time
-
-
Malam
harinya dirumah kediaman keluaga Oh terlihat begitu sepi. Hanya ada Sehun dan
Minseok saja dirumah. Tuan dan Nyonya Oh seperti biasa saat ini masih berada
dikantonya. Masih sibuk dengan semua dokumen-dokumen yang menurut Sehun
benar-benar membuat Tuan dan Nyonya Oh sudah melupakan anak semata wayangnya
ini.
Tok
tok tok. Terdengar suara ketukan pintu dari kamar Minseok. Minseok membuka
pintunya dan mendapati Sehun ada didepan kamarnya.
"Noona
bolehkah aku masuk?" Minseok mengangguk pelan.
"Tentu
saja. Masuklah." Sehun masuk dan duduk diranjang Minseok.
"Apakah
ada yang ingin kau bicarakan denganku Sehunnie?" Kini Minseok sudah
memposisikan dirinya duduk disamping Sehun.
"Sebelumnya
aku minta maaf bila aku lancang menanyakan hal ini kepadamu noona."
"Baiklah.
Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Apakah masalah Luhan lagi?"
Sehun
mengangguk pelan. "Apakah noona menyukai Luhan hyung? Mengapa noona suka
sekali memanggil Luhan hyung seperti itu? Aku, Chen hyung dan Suho hyung sudah
lelah terus melindungimu dari amukan Luhan hyung, noona. Bisakah noona kali ini
jangan membuat Luhan hyung marah kepadamu?"
"Mianhae
Sehun-ah aku sudah membuatmu kelelahan dengan sikapku ini." Minseok
tertawa kecil. "Namja cantik. Aku sudah lama tidak memanggil Luhan seperti
itu. Dulu dia tidak pernah marah setiap kali orang memanggilnya saperti itu,
tapi mengapa dia tiba-tiba menjadi sangat mengerikan saat orang memanggilnya
seperti itu. Seandainya Kris ada disini pasti dia akan menghajar Luhan
habis-habisan karena dia sudah memukulku. Tapi untung ada kau, Chen dan Suho
yang melindungiku."
"Luhan
hyung sudah tidak seperti dulu lagi noona. Setelah kau dan Kris hyung
meninggalkannya dulu, Luhan hyung juga telah kembali ke China. Dan setelah dia
kembali lagi kesini Luhan hyung sudah berubah menjadi seperti sekarang."
Minseok
tersenyum mendengar ucapan Sehun. "Sepertinya aku harus berbicara serius
dengan Luhan."
"Aku
kira kau menyukai Kris hyung noona. Tapi nyatanya tidak."
"Hahaha......tidak.
Aku tidak menyukai Kris. Aku begitu terkejut sekarang Kris sudah memiliki
kekasih di Kanada. Kau tahu sendiri kalau aku sudah menyukai Luhan sejak kecil.
Tapi sepertinya aku harus meminta maaf kepada Luhan terlebih dahulu karena
sudah membuat dia begitu marah kepadaku. Aku tidak menyangka bahwa dia akan
memukulku meskipun aku ini adalah seorang yeoja."
"Aku
tidak tahu mengapa Luhan hyung begitu membenci kata-kata itu. Besok apakah
noona akan meminta maaf kepada Luhan hyung."
Minseok
mengangguk pasti. "Tentu saja. Besok kau, Chen dan Suho tidak perlu
mengikutiku. Aku ingin bicara berdua saja dengan Luhan."
"Apakah
noona juga akan menyatakan perasaan noona?"
"Aku
tidak tahu. Mungkin iya. Aku akan mengatakan yang sebenarnya kepada Luhan
besok." Minseok kini tersenyum bahagia. Sehun pun ikut tersenyum juga.
"Baiklah
noona. Mianhaeyo sudah mengganggu istirahatmu. Aku akan kembali kekamar
sekarang. Selamat malam noona. Aku menyayangimu."
"Selamat
malam Sehunnie. Aku juga menyayangimu."
-
-
-
-
Jam
istirahat digunakan Minseok untuk berbicara empat mata dengan Luhan diatap
sekolah. Sehun, Chen, dan Suho hanya menunggu mereka dibawah sambil was-was
bila terjadi hal yang tidak mengenakan pada Minseok. Dan entah darimana dan
siapa yang mengajak Baekhyun dan Kyungsoo sekarang, mereka berdua tiba-tiba
ikut menunggu Minseok dan Luhan dibawah.
Diatap,
keheningan masih mendomonasi suasana. Minseok dan Luhan masih terdiam dengan
pemikiran mereka masing-masing. Luhan yang tidak tahan dengan suasana seperti
ini memulai angkat bicara.
"Apa
yang ingin kau bicarakan kepadaku Minseok?"
"Sekarang
aku sudah mulai terbiasa kau memanggilku dengan nama asliku Luhan."
Minseok
tersenyum manis dan Luhan hanya tersenyum mengejek pada Minseok. Kini Minseok
berjalan mendekat kearah Luhan.
"Mianhae
Luhan-ah. Jeongmal Mianhae. Aku sudah membuatmu begitu marah karena aku memanggilmu
seperti itu. Aku tidak tahu bahwa kau akan semarah ini kepadaku."
"......"
"Aku
begitu terkejut saat kau bilang akan memukulku bila aku memanggilmu seperti
itu. Setiap hari aku terus memanggilmu seperti itu hanya untuk mengetesmu
apakah kau benar-benar akan memukulku. Aku berpikir bahwa kau tidak akan
melakukan hal itu karena dulu kau begitu senang saat pertama kali aku
menyebutmu seperti itu. Tapi ternyata semua itu salah. Kau ternyata benar-benar
akan memukulku. Seandainya Kris tahu apa yang sedang kau lakukan kepadaku saat
ini, kira-kira apa yang akan dia lakukan terhadapmu?"
"Dia
akan melindungimu dan berkata, 'jangan sentuh Minseok bila kau ingin
menyakitinya. Bila kau ingin menyakitinya kau harus melawanku terlebih dahulu.'
Perkataan dia terdengar seperti orang dewasa padahal umurnya masih enam tahun
waktu itu."
Minseok
tertawa kecil. "Aku tidak akan menanyakan alasanmu mengapa kau sampai
bersikap seperti ini kepada semua orang bila mereka menyebutmu seperti itu.
Mianhae Luhan-ah waktu itu aku pergi meninggalkanmu saat kau membutuhkanku
waktu itu. Aku begitu menyesal. Mungkin sikapmu yang seperti ini adalah bayaran
untukku yang sudah pergi meninggalkanmu."
Minseok
menatap Luhan dengan perasaan bersalah. Dia mencoba sekuat tenaga untuk
tersenyum sekarang. 'Aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh menangis.'
Kata-kata itu yang sekarang terus Minseok katakan didalam hati. Luhan yang
melihat Minseok seperti itu sedikit terkejut. Dia tiba-tiba memeluk Minseok.
Membelai lembut rambut Minseok.
"Bila
kau ingin menangis, menangis saja bodoh. Kau jangan menipu dengan senyum manis
palsumu seperti itu. Kau terlihat begitu jelek." Perkataan Luhan sukses
membuat Minseok menangis dipelukan Luhan.
Beberapa
menit Minseok masih menangis dipelukan Luhan. Setelah merasa Minseok sudah
lebih baik Luhan melepaskan pelukannya. Menghapus air mata Minseok. "Kau
jangan menangis baozi. Kau akan terlihat begitu jelek." Minseok yang
mendengar perkataan Luhan seperti itu langsung memukul Luhan. Hanya sebuah pukulan
yang dibuat-buat saja. Luhan tertawa melihat sikap Minseok seperti ini. Dia
kembali membawa Minseok kedalam pelukannya. "Lu~ ada satu hal yang belum
aku katakan kepadamu." Luhan langsung melepaskan pelukannya.
Minseok
kini sedikit mencondongkan badannya mendekat ke Luhan untuk bisa berbisik
kepada Luhan. "Saranghae Xi Luhan." Bisik Minseok. Dia kembali
menghadap Luhan yang sekarang hanya bisa terdiam mendengar bisikan Minseok
tadi. "Mengapa kau hanya diam saja Luhan-ssi? Apakah perkataanku membuatmu
marah? Mianhaeyo." Minseok menundukkan wajahnya karena merasa bersalah
pada Luhan. "Apakah aku terlihat seperti marah baozi?" Minseok
mengangkat kepalanya. Melihat kini Luhan tersenyum manis padanya. "Jadi
kau tidak marah padaku?" Luhan menggeleng pelan. Minseok terlihat begitu
senang sekarang. Minseok tiba-tiba mengecup bibir Luhan dan itu sukses membuat
Luhan terkejut dan wajahnya langsung berubah menjadi memerah. Tapi itu hanya sebuah
kecupan sesaat saja. Setelah itu Minseok memeluk Luhan dengan bahagia.
"Gomawo Luhan-ah. Aku kira kau marah kepadaku." Luhan melepas pelukan
Minseok dengan paksa.
"Wae?
Apakah aku membuatmu marah lagi?"
"Benar.
Kau membuatku begitu marah baozi."
"Benarkah?
Aigoo mianhae. Jeongmal mianhae Luhan-ah. Aku berjan...."
Belum
sempat Minseok melanjutkan ucapannya Luhan sudah mencium bibir Minseok. Minseok
begitu terkejut dengan ciuman Luhan yang begitu tiba-tiba. Minseok tersenyum
dan membalas ciuman Luhan. Luhan menghentikan ciumannya dan berbisik kepada
Minseok. "Kau sudah membuatku begitu marah karena sudah berani menciumku
baozi." Minseok tersenyum malu. Dia menatap Luhan dengan wajah merahnya
sekarang.
"Jadi
apakah tuan Xi "namja cantik" Luhan mau menjadi kekasih Kim
Minseok?"
"Yakk
seharusnya aku yang berbicara seperti itu. Dan hilangkan sebutan itu dari
namaku baozi."
"Aku
tidak mau. Aku akan terus memanggilmu namja cantik."
"Baiklah
terserah kau saja. Dan tuan Xi "namja cantik" Luhan berkata apakah
Kim "yeoja jelek" Minseok ini mau menjadi kekasihku? Sebelumnya aku
akan mengatakannya. Saranghae Kim Minseok."
"Yakk
mengapa kau menyebut "yeoja jelek" diantara namaku?"
"Baiklah.
Aku akan mengulangnya lagi. Apakah yeoja dihadapanku saat ini, Kim Minseok, mau
menjadi kekasih Xi Luhan?"
"Tentu
saja aku akan menerimanya dengan senang hati. Kim Minseok adalah milik Xi
Luhan. Dan Xi Luhan adalah milik Kim Minseok."
"Bukankah
itu kata-kataku yang dulu?"
"Jadi
kau masih mengingat kata-kata itu?"
"Tentu
saja aku masih mengingatnya. Kata-kata itu tidak pernah kulupakan.”
Minseok
tersenyum senang dan Luhan sekali lagi menempelkan bibirnya dengan bibir
Minseok kembali. Sebuah ciuman lembut yang mereka rasakan membuat mereka enggan
untuk melepaskan ciuman ini.
-
-
Dibawah
kini terlihat mereka berlima masih setia dengan wajah cemas mereka. "Mengapa
mereka begitu lama? Kita sudah membolos jam pelajaran Jung seonsangnim
sekarang. Aku tidak tahu apa hukuman yang dia berikan." Chen sudah mulai
gelisah sekarang. "Ck! Berhentilah merengek Chen. Yang dihukum bukan hanya
kau saja. Tapi kita semua juga akan terkena hukuman." Suho memberikan
tatapan tajam kepada Chen. "Mianhaeyo hyung aku sudah membuatmu seperti
ini." Wajah Sehun kini berubah menjadi sedih dan bersalah. "Yakk
kalian berdua, mengapa kalian juga ikut-kutan menunggu Minseok dan Luhan hyung
disini? Lebih baik kalian kembali saja kekelas kalian." Perintah Suho.
"Kau saja yang kembali kekelasmu. Kita berdua sebagai teman Minseok eunni
akan setia menunggunya disini sampai dia kembali." Perkataan Baekhyun
membuat Suho langsung terdiam.
"Mengapa
kalian masih disini? Bukankah seharusnya kalian ada dikelas sekarang."
Suara Minseok membuat kelima orang yang sedari tadi menunggunya kini terlihat
gembira karena Minseok dan Luhan sudah menampakkan dirinya. "Eunni."
Kyungsoo dan Baekhyun langsung berlari kearah Minseok. "Gwaenchanayo
eunni? Luhan oppa tidak memukulmu kan?" Tanya Kyungsoo cemas. Minseok
menggeleng pelan. "Ani. Luhan tidak memukulku. Dia yang kupukul
duluan." Minseok menoleh kearah Luhan. "Benarkah eunni? Daebak! Minseok
eunni jjang!" Baekhyun bersorak gembira. Minseok melihat Sehun, Chen dan
Suho masih dengan wajah cemasnya.
"Maaf
sudah membuat kalian menunggu lama."
"Noona
sudah menaklukan singa yang liar itu bukan?"
"Tentu
saja. Aku sudah menaklukannya. Kau lihat sekarang, dia sudah terlihat seperti
Luhanku yang dulu."
"Sudahlah.
Nanti saja basa-basinya. Lebih baik sekarang kita kembali kekelas saja."
Luhan
menggandeng tangan Minseok, menariknya dan mengajaknya kembali kekelas mereka.
"Chen-ah, Suho-yah, terima kasih kalian sudah mencemaskanku. Baekhyunnie
dan Kyungsoo-yah, terima kasih juga. Sampai bertemu nanti sepulang
sekolah." Luhan dan Minseok kini sudah semakin jauh dari mereka berlima.
"Apakah
Minseok eunni dan si pangeran sudah menjadi kekasih sekarang?" Tanya
Kyungsoo. "Menurut noona bagaimana?" Sehun kembali bertanya.
"Tentu saja mereka sudah menjadi kekasih setelah turun dari atap
tadi." Baekhyun berkata dengan semangat. "Aku bisa melihat dari sikap
eunni dan Luhan oppa yang terlihat begitu dekat." Tambah Baekhyun.
"Itul lah jawabannya. Singa sudah ditaklukan sekarang. Kajja kita kembali
kekelas." Mereka berlima melangkahkan kaki menuju kelas mereka
masing-masing dengan perasaan yang sama bahagianya seperti Minseok dan Luhan
saat ini.
-End-
Mian klo feelnya gag dapat. Ceritanya
juga begitu dibuat terpaksa. Mianhaeyo~
Pai~pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar