Kamis, 25 September 2014

FF XiuHan/LuMin Couple

Don't Call Me Pretty Boy!!


Mian klo ceritanya gaje dan aneh bgt. Idenya tiba-tiba muncul begitu aja pas mau tidur dengan nyawa yang sedikit jadinya ya beginilah ceritanya :3

Rate : T

Genre : Romance

Pairing : XiuHan -Kim Minseok, Xi Luhan-

Other cast : Oh Sehun, Chen, Suho

Warning : GS!Xiumin, Baekhyun w/ Kyungsoo. Cerita kgag jelas, aneh dan ngawur. Mian typo :3 Bila gag suka jangan dibaca!!
-
-
-
-

Happy reading~

-
-
-
-


Luhan. Seorang flower boy yang terkenal disekolahnya. Dikenal dengan namja yang ramah, baik hati, dan selalu menebar senyum dimana-mana. Tapi ada hal yang dapat merubah semua sikapnya itu bila ada seseorang yang memanggilnya "namja cantik". Dia akan menunjukkan sikap yang benar-benar bertolak belakang dengan sikapnya yang kelewat ramah itu. Dia akan benar-benar marah dan tidak segan-segan untuk menghajar siapa saja yang berani memanggilnya seperti itu. Dia tidak peduli meskipun itu adalah yeoja sekalipun, dia akan benar-benar menghajar yeoja itu. Mengerikan bukan.

Seluruh sekolah sudah tahu akan akibatnya bila memanggil Luhan dengan sebutan "namja cantik." Tidak ada orang yang berani memanggilnya seperti itu. Mereka semua benar-benar takut akan apa yang akan Luhan lakukan pada mereka. Tapi tidak dengan yeoja yang satu ini. Namanya adalah Kim Minseok. Dia adalah murid pindahan dari Jerman. Merupakan sepupu jauh dari Oh Sehun -teman Luhan-. Dia memang masih baru disekolah XOXO high school jadi diharap maklum bila dia tidak tahu akan peraturan tersembunyi disekolah barunya ini.

Dan hari ini kata-kata yang tidak boleh diucapkan keluar dari mulut seorang yeoja polos bernama Kim Minseok.
"Kau sangat cantik Luhan-ssi. Meskipun kau seorang namja tapi wajahmu kelewat cantik seperti seorang yeoja. Aku yang yeoja saja begitu iri melihatnya. Baru kali ini aku bertemu seorang namja canti sepertimu Luhan-ssi."

Minseok berkata dengan begitu polosnya. Dia mengukir senyuman yang manis dihadapan teman barunya dan juga Luhan. Luhan yang kaget mendengar kata itu diucapkan sudah siap-siap dengan sebuah pukulan yang keras diwajah Minseok. Sehun yang melihat Luhan seperti itu menahan tangan Luhan. Sehun menggeleng cepat kearah Luhan. Suho dan Chen yang merasakan suasana sudah mulai terasa panas membuat mereka mau tidak mau mencairkan suasana meskipun kini terlihat begitu canggung dengan suara tawa Chen dan Suho yang dipaksa.

"Ha..ha..ha..mengapa kau bilang seperti itu Minseok-ah? Luhan hyung ini adalah namja yang begitu real namja."

"Tapi wajahnya tidak memperlihatkan dia seperti seorang yang real namja. Apakah kalian tidak memperhatikan wajahnya? Wajah Luhan sangat cantik."

"Ha..ha..ha..lebih baik sekarang kita kembali kekelas saja. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi."

Suho dan Chen membawa Minseok pergi dari kantin. Lebih tepatnya menyelamatkan Minseok dari amukan singa yang saat ini sudah siap menyergap mangsanya. "Lepaskan tanganmu Oh Sehun!" Wajah Luhan masih dipenuh dengan amarah. "Kumohon maafkan noonaku hyung. Dia masih baru disini sehingga dia tidak tahu apa-apa soal kata-kata itu. Kumohon hyung jangan menyakitinya." Sehun memohon berharap lebih kepada Luhan untuk tidak menghajar Minseok sampai babak belur. "Baiklah kali ini dia aku maafkan. Tapi bila dia berkata seperti itu lagi aku tidak akan segan-segan untuk menghajar dia. Aku tidak peduli meskipun dia seorang yeoja sekalipun. Kuharap kau segera memberitahu kepada noona kesayanganmu itu untuk tidak mengatakan kata itu lagi kepadaku." Luhan berdiri dan pergi meninggalkan Sehun sendirian. Masih dengan penuh emosi. "Aigoo. Aku tidak akan membiarkan noona dihajar habis-habisan oleh Luhan hyung."
-
-
Skip Time
-
-
Tak terasa sudah satu semester Minseok bersekolah di XOXO high school. Selama satu semester itu Minseok tak henti-hentinya memanggil Luhan dengan "namja cantik." Dan selama itu juga Luhan tak henti-hentinya nyaris memukul wajah Minseok. Tapi usahanya selalu berhasil ditahan oleh Sehun, Chen dan Suho. Mereka bertiga selalu melindungi Minseok dari serangan amukan Luhan.

"Eunni...Minseok eunni..." Seseorang memanggil Minseok dari kejauhan.

"Baekhyun, Kyungsoo. Ada apa?" Kedua yeoja yang dihadapan Minseok sekarang hanya tersenyum tidak jelas.

"Dimanakah pangeranmu dan ketiga pelindungmu itu eunni?" Goda Baekhyun.

Minseok memasang wajah tak mengerti. "Kau jangan pura-pura tidak tahu eunni. Luhan oppa, Chen, Suho, dan sepupumu Sehunnie."

Minseok mengangguk mengerti. "Aku tidak tahu mereka ada dimana sekarang. Sepertinya sekarang aku akan pulang sendirian tanpa Sehun."

"Baiklah kita akan pulang bersama-sama eunni. Dan hari ini aku akan mentraktir kalian makan siang."

Minseok dan Kyungsoo terlihat bahagia mendengar Baekhyun akan mentraktir mereka berdua. Kini mereka bertiga berjalan senang keluar sekolah.
-
-
Skip Time
-
-
Malam harinya dirumah kediaman keluaga Oh terlihat begitu sepi. Hanya ada Sehun dan Minseok saja dirumah. Tuan dan Nyonya Oh seperti biasa saat ini masih berada dikantonya. Masih sibuk dengan semua dokumen-dokumen yang menurut Sehun benar-benar membuat Tuan dan Nyonya Oh sudah melupakan anak semata wayangnya ini.

Tok tok tok. Terdengar suara ketukan pintu dari kamar Minseok. Minseok membuka pintunya dan mendapati Sehun ada didepan kamarnya.

"Noona bolehkah aku masuk?" Minseok mengangguk pelan.

"Tentu saja. Masuklah." Sehun masuk dan duduk diranjang Minseok.

"Apakah ada yang ingin kau bicarakan denganku Sehunnie?" Kini Minseok sudah memposisikan dirinya duduk disamping Sehun.

"Sebelumnya aku minta maaf bila aku lancang menanyakan hal ini kepadamu noona."

"Baiklah. Apa yang ingin kau tanyakan kepadaku? Apakah masalah Luhan lagi?"

Sehun mengangguk pelan. "Apakah noona menyukai Luhan hyung? Mengapa noona suka sekali memanggil Luhan hyung seperti itu? Aku, Chen hyung dan Suho hyung sudah lelah terus melindungimu dari amukan Luhan hyung, noona. Bisakah noona kali ini jangan membuat Luhan hyung marah kepadamu?"

"Mianhae Sehun-ah aku sudah membuatmu kelelahan dengan sikapku ini." Minseok tertawa kecil. "Namja cantik. Aku sudah lama tidak memanggil Luhan seperti itu. Dulu dia tidak pernah marah setiap kali orang memanggilnya saperti itu, tapi mengapa dia tiba-tiba menjadi sangat mengerikan saat orang memanggilnya seperti itu. Seandainya Kris ada disini pasti dia akan menghajar Luhan habis-habisan karena dia sudah memukulku. Tapi untung ada kau, Chen dan Suho yang melindungiku."

"Luhan hyung sudah tidak seperti dulu lagi noona. Setelah kau dan Kris hyung meninggalkannya dulu, Luhan hyung juga telah kembali ke China. Dan setelah dia kembali lagi kesini Luhan hyung sudah berubah menjadi seperti sekarang."

Minseok tersenyum mendengar ucapan Sehun. "Sepertinya aku harus berbicara serius dengan Luhan."

"Aku kira kau menyukai Kris hyung noona. Tapi nyatanya tidak."

"Hahaha......tidak. Aku tidak menyukai Kris. Aku begitu terkejut sekarang Kris sudah memiliki kekasih di Kanada. Kau tahu sendiri kalau aku sudah menyukai Luhan sejak kecil. Tapi sepertinya aku harus meminta maaf kepada Luhan terlebih dahulu karena sudah membuat dia begitu marah kepadaku. Aku tidak menyangka bahwa dia akan memukulku meskipun aku ini adalah seorang yeoja."

"Aku tidak tahu mengapa Luhan hyung begitu membenci kata-kata itu. Besok apakah noona akan meminta maaf kepada Luhan hyung."

Minseok mengangguk pasti. "Tentu saja. Besok kau, Chen dan Suho tidak perlu mengikutiku. Aku ingin bicara berdua saja dengan Luhan."

"Apakah noona juga akan menyatakan perasaan noona?"

"Aku tidak tahu. Mungkin iya. Aku akan mengatakan yang sebenarnya kepada Luhan besok." Minseok kini tersenyum bahagia. Sehun pun ikut tersenyum juga.

"Baiklah noona. Mianhaeyo sudah mengganggu istirahatmu. Aku akan kembali kekamar sekarang. Selamat malam noona. Aku menyayangimu."

"Selamat malam Sehunnie. Aku juga menyayangimu."
-
-
-
-
Jam istirahat digunakan Minseok untuk berbicara empat mata dengan Luhan diatap sekolah. Sehun, Chen, dan Suho hanya menunggu mereka dibawah sambil was-was bila terjadi hal yang tidak mengenakan pada Minseok. Dan entah darimana dan siapa yang mengajak Baekhyun dan Kyungsoo sekarang, mereka berdua tiba-tiba ikut menunggu Minseok dan Luhan dibawah.

Diatap, keheningan masih mendomonasi suasana. Minseok dan Luhan masih terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing. Luhan yang tidak tahan dengan suasana seperti ini memulai angkat bicara.

"Apa yang ingin kau bicarakan kepadaku Minseok?"

"Sekarang aku sudah mulai terbiasa kau memanggilku dengan nama asliku Luhan."

Minseok tersenyum manis dan Luhan hanya tersenyum mengejek pada Minseok. Kini Minseok berjalan mendekat kearah Luhan.

"Mianhae Luhan-ah. Jeongmal Mianhae. Aku sudah membuatmu begitu marah karena aku memanggilmu seperti itu. Aku tidak tahu bahwa kau akan semarah ini kepadaku."

"......"

"Aku begitu terkejut saat kau bilang akan memukulku bila aku memanggilmu seperti itu. Setiap hari aku terus memanggilmu seperti itu hanya untuk mengetesmu apakah kau benar-benar akan memukulku. Aku berpikir bahwa kau tidak akan melakukan hal itu karena dulu kau begitu senang saat pertama kali aku menyebutmu seperti itu. Tapi ternyata semua itu salah. Kau ternyata benar-benar akan memukulku. Seandainya Kris tahu apa yang sedang kau lakukan kepadaku saat ini, kira-kira apa yang akan dia lakukan terhadapmu?"

"Dia akan melindungimu dan berkata, 'jangan sentuh Minseok bila kau ingin menyakitinya. Bila kau ingin menyakitinya kau harus melawanku terlebih dahulu.' Perkataan dia terdengar seperti orang dewasa padahal umurnya masih enam tahun waktu itu."

Minseok tertawa kecil. "Aku tidak akan menanyakan alasanmu mengapa kau sampai bersikap seperti ini kepada semua orang bila mereka menyebutmu seperti itu. Mianhae Luhan-ah waktu itu aku pergi meninggalkanmu saat kau membutuhkanku waktu itu. Aku begitu menyesal. Mungkin sikapmu yang seperti ini adalah bayaran untukku yang sudah pergi meninggalkanmu."

Minseok menatap Luhan dengan perasaan bersalah. Dia mencoba sekuat tenaga untuk tersenyum sekarang. 'Aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh menangis.' Kata-kata itu yang sekarang terus Minseok katakan didalam hati. Luhan yang melihat Minseok seperti itu sedikit terkejut. Dia tiba-tiba memeluk Minseok. Membelai lembut rambut Minseok.

"Bila kau ingin menangis, menangis saja bodoh. Kau jangan menipu dengan senyum manis palsumu seperti itu. Kau terlihat begitu jelek." Perkataan Luhan sukses membuat Minseok menangis dipelukan Luhan.

Beberapa menit Minseok masih menangis dipelukan Luhan. Setelah merasa Minseok sudah lebih baik Luhan melepaskan pelukannya. Menghapus air mata Minseok. "Kau jangan menangis baozi. Kau akan terlihat begitu jelek." Minseok yang mendengar perkataan Luhan seperti itu langsung memukul Luhan. Hanya sebuah pukulan yang dibuat-buat saja. Luhan tertawa melihat sikap Minseok seperti ini. Dia kembali membawa Minseok kedalam pelukannya. "Lu~ ada satu hal yang belum aku katakan kepadamu." Luhan langsung melepaskan pelukannya.

Minseok kini sedikit mencondongkan badannya mendekat ke Luhan untuk bisa berbisik kepada Luhan. "Saranghae Xi Luhan." Bisik Minseok. Dia kembali menghadap Luhan yang sekarang hanya bisa terdiam mendengar bisikan Minseok tadi. "Mengapa kau hanya diam saja Luhan-ssi? Apakah perkataanku membuatmu marah? Mianhaeyo." Minseok menundukkan wajahnya karena merasa bersalah pada Luhan. "Apakah aku terlihat seperti marah baozi?" Minseok mengangkat kepalanya. Melihat kini Luhan tersenyum manis padanya. "Jadi kau tidak marah padaku?" Luhan menggeleng pelan. Minseok terlihat begitu senang sekarang. Minseok tiba-tiba mengecup bibir Luhan dan itu sukses membuat Luhan terkejut dan wajahnya langsung berubah menjadi memerah. Tapi itu hanya sebuah kecupan sesaat saja. Setelah itu Minseok memeluk Luhan dengan bahagia. "Gomawo Luhan-ah. Aku kira kau marah kepadaku." Luhan melepas pelukan Minseok dengan paksa.

"Wae? Apakah aku membuatmu marah lagi?"

"Benar. Kau membuatku begitu marah baozi."

"Benarkah? Aigoo mianhae. Jeongmal mianhae Luhan-ah. Aku berjan...."

Belum sempat Minseok melanjutkan ucapannya Luhan sudah mencium bibir Minseok. Minseok begitu terkejut dengan ciuman Luhan yang begitu tiba-tiba. Minseok tersenyum dan membalas ciuman Luhan. Luhan menghentikan ciumannya dan berbisik kepada Minseok. "Kau sudah membuatku begitu marah karena sudah berani menciumku baozi." Minseok tersenyum malu. Dia menatap Luhan dengan wajah merahnya sekarang.

"Jadi apakah tuan Xi "namja cantik" Luhan mau menjadi kekasih Kim Minseok?"

"Yakk seharusnya aku yang berbicara seperti itu. Dan hilangkan sebutan itu dari namaku baozi."

"Aku tidak mau. Aku akan terus memanggilmu namja cantik."

"Baiklah terserah kau saja. Dan tuan Xi "namja cantik" Luhan berkata apakah Kim "yeoja jelek" Minseok ini mau menjadi kekasihku? Sebelumnya aku akan mengatakannya. Saranghae Kim Minseok."

"Yakk mengapa kau menyebut "yeoja jelek" diantara namaku?"

"Baiklah. Aku akan mengulangnya lagi. Apakah yeoja dihadapanku saat ini, Kim Minseok, mau menjadi kekasih Xi Luhan?"

"Tentu saja aku akan menerimanya dengan senang hati. Kim Minseok adalah milik Xi Luhan. Dan Xi Luhan adalah milik Kim Minseok."

"Bukankah itu kata-kataku yang dulu?"

"Jadi kau masih mengingat kata-kata itu?"

"Tentu saja aku masih mengingatnya. Kata-kata itu tidak pernah kulupakan.”

Minseok tersenyum senang dan Luhan sekali lagi menempelkan bibirnya dengan bibir Minseok kembali. Sebuah ciuman lembut yang mereka rasakan membuat mereka enggan untuk melepaskan ciuman ini.
-
-
Dibawah kini terlihat mereka berlima masih setia dengan wajah cemas mereka. "Mengapa mereka begitu lama? Kita sudah membolos jam pelajaran Jung seonsangnim sekarang. Aku tidak tahu apa hukuman yang dia berikan." Chen sudah mulai gelisah sekarang. "Ck! Berhentilah merengek Chen. Yang dihukum bukan hanya kau saja. Tapi kita semua juga akan terkena hukuman." Suho memberikan tatapan tajam kepada Chen. "Mianhaeyo hyung aku sudah membuatmu seperti ini." Wajah Sehun kini berubah menjadi sedih dan bersalah. "Yakk kalian berdua, mengapa kalian juga ikut-kutan menunggu Minseok dan Luhan hyung disini? Lebih baik kalian kembali saja kekelas kalian." Perintah Suho. "Kau saja yang kembali kekelasmu. Kita berdua sebagai teman Minseok eunni akan setia menunggunya disini sampai dia kembali." Perkataan Baekhyun membuat Suho langsung terdiam.

"Mengapa kalian masih disini? Bukankah seharusnya kalian ada dikelas sekarang." Suara Minseok membuat kelima orang yang sedari tadi menunggunya kini terlihat gembira karena Minseok dan Luhan sudah menampakkan dirinya. "Eunni." Kyungsoo dan Baekhyun langsung berlari kearah Minseok. "Gwaenchanayo eunni? Luhan oppa tidak memukulmu kan?" Tanya Kyungsoo cemas. Minseok menggeleng pelan. "Ani. Luhan tidak memukulku. Dia yang kupukul duluan." Minseok menoleh kearah Luhan. "Benarkah eunni? Daebak! Minseok eunni jjang!" Baekhyun bersorak gembira. Minseok melihat Sehun, Chen dan Suho masih dengan wajah cemasnya.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama."

"Noona sudah menaklukan singa yang liar itu bukan?"

"Tentu saja. Aku sudah menaklukannya. Kau lihat sekarang, dia sudah terlihat seperti Luhanku yang dulu."

"Sudahlah. Nanti saja basa-basinya. Lebih baik sekarang kita kembali kekelas saja."

Luhan menggandeng tangan Minseok, menariknya dan mengajaknya kembali kekelas mereka. "Chen-ah, Suho-yah, terima kasih kalian sudah mencemaskanku. Baekhyunnie dan Kyungsoo-yah, terima kasih juga. Sampai bertemu nanti sepulang sekolah." Luhan dan Minseok kini sudah semakin jauh dari mereka berlima.

"Apakah Minseok eunni dan si pangeran sudah menjadi kekasih sekarang?" Tanya Kyungsoo. "Menurut noona bagaimana?" Sehun kembali bertanya. "Tentu saja mereka sudah menjadi kekasih setelah turun dari atap tadi." Baekhyun berkata dengan semangat. "Aku bisa melihat dari sikap eunni dan Luhan oppa yang terlihat begitu dekat." Tambah Baekhyun. "Itul lah jawabannya. Singa sudah ditaklukan sekarang. Kajja kita kembali kekelas." Mereka berlima melangkahkan kaki menuju kelas mereka masing-masing dengan perasaan yang sama bahagianya seperti Minseok dan Luhan saat ini.

-End-

Mian klo feelnya gag dapat. Ceritanya juga begitu dibuat terpaksa. Mianhaeyo~


Pai~pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar