Jumat, 29 Januari 2016

ff Kris - Luhan - Xiumin EXO chapter 2 (Photography)

Photography
.
.
Kris – Xiumin – Luhan
.
.
Another member of EXO
.
.
Romance!
BL x BL
.
.
Happy reading~
.
.
Istirahat, lapangan basket yang tadinya sangat tenang kini berubah begitu ramai. Dipenuhi dengan suara perempuan yang menjerit menyebutkan nama orang-orang yang sedang bermain basket sekarang. Kris yang melihat kehebohan tersebut dari pinggir lapangan hanya memasang wajah coolnya.

"Kau tidak mau main kris?" tanya Minseok yang berdiri disampingnya.

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Kenapa?" Minseok menoleh melihat Kris.

Kris menghembuskan napasnya dan melihat Minseok. "Aku tidak mau kau sendirian disini." Dia mengedarkan kembali pandangannya melihat permainan basket.

"Bukankah aku sudah biasa menunggu mu bila kau sedang bermain basket."

Kris tidak menjawab. Matanya tiba-tiba menajam melihat seseorang yang berdiri diseberang lapangan sambil membawa kamera yang menggantung di lehernya. "Itu yang salah Minseok. Aku tidak akan membuat mu menunggu ku bermain basket lagi." Kris mengalihkan pandangannya melihat Minseok. "Ayo kita pergi dari sini." Kris langsung menggandeng tangan Minseok dan sedikit menariknya.

Apakah dia yang dimaksud teman-teman ku menyukai Minseok?

Kris terus berjalan tak tentu arah sambil tetap menggandeng tangan Minseok lebih erat. Pikirannya terus berputar tentang orang yang dia lihat tadi. Pria yang sama seperti kemarin. Memotret Minseok disaat Kris sedang bermain basket. Dia tidak akan lagi bisa melakukan hal itu lagi pada kekasih ku.

"Kris kita mau kemana? Mengapa berjalan mu cepat sekali?"

Kris menghentikan langkahnya. napasnya terengah. Memikirkan pria yang menyukai kekasihnya ini membuat pikirannya sedikit kacau. Minseok memandang Kris dengan wajah bertanya. Dia mengusap pipi Kris untuk memastikan keadaanya baik-baik saja.

"Kau tidak apa-apa Kris? Kau kenapa huh?"

Kris memandang Minseok lama. Tangannya menggengam tangan Minseok lembut dan tersenyum. "Aku hanya berpikir, bagaimana kalau ada orang yang mau merebut mu dari ku." Minseok tertawa dan memukul tubuh Kris pelan.

"Itu tidak akan terjadi Kris."

"Mengapa kau berpikir seperti itu?"

"Apakah selama ini ada seseorang yang mendekati ku? mereka semua bahkan hanya menganggap ku teman sekedarnya Kris. Aku hanya dekat dengan mu dan juga teman-teman mu saja kan. Tidak ada orang lain lagi."

Kris hanya tersenyum nyengir/? "Terima kasih Minseok."

"Untuk apa?"

"Semuanya. Semuanya yang sudah kau berikan pada ku."

"Heii seharusnya aku yang berterima kasih kepada mu."

Dari kejauhan, seseorang terus memotret kemesraan Kris dan Minseok. Dia terus membidikan kameranya pada mereka berdua seperti layaknya mereka adalah model baginya. "Apa yang kau lakukan disini?" seseorang menepuk pundaknya. Dia menghentikan aksi memotretnya. Dia menghembuskan napasnya pelan lalu tersenyum miring.

"Mereka. Apakah kalian tidak penasaran dengan hubungan mereka berdua?"

"Mengapa kita harus penasaran?"

"Kris, bukankah dia seseorang yang sangat sulit sekali di dekati. Dia orangnya begitu kasar, pemarah dan juga dingin pada semua orang. Tapi hanya dengan orang itu, Minseok, dia menjadi orang yang berbeda bila dengannya."

"Sudahlah Luhan, kau jangan mengganggu hubungan orang lain."

"Ayo kita pergi dari sini."

Chanyeol dan Jongdae menarik Luhan paksa untuk pergi dari tempatnya sekarang. "Kalian pergilah duluan. Aku masih belum selesai dengan urusan ku." Chanyeol dan Jongdae saling berpandangan. "Urusan apa maksud mu?" Chanyeol mengerutkan keningnya. "Jangan macam-macam dengan Kris, Luhan. Kris tidak akan segan-segan membunuh mu bila kau menggangunya, apalagi bila itu menyangkut dengan Minseok." Luhan menjetikkan jarinya dan tersenyum lebar.

"Itu dia. Aku akan merebut Minseok dari Kris."

"APA?!" sahut Chanyeol dan Jongdae secara bersamaan.

"Kau gila? Kau ingin mati muda huh?" Jongdae memukul kepala Luhan keras.

"Bila kau ingin mempunyai kekasih bilang pada ku. Aku akan mencarikannya untuk mu, tapi tidak dengan Minseok." Chanyeol menatap Luhan tajam.

"Kalian berdua kenapa huh? Aku hanya penasaran dengan hubungan mereka berdua. Itu saja."
Luhan kembali memfokuskan kameranya pada Kris dan Minseok. Tidak ada? mereka berdua kemana? Luhan melihat kedua sahabatnya dengan wajah kesal. "Ini semua karena kalian. Mereka berdua telah pergi." dan Luhan akhirnya pergi meninggalkan Chanyeol dan Jongdae begitu saja.

"Dia sudah gila Jongdae. Aku tidak akan mau membantunya bila Kris benar-benar menghajar dia."

"Aku juga tidak akan membantunya."
.
.
.
Sepulang sekolah, Minseok mendapatkan jadwal membersihkan kelasnya. Dia pergi ke kelas Kris untuk memberitahunya agar dia pulang terlebih dahulu tanpa menunggunya. Kris yang tidak terima langsung membantu Minseok membersihkan kelasnya.

"Pulanglah duluan. Aku bisa melakukannya sendirian."

"Tidak. Aku akan membantu mu."

Minseok menghampiri Kris yang sedang mengelap jendela. Dia sedikit tertawa melihat Kris sekarang. "Dirumah kau tidak pernah melakukan hal seperti ini, tapi disini kau melakukannya." Kris melirik Minseok sebentar lalu menghentikan kegiatannya. "Alasan ku hanya kau Minseok. Bila tidak ada, aku tidak akan mau melakukannya." Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kelas Minseok.

"Kris, Suho mencari mu."

"Ada apa dia mencari ku?"

"Aku tidak tahu."

Kris menoleh kearah Minseok. "Pergilah. Aku tidak apa-apa."

"Baiklah. Aku pergi dulu."

Kris mengacak rambut Minseok asal lalu dia pergi meninggalkan Minseok yang sekarang sendirian di kelas. Ketika Minseok akan kembali melanjutkan membersihkan kelasnya, Luhan tiba-tiba masuk ke dalam kelas Minseok.

"Apa butuh bantuan?"

Minseok menoleh. Dia terdiam sebentar dan memasang wajah polosnya. "Tidak perlu. Sebentar lagi selesai." Luhan berjalan masuk. Minseok yang sudah kembali melanjutkan kegiatan bersih-bersihnya tidak memperdulikan Luhan sama sekali.

"Ngomong-ngomong, nama ku Luhan. Xi Luhan. Aku dari kelas sebelah."

Minseok terus membersihkan kelasnya tanpa menghiraukan ucapan Luhan. Suasana yang terlihat canggung bagi Luhan. "Kau yakin tidak butuh bantuan?" Luhan berjalan mendekati Minseok. Minseok menegakkan badannya dan melihat kearah Luhan. Dia menggeleng. "Tidak perlu. Ini sudah selesai." Minseok meletakkan sapu di pojokan kelasnya lalu berjalan mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang. Ketika dia akan berjalan keluar kelas, dia melihat Luhan sebentar.

"Terima kasih sudah menemani ku Luhan. Aku pergi dulu."

"Heii tunggu sebentar."

"Ada apa?"

"Nama mu siapa?"

Minseok tersenyum. "Kim Minseok."

Dan minseok telah menghilang pergi. luhan masih dalam mode diamnya membayangkan wajah minseok yang tersenyum padanya. dia hanya tersenyum-senyum tak jelas dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kim Minseok, aku akan memiliki mu."
.
.
.
Malam harinya, Kris mengerjakan tugas sekolahnya di kamar Minseok. Kamar Minseok yang selalu rapi membuat Kris tersenyum malu melihatnya. Kamar Kris yang terlihat berantakan selalu membuat Minseok enggan untuk masuk ke kamarnya. Minseok memukul kepala Kris dengan pensil yang dia pegang.

"Mengapa memukul ku?"

"Konsentrasi Kris. Kau belajar atau hanya melihat kamar ku saja?"

Kris tertawa pelan lalu kembali melanjutkan menulis salinan tugas Minseok. Oh tidak, ternyata Kris ke kamar Minseok bukan mengerjakan tugasnya melainkan menyalin tugas Minseok yang ternyata memang tugas mereka sama.

"Kris…"

"Eemm.."

"Tadi ada anak kelas sebelah yang menemani ku membersihkan kelas."

Kris menghentikan kegiatan menulisnya. Matanya langsung mengarah ke Minseok. "Siapa?"

"Namanya Xi Luhan."

"Luhan?"

Minseok mengangguk. Dia memandang Kris. "Apa kau mengenalnya? Baru pertama kali ada seseorang yang mau menemani ku seperti tadi."

"Besok aku akan mencarinya."

"Kau jangan macam-macam dengannya Kris. Dia tidak bermaksud jahat kepada ku."

Kris mengacak rambut Minseok gemas. "Tidak Minseok. Aku hanya mau mengenalnya saja."

"Baguslah kalau begitu."

Minseok tersenyum dan kembali mengerjakan tugasnya. Kris terus memandang Minseok sambil tersenyum. Luhan, akan ku pastikan kau pergi menjauh dari Minseok. Setelah mereka berdua selesai mengerjakan tugas mereka, Kris langsung membaringkan tubuhnya di ranjang Minseok.

"Aahh nyamannya." Dia merenggangkan tubuhnya.

"Kris, aku lapar. Aku mau pergi ke supermarket di sebrang jalan."

"Astaga Minseok, makan malam tadi tidak cukup untuk mu?"

"Tenaga ku terkuras habis karena mengerjakan tugas dari Guru Na. Kau enak hanya menyalin tugas ku, makanya tenaga mu masih ada."

Minseok melipat tangannya ke dada dan memasang wajah cemberut. Kris hanya tertawa melihatnya.
"Aku pergi dulu."

Minseok mengambil hoodienya dari dalam lemari dan memakainya. "Minseok kemarilah." Minseok duduk di pinggir ranjang. "Apa?" Kris merangkak duduk di samping Minseok lalu memakaikan topi hoodie yang Minseok pakai.

"Hati-hatilah di jalan anak kucing. Jangan membuat ku menunggu mu terlalu lama."

"Aaisshh kau kira aku masih anak-anak?"

Kris tersenyum lebar. "Aku tidak menyangka kalau kau sudah besar dan pendek."

"Kris!" Minseok memukul Kris pelan. "Aku pergi!" Minseok berjalan dengan wajah cemberutnya.
.
.
.
Minseok terus berputar memilih makanan ringan yang akan dia beli. Dia terus mengambil beberapa makanan dan minuman ringan. Isi keranjang belanjaan yang sudah tak muat lagi membuat Minseok terkejut. Dia tak menyangka kalau dia mengambil makanan ringan begitu banyak.

"Apa kau akan menghabiskan itu semua?"

Minseok langsung melihat orang yang sekarang ada di depannya. "Kau…" Minseok menunjuk orang itu. "Luhan?" Minseok menyebut nama orang yang di hadapannya dengan ragu.

"Kau masih ingat dengan ku, Minseok?"

"Tentu saja. Bukankah baru tadi siang kita berkenalan."

Luhan mengambil salah satu makanan ringan dari keranjang Minseok. "Kau yakin akan menghabiskan ini semua?"

Minseok menghembuskan napasnya dan menggeleng pelan. "Aku tiak yakin. Aku tidak sadar kalau aku mengambil terlalu banyak makanan di keranjang ku."

Luhan tertawa. "Aku bisa membantu mu memakan ini semua."

Minseok memandang Luhan ragu. "Terima kasih Luhan. Kau baik sekali, tapi aku akan mengembalikan setengah makanan ini ke raknya."

"Aku akan membayar semuanya."

Luhan langsung meraih keranjang belanjaan Minseok dan berjalan menuju kasir. Minseok hanya berkedip bingung dengan sikap Luhan. Dia berjalan kearah Luhan ketika Luhan memanggil namanya.

"Mengapa kau membayar makanan ku? bahkan ada dua kantong yang kau bawa."

"Sebagai pesta perkenalan kita. Aku akan menunjukan pada mu tempat yang akan membuat mu terpana. Kita akan menghabiskan makanan ini disana."

"Dimana?"

"Sudahlah ikut saja dengan ku."

Minseok menghentikan langkahnya. Luhan hanya tersenyum memandang Minseok yang masih ragu tentang ajakannya itu. "Tidak apa-apa bila kau tidak mau pergi. Lain kali aku bisa menunjukkan tempat itu pada mu."

"Terima kasih Luhan. Maaf aku tidak bisa ikut dengan mu. Seseorang sedang menunggu ku di rumah, aku tidak mau membuatnya khawatir."

Minseok mengambil kantong makanan dari tangan Luhan. "Terima kasih sudah membayar semua makanan ku. Besok di sekolah aku akan menggantinya. Aku pergi dulu."

Minseok berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Luhan yang masih berdiri mematung di tempatnya. "Sepertinya agak sulit untuk mendekatinya."

Sampainya di rumah, Minseok melihat Kris yang kini duduk di depan tv sambil mengganti channel tv yang sama sekali tidak menarik baginya. Minseok mendudukan dirinya di smaping Kris. "Woow kau membeli makanan sebanyak itu." Kris melirik ke kantong makanan yang Minsoek bawa.

"Ini untuk mu." Minseok menyerahkan semua kantong makanannya pada Kris lalu berjalan naik menuju kamarnya. "Heii mengapa ini untuk ku? semuanya?" Minseok mengangguk. "Untuk mu semua." Kris masih memasang wajah bodohnya melihat dua kantong makanan yang ada di pangkuannya sekarang.

Minseok membaringkan tubuhnya di ranjang. Masih memikirkan kejadian tadi ketika bertemu dengan Luhan di supermarket. "Apa dia akan baik-baik saja bila dia seperti itu pada ku?" Minseok memeluk salah satu bonekanya. "Aku hanya tidak mau kejadian yang dulu terulang kembali." Minseok menghembuskan napasnya. Dia menutup matanya dan mulai menidurkan dirinya.


Tbc…

Sabtu, 02 Januari 2016

ff XiuHan/LuMin - U R Chapter 1

U R
.
.
XiuHan – LuMin
Xiumin – Luhan
.
.
Romance
BL!!
.
.
Happy reading~
.
.
.

Hal yang membuat ku begitu senang berkerja seperti ini adalah aku bisa melihatnya. Orang yang pertama kali membuat jantung ku berdebar tak karuan. Orang yang membuat ku tak bisa tidur nyenyak setiap malam. Orang yang selalu membuat ku selalu tersenyum setiap hari. Orang yang membuat ku tak fokus pada apapun. Orang itu, orang itu, orang itu selalu orang itu. Aku bahkan tidak tahu pesona apa yang dia pancarkan sehingga membuat ku menjadi orang yang bahagia didunia ini, menurutku.

Hari ini aku menunggu kedatangan dia. Menyapa ku dengan senyumannya. Membayangkannya saja sudah membuat jantungku berdetak kencang. Aku malu sendiri. Dari kejauhan aku bisa melihatnya berjalan santai ke arah ku. Aku harus mempersiapkan jantung ku bila dia tiba-tiba mengajak ku berfoto. Ayolah jangan bermimpi!! Berfoto bersama dengan ku dengan penampilan seperti ini?!
Dia mulai mendekat. Aku melihatnya dibalik lubang kecil ini. Meskipun tidak begitu jelas melihat wajahnya, tapi aku bisa melihat dia sedang tersenyum sekarang. Melihat dia tersenyum lebar seperti itu membuat ku begitu nyaman. Sepertinya pipi ku mulai merona sekarang.

“Haiii anak rusa. Setiap hari kau sangat lucu sekali.”

Dia berkata aku sangat lucu? Aku tidak salah dengar kan? Dibilang lucu saja aku sudah tersipu apalagi bila dia mengatakan ‘aku mencintai mu’. Aku menepis angan-angan ku tentang itu. Apa-apan aku berpikir demikian? Sudah lupakan saja tentang perasaan ini.

Aku melihatnya mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya. Sepertinya ada yang menelponnya. Aku sedikit mendekat padanya agar bisa mendengar pembicaraan dia dengan orang yang menelponnya ini. Bagi ku orang yang menelpon dia benar-benar mengganggu waktu berdua ku dengannya.

“Kau jangan menangis Jaemin. Aku nanti akan menjemputmu setelah kau sembuh.”

Siapa Jaemin?

“Sudah kubilang jangan memanggil ku noona. Aku ini namja.”

Mendengarnya berkata bahwa dia adalah namja membuat ku ingin tertawa. Bagaimana seorang namja bisa memiliki wajah begitu manis layaknya yeoja sepertinya. Aku berpikiran sama dengan orang yang menelponnya, memanggil dirinya noona.

“Kau ingin apa? Rusa? Apa maksudmu dengan rusa?”

Aku tersentak. Rusa? Mengapa dia berkata rusa? Aku melangkah pelan agar sedikit menjauh darinya. Aku meliriknya sekilas. Dia melihat kearah ku. Apa yang terjadi huh? Lalu dia mulai tersenyum dan berjalan mengahampiri ku.

“Aku bersama dengan rusa sekarang. Mereka menyebutnya anak rusa. Baiklah aku akan berfoto dengannya dan mengirimkan fotonya pada mu. Tunggu sebentar.”

Berfoto dengan ku? aku tidak bermimpi kan? Bagaimana ini aku tidak siap berfoto dengannya. Mengapa harus dengan penampilan seperti ini juga? “Baiklah anak rusa, bolehkah aku berfoto dengan mu?” bagaimana? Bagaimana ini? aku mengangguk pelan lalu sebuah senyum manis dia perlihatkan. Dia memanggil seseorang yang lewat di depan kami dan menyuruhnya untuk memfoto ku dengan dirinya.

Setelah selesai berfoto dia berterima kasih pada orang yang tadi memfoto kami. Dia melihat hasil fotonya dan kembali aku melihat senyum lebarnya. Ohh astaga kenapa senyumnya selalu tidak bisa membuat ku tenang? Mengapa aku selalu luluh melihat senyumannya? Dia menghampiri ku dan memperlihatkan foto itu pada ku.

“Kau lihat. Fotonya sangat bagus. Kau sangat lucu sekali. Pasti Jaemin akan menyukainya. Aku tidak tahu mengapa dia tergila-gila dengan hal-hal yang berbau rusa.”

Aku mendengar dia sedikit tertawa saat menyebut kata rusa. Bila aku bisa membuat mu tertawa dan tersenyum setiap hari aku akan selalu melakukannya untuk mu. Dibalik kostum ini aku tersenyum memandanginya. “Apakah kau bisa menjadi milik ku baozi?”

Tiba-tiba dia menoleh kepada ku. Memperlihatkan wajah polosnya yang terlihat bingung. Mengapa aku begitu bodoh mengatakan hal itu? Aaaiiisshh mulut ku!!! Lain kali kau harus lebih hati-hati lagi bila ingin berkata saat bersama dengannya. “Apakah kau mengatakan sesuatu anak rusa?” aku terus mengumpat dalam hati. Aku melambaikan kedua tangan ku padanya. “Mungkin hanya pendengaran ku saja yang terlalu peka. Hahaha…”

Aku menurunkan kedua tangan ku lesu. Seandainya aku bisa bertemu dengan dia tanpa menggunakan kostum ini. Aku ingin sekali mengenal dia lebih jauh lagi. Apakah aku bisa? Saat aku terus melamun dengan harapan ku sendiri, tanpa aku sadari dia memeluk ku. Aku mundur selangkah karena yahhh aku benar-benar terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba memeluk ku.

“Terima kasih hari ini sudah membuat ku bahagia. Jaemin pasti akan menyukai mu.”

Dia melepaskan pelukannya. Jujur saja aku tidak suka saat dia melepaskan pelukannya ini. dan dia menyebut nama Jaemin lagi? Siapa sebenarnya Jaemin itu? Apakah dia kekasih mu? Hati ku tiba-tiba menjadi sakit memikirkan bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih sekarang.

“Aku akan pergi. Sampai bertemu besok anak rusa. Jangan bekerja terlalu keras. Istirahatlah.”
Dia akhirnya pergi meninggalkan ku. Aku terus melambaikan tangan ku padanya sampai aku tak melihat sosoknya lagi. Aku akan terus menunggu mu baozi.



Tbc…


Holla~~ akhirnya bisa ngpost ff Xiuhan lagi di blog juga setelah lama hiatus tak menyentuh blog ini kkkk~

[Repost - fanfic EXO] Snow Black (Chapter 1 - 5)

Snow Black


Aauthor           : Diana Park
Cast                 : Chanyeol, Kai, Suho and You (Go Eunha – OC)
Genre              : Romance and Family

Fanfic ini tidak memerlukan pemeran utama wanita. So you can imagine the actress as you want~ ^^

Happy reading~

CHAPTER 1

-TONGYEONG-

Musim dingin telah tiba seiring munculnya pedagang jjinpang. Sebuah makanan khas Korea Selatan yang memiliki bentuk dan rasa seperti bakpao (aku menyebutnya bakpao Korea). Makanan ini hanya dijual ketika musim dingin saja, itulah mengapa orang menjadikan makanan ini sebagai penanda musim dingin.

"Oppa cepat bantu aku membawa jjinpang ini.”

Kudengar suara rengekan Jieun dibelakang sana. Ia meneriaki oppa nya, sengaja agar Chanyeol menjauhiku.

"Wae? Apakah jjinpang itu terasa berat bagi tubuhmu yang gemuk itu?" omel Chanyeol, masih disampingku.

"Oppaaa..." kembali Jieun merengek.

"Sudahlah jangan hiraukan dia. Kajja." Chanyeol kembali menggenggam pergelangan tanganku erat. Sedikit tidak enak memang dengan Jieun tapi apadaya cengkraman Chanyeol begitu erat. Sebenarnya banyak sekali teman-teman disekolah  yang bertanya mengenai soal status hubunganku dengan Chanyeol. Kami berangkat bersama dan pulang bersama pula. Kami terlihat cukup dekat, bahkan Chanyeol siap menjadi pengawal pribadi ku. Semua ini bermula sejak setahun lalu.

-flash back-

-SEOUL-

Suatu malam…
"Eonni kau akan berkencan malam ini?" tanyaku pada kakak wanitaku.

"Eung .. Wae?"

"Anni, aku hanya ingin belajar denganmu malam ini"

Aku memutar-mutar pensil yang ku genggam, berharap mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari tugas rumahku ini. Sekilas kulihat eonni, ia masih sibuk mencari pakaian yang pantas untuk ia kenakan nanti. Mendadak eonni membuka lemari pakaian milikiku, dan segera aku menyerbunya.

“Eonni ... jam..jamsimanyo”

Kuhalangi tubuh eonni yang hendak mencuri diam-diam pakaian yang ada dalam lemariku. Sudah menjadi kebiasaan buruknya ketika tidak ada satupun pakaian eonni yang cocok, ia akan meminjam pakaianku secara paksa.

“Eunha~yaa   eodiga?”

“Shireo eonni !!! kenapa kau selalu begini ! aku suda bilang jangan meminjam pakaianku. Karenamu, Kai mengataiku tukang pinjam pakaian.

“Pinjam? kau juga meminjam pakaian ternyata?”

“Anni.. Kai pikir bahwa pakaian yang aku kenakan saat pergi bersamanya adalah pakaianmu. Ia pernah melihatmu mengenakannya saat kencan dengan namjachingmu”

“Hahaha ... sebegitu sukanya Kai padamu sampai ia menghafal segala pakaianmu.

“Shhhh ?!!! sudah berangkat sana jangan pinjam pakaian ini lagi.”

“Aigoo .. sejak kapan kau menjadi dewasa begini?hahaha .. oke aku pergi.”

“Sudahlah sana. Jangan ganggu aku.

Selang 5 menit setelah eonni pergi

Tbc…

Snow Black


Aauthor           : Diana Park
Cast                 : Chanyeol, Kai, Suho and You (Go Eunha – OC)
Genre              : Romance and Family


CHAPTER 2

Kai menelponku. Ia menyuruhku untuk melihat kearah jendela. "Wae?ada apa kau menyuruhku melihat keluar jendela?" aku penasaran. "Ppali." Dengan langkah gontai aku melihat keluar jendela dan ternyata. KAIII ???Ia melambai kearahku dan berkata,

"Ayo keluarlah. Sampai berapa lama lagi aku harus menunggu kedinginan diluar sini?"

"Kai aku …"

"Ayolah sekali saja. Besok sekolah sudah mulai libur musim dingin. Untuk apa kau mengerjakan tugasmu? Ppali. Aku menunggumu."

Entah harus senang atau marahkah aku malam ini. Kai selalu bisa  membuatku sangat mencintainya. Setelah berganti pakaian, aku segera menemuinya diluar. Tanpa banyak berkata-kata lagi, kami berangkat menuju tempat yang Kai rahasiakan dariku.

Malam ini begitu indah, salju pertama kali muncul dikotaku setelah lama tidak masuk musim dingin. Angin berhembus lembut namun sedikit merasuk kedalam tulang. Aku bertanya pada kai kita akan kemana, namun ia hanya tersenyum lembut dan menatapku.

"Kau pasti penasaran?"

"Sangat-sangat penasaran."

Tiba-tiba...

"Kai menepii!!!"

Sebuah angin berhembus kencang tepat didepan mata kami. Kai terbelalak. Ia sangat terkejut dengan terjadinya badai salju sekarang ini, terutama aku. Tiba-tiba listrik padam. Aku menjerit ketakutan dan Kai memeluk ku erat.

"Jangan kawair, ada aku disini.”

"Kai aku ingin pulang" bibirku bergetar, ketakutan.

"Sebentar aku ingin mencari bantuan"

"Hajima !!! Diluar dingin Kai" aku menarik kembali pergelangan tangan Kai, cemas.

"Gwaenchana"

Kai menyetuh lembut pipiku dan segera pergi mencari pertolongan. Jalanan nampak sepi, banyak orang yang memilih untuk berada didalam daripada diluar rumah. Melihat Kai kedinginan diluar sana, aku menjadi tidak tega. Kuputuskan untuk keluar menemaninya.

"Eunha masuklah !!!" Kai berteriak.

"Shireo! Aku akan membantumu."

Cuaca malam ini sangat dingin karna sedang terjadi badai salju. Aku sibuk mencari bantuan dengan berteriak minta tolong namun sia-sia saja. Ini jalan tol. Mana ada seseorang yang lewat sini ketika badai salju. Tiba-tiba aku merasa lututku melemas, tak sanggup berdiri.

"Go Eunhaa !!!"

Dan semua terasa begitu gelap.

-flash back off-

***

"Kau tidak tidur?" Chanyeol duduk tiba-tiba disamping ku dan memberiku segelas coklat hangat.

"Terima kasih"

"Masuklah, cuaca sangat dingin"

"Sebentar lagi aku akan masuk"

"Apa kau rindu keluargamu?"

Aku terdiam. Bertanya tanya dalam hati. Apa keluargaku juga merindukanku?

“Maaf kalau pertanyaanku sedikit aneh.

“Gwaenchana. Ahh~ apakah aku merindukan keluargaku?” aku bertanya pada diriku sendiri.

Kurasa aku tidak merindukan mereka”

“WAE? Maksudku kenapa?” Chanyeol nampak terkejut.

“Entahlah.  Mereka tidak merindukanku jadi untuk apa aku merindukan mereka? Menghabiskan waktu saja. Kajja, aku sudah mengantuk “

Kuletakkan gelas coklat panas tadi disisi kiri Chanyeol dan meninggalkannya. Sekilas aku menoleh padanya, ia masih terdiam menerawang gelapnya malam dengan ditemani secangkir coklat panas.

Tbc…
Snow Black


Aauthor           : Diana Park
Cast                 : Chanyeol, Kai, Suho and You (Go Eunha – OC)
Genre              : Romance and Family


CHAPTER 3


"Eomma" Aku merajuk manja. Kupeluk ibuku, ah bukan, lebih tepatnya lagi ibu Chanyeol dan Jieun dari arah belakang. Ibu tersenyum lembut, nampak seperti ibuku sendiri.
"Ada apa putriku sayang?"

"Aku senang berada ditengah tengah keluarga yang hangat ini"

"Tapi aku tidak senang !"

Jieun muncul tiba-tiba dimeja makan dengan menunjukan ekspresi acuhnya padaku. Kurenggangkan pelukan ku pada ibu dan memilih duduk dimeja makan bersamanya.

"Jieun, jaga sikapmu pada Eunha. Dia eonni mu" nasihat ibu

"Eomma, dia bukan eonniku. Dia hanya orang asing yang diselamatkan oleh oppa saja"

"Jieun jaga cara bicaramu !"

Kini giliran Chanyeol yang muncul tiba-tiba dimeja makan dengan sebuah handuk yang melingkar dilehernya. Jieun merengek namun Chanyeol tak peduli, ia ingin adiknya meminta maaf padaku.

"Sudahlah tidak apa-apa Chanyeol." aku berusaha melerai.

"Diamlah Eunha. Aku hanya tidak ingin adik ku bersikap seperti ini pada orang lain. Cepat kau minta maaf.."

Dengan wajah kusut Jieun berbicara tanpa menatapku. "Mian Eunha "

"EONNI !" Chanyeol menekan ucapannya, mengingatkan bahwa usiaku lebih tua dibanding Jieun.

"Ne ne. Jeongmal mianhe Eunha eonni tersayanggg "

"Nah begitu lebih baik" Chanyeol tersenyum.

"Sudahlah ayo kita makan. Jangan bertengkar .. "

Belum selesai ibu berbicara, Jieun meninggalkan meja makan tanpa menyentuh satupun sajian didepannya. "Hei Park Jieun!!! Heiii" Chanyeol berteriak. "Sudahlah Chanyeol biarkan saja. Mungkin ia tidak berselera makan setelah melihatku disini" aku tersenyum seadanya. Dan sarapan pagi ini terasa sepi dan kurang menyenangkan.

***

-SEOUL-

"Eomma, ini sudah hari ke 359 sejak hilangnya Eunhaa" eonni berkata lirih. Eomma meletakkan kembali sendok yang digeganggamnya dan pergi meninggalkan meja makan. Appa tersenyum putus asa menatap kepergian eomma.

"Eunji~aah" panggil appa.

"Ne appa?"

"Jangan pernah ungkit lagi masalah Eunha didepan eomma mu. Kau tahu betapa sulitnya aku membujuknya untuk makan dinmeja maka ini?"

"Jeosuhamnida appa. Aku tak akan mengulanginya lagi"

Drrdd ddrrr .. Ponsel eonni bergetar, segera ia meminta izin appa untuk mengangkat telepon terlebih dahulu.

"Kai? ada apa? kenapa kau menelpon sepagi ini?"

"Noona, aku mendapat berita tentang keberadaan Eunha"

"MWO? Emm .. maksudku yang benar saja?"eonni tak percaya.

"Berdasarkan penyelidikan polisi, hanya terdapat beberapa mobil saja yang melaju di jalan tol ketika badai salju. Beberapa mobil melaju kearah Tongyeong. Kemungkinan besar eunha ada dikota itu dan ..."

Tuttt tuutt … tiba-tiba panggilan terputus.

"Nyeonghaseyo? Noona? aish selalu saja menutup telpon tiba-tiba !"

Eonni mengambil mantel nya dan segera pergi keluar rumah. Entah kemakah tujuannya yang jelas ia pergi dengan melupakan mobilnya. Ia pergi dengan menaiki taksi,

  Eunha,  eodiga …

***

-TONGYEONG-

"Kita akan pergi kemana?" tanyaku penasaran pada Chanyeol.

"Ini kan pertama kalinya kau merasakan salju di Tongyeong, jadi sebelum kembali aku ingin menunjukan sesuatu padamu .."

Aku dan Chanyeol, pergi menuju sebuah danau yang membeku. Entah danau manalagi yang akan ia tunjukan padaku (sejak awal ia slalu mengajak ku kedanau dengan alasan mencari kesunyian).

"Bukankah ini danau yang kemarin?" tanyaku setibanya didanau yang tertutup oleh es.

"Eung.. Apa kau tak suka?"

"Anni. Aku sangat menyukainya"

"Baiklah ayo kita main ice skatting. Siapa yang cepat sampai kearah itu" Chanyeol menunjuk sebuah pohon, "dialah pemenangnya dan yang kalah akan mengabulkan apa yang diminta oleh si pemenang. Bagaimana?"

"Aigoo.. Kalau begitu aku harus menang darimu park chanyeol." Ucapku dengan nada (sedikit) menantang.

Aku langsung melaju cepat sebelum ia memberi aba-aba. Chanyeol geram dan berlarilah ia. Untuk urusan seperti ini, akulah jagoan nya karna aku sudah terlatih sejak kecil. Bahkan eonniku, Eunji, tidak bisa mengalahkanku.

Tinggal satu meter lagi aku akan menang tp dugaanku meleset ! Chanyeol lebih gesit dari yang aku kira. Dan akhirnyaa .. Aku kalah -_-

"Hahaha itulah balasan orang yang curang ! hahaha" Hhanyeol tertawa penuh kemenangan
"Yaa kau itu tidak ada apa-apanya dariku. Akulah ratu ice skatting .."

"Dan aku rajanya" Chanyeol memotong ucapanku, membuatku tersipu malu.

"Baiklahh karena kau yang kalah, jadi kau harus mengabulkan permohonanku"

"Geurae geurae. Cepat katakan .."

Chanyeol tersenyum nakal sambil menunjukan bibirnya. Yatuhan, apa2an ini? Ia memberi isyarat agar aku mencium bibirnya?dasar otak yadong !

"Heii yang benar saja ! Memangnya kau siapa !" gerutuku kesal.

"Kekasihmu." jawabnya polos.

"Mwo? sejak kapan?"

"Sekarang. Sejak saat ini kau kekasih ku Eeunha"

Lagi-lagi Chanyeol menunjukan wajah innocent nya, membuat semburat merah jambu muncul secara liar dipipiku. Aku sangat tahu watak dan sikap Chanyeol seperti apa. Dia bukan tipe orang yang mudah untuk mencintai seseorang. Dia pernah bercerita kepadaku kalau dia masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya itu. Lalu kenapa ia bisa bicara masalah cinta semudah itu?

"Heiii aku bercanda ! Jangan terlalu memikirkan jawaban untuk menerimaku. Hahaha .. Traktir aku sup mandu saja. Kajja.” Chanyeol berlalu meninggalkanku yang masih terpaku atas ucapan nya barusan. Jadi semua itu hanya bercanda saja? "Hei Go Eunhaa ayolaahh jangan berdiam diri disitu!” Chanyeol meneriakiku dan dengan langkah gontai aku mengikutinya dari belakang.

Tbc…


Snow Black


Aauthor           : Diana Park
Cast                 : Chanyeol, Kai, Suho and You (Go Eunha – OC)
Genre              : Romance and Family

CHAPTER 4


Chanyeol memilih sebuah kedai yang cukup sepi dari pengunjung. Aku menurut saja karena dia tipe lelaki yang banyak bicara. Terserah apa yang diinginkan nya aku turuti saja agar ia tak memulai lagi aksinya.

"Kenapa kau tidak makan? apa kau sedang diet?"

Kuamati lelaki didepanku ini. Bagaimana bisa ia terus berbicara sedangkan mulutnya masih penuh dengan makanan?

"Makanlah. Aku sedang tidak berselera"

"Wae? kau lihat salju itu?"

"Eung. Tentu saja"
"Apakah itu nampak seperti snow atau black snow?"

"Tentu saja itu salju. Snow. Bagaimana bisa ada black snow?" aku tertawa dan Chanyeol menghentikan makannya. Ia menatap dinding kaca penghubung area luar kedai ini.

"Dulu seorang wanita pernah berkata padaku, salju akan nampak indah bagi setiap mata yang melihatnya. Ketika suasana hati sedang baik, salju pun akan terlihat semakin putih dan indah. Sebaliknya, ketika suasana hatimu buruk, salju yang putih bersih akan nampak seperti black snow"

Aku tercenggang mendengar perkataannya barusan tapi siapa wanita itu? apakah mantan kekasihnya yang ia ceritakan padaku?

"Apa kau sedang menguliahiku?"

"Menguliahi?"

Kupukul kepala chanyeol dengan gelak tawa. "Cepat habiskan makananmu"

"Hei~ kenapa kau memukulku ? aishh dasar gadis kasar"

"Tapi ngomong-ngomong perkataan yang kau ucapkan barusan, apakah itu dari mantan kekasihmu?"

Chanyeol terdiam, mengendalikan pembicaraan. "Sup ku sudah habis. Bisakah kau membungkusnya lagi untuk ibu dan Jieun?"

"Oh .. Oke. Bibi tolong dua sup lagi untuk dibawa pulang."

Chanyeol bangkit menuju kasir. Ia mengeluarkan dompetnya, dan segera aku menghentikan nya. Bukankah aku yang kalah dan harus mentraktirnya?

"Hei aku yang traktir. Tidak usah ahjumma, biar aku yang bayar"
"Gwaenchana Eunha. Aku membayar untuk diriku sendiri. Kau cukup mentraktir Jieun dan juga ibu"

"Baiklah terserah padamu saja. Kau keluarlah dulu, aku akan mengambil supnya"

"Cepatlah, aku menunggumu diluar"

Aku mengambil dua buah sup yang sudah dibungkus oleh ahjumma pemilik kedai ini. Segera aku pergi menemui Chanyeol dimuka kedai.

"Hei apa kau tertidur didalam sana? cuaca sangat dingin sekarang" omelnya.

"Geurae geurae .." aku mencubit pipi Chanyeol gemas. "kajja !"
Tujuan terakhir kami adalah rumah, karna chanyeol merasa sangat lelah jadi kuputuskan untuk membawanya pulang.

~dilain sisi ..

"Chagi aku lapar .."

Eonni mengeluh kelaparan kepada Suho, kekasih barunya. Melihat sebuah kedai yang menjual sup mandu, Suho mengajak Eunji (eonniku) untuk memanjakan perut terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.

"Eunji~aah, apakah kau yakin adikmu ada di Tongyeong?"

"Emm. Kekasih adik ku sendiri yang mengatakannya"

"Baiklah. Ayo makan dulu setelah itu kita ke kantor polisi"

***

"Bawalah ini kekamar Chanyeol ya sayang"

Eomma menyuruhku untuk mengantar sate eomuk yang dibeli oleh Jieun kedalam kamar Chanyeol. Eomma bilang kalau akhir-akhir ini Chanyeol nampak kelelahan akibat terlalu banyak belajar untuk masuk keperguruan tinggi.

"Ia ingin melanjutkan kuliah di Seoul karena ingin bertemu dengan mantan kekasihnya dulu. Makadari  itu ia berusaha keras agar lolos seleksi"

Kata-kata eomma masih terus saja mengiang ditelingaku hingga aku tak mampu untuk membangunkan tidur Chanyeol. Kupandang wajah rupawan didepanku, betapa sangat mencintainya ia pada mantan kekasihnya itu, sedangkan aku? apa artinya aku selama ini baginya? Kurasakan hatiku begitu sakit karna memendam semuanya sendiri, memendam cinta, amarah dan kesedihanku padanya.

“Ya Tuhan, kenapa aku menangis begini?”

Kuusap air mataku perlahan selagi Chanyeol masih tertidur pulas. Ketika hendak pergi meninggalkan kamar chanyeol, tiba2 saja ia menarik pergelangan tanganku. Aku terdiam. Jantungku berdegup kencang tak karuan. Ada apa lagi ini?

“Eunji~ahh hajimaa .. hajima”

Chanyeol merintih sesuatu dan aku samasekali tak bisa mendengarnya. Nama siapa yang ia sebut dalam tidurnya?

“Nuguseyo?” aku memancingnya,
“Jangan pergi, Go Eunji ..”

Degg !

Eunji? Go Eunji? Dia kan …. Jadi mantan kekasih Chanyeol selama ini adalah eonni!

Tbc ..


Snow Black


Aauthor           : Diana Park
Cast                 : Chanyeol, Kai, Suho and You (Go Eunha – OC)
Genre              : Romance and Family

CHAPTER 5


Aku tak dapat berkata-kata lagi mendengar ia menyebut nama eonni dalam tidurnya. Jadi .. selama ini Chanyeol dan eonni??? Chanyeol pun terbangun begitu saja.

“Oh Eunhaa. Ada apa?”

Chanyeol melepas genggaman tangannya dan mencoba untuk bangkit. Diambilnyalah segelas air dan diteguknya perlahan-lahan. Aku bangkit dan meninggalkanya sendirian disana.

“Kenapa dia?” batin Chanyeol.

Kemudian ia melanjutkan kembali tidurnya.

***
           
Didalam kamar aku terdiam menatap indahnya salju sendirian.

"Dulu seorang wanita pernah berkata padaku, salju akan nampak indah bagi setiap mata yang melihatnya. Ketika suasana hati sedang baik, salju pun akan terlihat semakin putih dan indah. Sebaliknya, ketika suasana hatimu buruk, salju yang putih bersih akan nampak seperti black snow"

Terngiang jelas ditelingaku kata-kata yang diucapkan Chanyeol tadi begitupun kata-kata yang diucapkan oleh eonni padaku dulu.

Salju akan nampak indah bagi setiap mata yang melihatnya. Ketika suasana hati sedang baik, salju pun akan terlihat semakin putih dan indah. Sebaliknya, ketika suasana hatimu buruk, salju yang putih bersih akan nampak seperti black snow"

Ya Tuhan. . kisah cinta macam apa ini? Aku mencintai lelaki yang tak bisa melupakan kenangan masa lalunya bersama seorang wanita yang tak lain adalah kakak perempuanku. Takdir seperti apalagi yang harus kuhadapi sekarang? Kenapa harus eonni? banyak wanita didunia ini tapi kenapa harus.

"Aishh paboo pabo"

Aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa aku bisa tidak tahu semua ini? padahal setiap eonni berkencan, aku slalu tau siapa lelaki itu tapi kali ini? Apa yang kuketahui?

"Eomma menyuruhmu untuk makan. Cepatlah" perintah Jieun yang sudah berdiri diambang pintu kamarku. "Pergilah, aku sedang tidak nafsu makan" Kuhempaskan tubuhku diatas kasur tanpa memperdulikan ji eun yang terus menggerutu kesal.

***

-SEOUL-

"Yeobo~yaa apa masih tidak ada kabar mengenai Eunha?" tanya eomma putus asa.

Appa memeluknya, memberikan semangat kepada eomma agar tetap tabah.

"Molla .. Kita tunggu saja kabar dari Kai."

"Dimana Eunji?"

"Ia pergi bersama Suho ke Tongyeong"

"Tongyeong? untuk apa dia pergi sejauh itu?kalau terjadi apa2 bagaimana?" eomma mulai cemas.

"Tak akan. Suho juga sedang bersamanya"

***

-TOGNYEONG-

Seorang petugas kantor polisi menemui Eunji (eonni) dan juga Suho. Mereka sedang melakukan wawancara kecil terkait kehilanganku setahun lalu.

"Nama?"

"Go Eunha. Dia gadis yang manis dan semampai."

"Apakah anda memiliki foto korban?"

Eonni mengeluarkan selembar foto dan menyerahkannya kepada petugas kepolisian. Nampak petugas kepolisian sedang bingung, mengerutkan keningnya.

"Bukankah dia korban badai salju setahun lalu?"

"Ne ahjushi. Dia adalah adik ku. Sudah setahun ini dia belum ditemukan."

"Lalu apakah korban lelaki yang ada bersama wanita ini sudah ditemukan?"

"Iya. Dia ditemukan seminggu setelah badai salju." Suho menjelaskan.

"Baiklah. Laporan anda akan diteruskan ke kantor polisi pusat Tongyeong"

"Terima kasih atas kerjasamanya, ahjushi. Kami pamit dulu" jawab Suho sembari menyalami petugas kepolisian yang telah mewawancarai mereka. Eunji dan Suho pergi bergandengan meninggalkan kantor polisi. Raut wajah mereka tampak sangat lelah hingga akhirnya kembali ke Seoul.

***

“Eomma, dimana Jieun?” tanya Chanyeol begitu melihat ibunya didepan tv.

“Molla. Dia bilang dia pergi bersama teman-temannya”

“Eunha dimana?”

“Dia ada dikamarnya.”

Chanyeol melanjutkan kembali langkahnya menuju kamarku. Diketuknya perlahan-lahan sambil memanggilku seperti biasanya (Walaupun kami begitu dekat, tapi ia tetap tahu sampai dimana batas kewajarannya)

“Go Eunha..Go Eunha yang cantikk ..”

Kubuka separuh pintu kamarku, agar chanyeol tidak melihat mataku yang membengkak karna terlalu lama menangis (tadi).

“Waeyo?” tanyaku lirih.

“Hei kenapa kau membukanya separuh? apa kau sedang berganti pakaian?” candanya.

“Yaa!! Sudah sana pergilah ..”
Kututup kembali pintu kamarku namun berhasil dicegat olehnya. Astaga .. apa lagi sekarang?

“Keluarlah. Aku menunggumu didepan rumah.”

Kemudian ia berlalu pergi. Aku terdiam dan lagi-lagi terdiam menghadapinya.

***

“Ayo berangkat .”

Tanpa menatap wajahnya, aku berjalan mendahului Chanyeol. Sengaja aku mengenakan pakaian saat pertama kali aku terdampar di Tongyeong, karena pakaian ini pernah eonni kenakan saat berkencan dulu.

“Hei kenapa kau meninggalkanku?” Chanyeol berusaha menyamai langkah ku dan ia terhenti seketika.

“Baju ini sama seperti dengan baju ...”

“Eunji. Go Eunji.”

Chanyeol terdiam, dan berusaha untuk mencairkan suasana. “Aisshh…kau hafal juga cerita-cerita ku. “

Kami kembali terdiam melanjutkan langkah kami. Suasana semakin hening karena jalanan kompleks kami juga sangat sepi. Entah mengapa Chanyeol juga ikut terdiam, membuat suasana semakin mencekam.

“Bicaralah. Jangan diam saja.” ucapku

“Bicara apa? oh ya apa kau sudah memikirkan jawabanmu?”

“Jawaban apa?”

“Dasar pelupa. Tadi pagi aku menembakmu, masa sekarang kau sudah lupa”

“Untuk apa aku menjawabnya. Bukankah semua ini hanya gurauanmu saja?”

“Hahaha…sebenarnya ini bukan gurauan eunha. Hanya saja tadi aku sangat malu jadi sengaja aku ...”

“Cukup.”

Langkahku terhenti begitu saja begitupun Chanyeol. Entah mengapa air mata ini turun begitu deras tanpa diminta. Padahal sejak tadi aku suda menahan agar tidak menangis didepan nya.

“Apa karena pakaian ini kau berkata serius perihal hati?” tanyaku gemetar.

“Ahh .. Apa yang kau katakan? hahaha kenapa karena pakaian itu? Kau ..”

“Hentikan. Biarkan aku yang berbicara ..”

Aku menahan nafas dan mengusap air mataku. Kuberanikan diri untuk menatap wajahnya dengan tegar, tanpa menitihkan air mata lagi.

“Nan…“ ucapku menggigit bibir

“Hajima ! jangan katakan apapun. Cukup aku yang mengungkapkan isi hatiku saja” ia terpejam dan menutup telinganya.

“Chan, aku ..”

Tanpa diduga dan tanpa diminta ciuman itu terjadi. Chanyeol mendaratkan bibirnya diatas bibirku dengan lembut. Aku meronta namun ia menahanku. Dapat kurasakan hembusan nafasnya dikeningku. Dan tanpa sadar kai dan eonni ada disana. Melihat kami berdua sedang berciuman.

Tbc…


Chapter 6 nya nunggu authornya update dulu kkkk~