Neomu Saranghae Oppa
FF ini aku buatin khusus untuk yeodongsaeng ku tersayang yang jauh
disana, Nadya *hug Nadya* semoga km suka ya sama nih cerita J *klo kgag suka lempar
aja pake panci D.O* waks~
-
-
Ini bagiannya Luhan
oppa. .mian klo typo bertebaran dimana-mana. .
-
-
Happy reading~~
-
-
-
-
Hujan deras mengguyur kota Seoul
sore ini. Terlihat seorang yeoja kecil sedang berteduh dipinggiran depan
supermarket. “Seharusnya aku mempercayai perkataan eomma tadi. Aku sungguh
menyesal tidak membawa payung hari ini.” yeoja kecil itu terus-terusan merutuki
dirinya sendiri dengan sesekali mempoutkan bibirnya yang mungil. Dia terlihat
sangat menggemaskan sekali dengan wajah seperti itu. “Mengapa hujan ini tidak
mau berhenti juga? Aku ingin pulang eomma.” Kini terdengar suara isakan dari
balik wajah menggemaskannya. Dan setelahnya air matanya keluar secara perlahan.
Di dalam supermarket terlihat dua
namja kecil bersama dengan orang tua mereka sedang berbelanja. Wajah namja pertama
begitu terlihat seperti yeoja. Bila orang-orang tidak teliti melihat namja ini
pasti mereka akan tertipu mengira namja itu adalah seorang yeoja karena wajahnya
yang terlihat begitu cantik. Tapi wajah namja ini juga begitu tampan. Bisa
dibilang wajah tampan dan cantik ada pada wajahnya secara bersamaan. Sedangkan
namja kedua memiliki wajah yang sangat tampan. Ketampanan namja ini bisa
membuat seorang namja sekalipun bisa menyukainya.
Saat mereka keluar dari
supermarket, namja berwajah cantik itu menghampiri yeoja kecil yang sedang menangis
dipinggiran supermarket. “Gwaenchana?” yeoja kecil itu melihat kearah namja
cantik itu sambil menghapus air matanya. Namja cantik ini kemudian melepas
jaketnya dan memakaikan pada yeoja kecil yang ada dihadapannya. “Kau pasti
kedinginan. Pakailah jaketku agar kau hangat.” Yeoja kecil itu terlihat
malu-malu. Namja cantik itu hanya tersenyum memandangi wajah yeoja kecil yang
memerah sekarang. “Hyung apa yang kau lakukan? Eomma dan Appa sudah menunggu di
mobil.” Namja cantik itu menoleh kearah kanan dan melihat adiknya sekarang
sudah berdiri disampingnya.
“Dia siapa hyung?”
“Sudahlah. Kajja kita pergi.”
“Tu-tunggu…kalau boleh tahu
namamu siapa?”
“Luhan. Xi Luhan.”
“Dan aku Xi Jeffrey.”
Kedua namja itu sekarang berjalan
pergi meninggalkan yeoja kecil itu sendirian. Dari kejauhan yeoja kecil itu
berteriak. “Luhan oppa, gomawo. Nama ku adalah Nadya, oppa.” Entah Luhan
mendengar perkataannya atau tidak yang jelas sekarang dia sudah benar-benar
pergi meninggalkan yeoja kecil itu seorang diri. Sedangkan yang ditinggal hanya
bisa tersenyum senang atas pertemuan yang tak terduga hari ini. “Aku akan
mengingat namanya. Xi Luhan.”
-
-
Beberapa tahun kemudian
-
-
-Nadya POV-
Aku tidak menyangka setelah
beberapa tahun aku terus mengingat nama dan wajahnya dan sekarang aku
benar-benar telah bertemu dengannya. Yaah pertemuan ku yang kedua dengannya.
Dengan pangeran ku yang kunanti sejak dulu. Aku begitu senang karena dia adalah
kakak kelas ku di sekolah. Dan lebih senangnya lagi aku satu kelas dengan
adiknya. Aku akan menjadikannya teman ku sehingga aku bisa terus menanyakan
tentang Luhan oppa padanya. Maaf bila aku hanya memanfaatkan nama teman
kepadamu Jeffrey oppa. Tapi hanya dengan seperti itu aku bisa mengetahui lebih
dalam tentang Luhan oppa sepenuhnya darimu.
Hari ini sepertinya tidak ada
seorang guru pun yang masuk ke kelas. Sepertinya semua guru sedang sibuk dengan
rapat mereka, entah rapat apa yang sedang mereka diskusikan. Aku tidak ingin
tahu tentang hal itu. Sekarang yang ingin aku ketahui hanya lah tentang Luhan
oppa. Semua isi otak ku hanya berisi Luhan oppa. Aku bisa gila bila terus
menerus memikirkan namanya. Tapi aku bisa tambah gila lagi bila aku tidak
mendapatkan informasi tentangnya sedikitpun dari sumber yang sudah sangat
dipercaya. Siapa lagi kalau bukan teman sekelasku, adik dari Luhan oppa,
Jeffrey.
Aku berjalan kearahnya dan duduk
disampingnya. Aku memberikan suara dehaman padanya. Sepertinya dia tidak
merasakan ada seseorang disampingnya sekarang. Baiklah. Aku kembali berdeham
lagi. Tetap dia tidak merespon. Mengapa dia selalu sibuk dengan handphonenya?
Apakah dia tidak bosan terus-terusan memainkan benda persegi itu?
“Oppa apa yang kau lakukan?”
“Bermain game. Wae?”
Mengapa dia tidak menoleh kearah
ku sedikit pun? mengapa dia terus fokus pada layar persegi itu? Aku mempoutkan
bibirku dan langsung merampas handphonenya dari genggaman tangannya.
“Heeiii apa yang kau lakukan
Nadya? Kembalikan handphone ku sekarang.”
“Shireo!! Aku akan menyita
handphone mu oppa.”
“Mengapa kau menyita handphone
ku? memang aku salah apa padamu?”
“Karena kau tidak memperhatikan
ku dari tadi. Kau terus sibuk dengan benda ini.”
“Jadi kau ingin diperhatikan
huh?”
“Maksud dari diperhatikan adalah
kau harus menjawab pertanyaan ku. Bila kau sudah menjawabnya baru akau akan
mengembalikan handphone mu ini.”
“Baiklah. Memang apa yang ingin
kau tanyakan? Apakah tentang Luhan hyung lagi?”
“Matta. Everything about my
prince Luhan oppa.”
Aku melihat Jeffrey oppa memasang
wajah yang sungguh tak enak dipandang. Mengapa dia selalu memasang wajah
seperti ini setiap kali aku ingin menanyakan Luhan oppa padanya? Apa yang salah
dengannya?
“Bila kau ingin tahu lebih
tentangnya tanyakan langsung pada Luhan hyung. Mengapa harus lewat padaku?”
“Kau tahu sendiri aku sangat malu
bertemu dengannya. Setiap kali bertemu dengan Luhan oppa aku selalu kikuk
dihadapannya dan itu membuatku malu bukan main.”
Aku mendengar Jeffrey oppa
menghela nafas beratnya. Apakah aku membuat kesalahan sehingga dia menjadi
seperti ini kepadaku?
“Baiklah. Apa yang ingin kau
ketahui dari Luhan hyung dari ku?”
“Menurutmu apakah Luhan oppa
menyukai ku atau tidak?”
“Heii pertanyaan macam apa itu?
Mengapa kau bertanya seperti itu kepadaku huh?”
“Aku hanya bertanya saja oppa.
Kau hanya tinggal menjawabnya saja.”
“Kau benar-benar yeoja yang aneh.
Pertanyaan seperti itu hanya bisa dijawab oleh Luhan hyung saja. Aku tidak bisa
menjawab pertanyaan seperti itu. Kau tanya kan sendiri padanya. Aku pergi.”
“Oppa….kau mau kemana? Aku belum
selesai bertanya kepadamu.”
Perkataan ku sama sekali tidak didengar.
Dia terus berjalan pergi keluar kelas. Aku hanya bisa memandangi kepergiannya
dari tempat duduk ku sekarang. Ada apa dengan Jeffrey oppa hari ini?
-
-
-
-
Sepulang sekolah aku, Luhan oppa
dan Jeffrey oppa mampir ke kedai makanan untuk mengisi perut kami yang sudah
mulai kelaparan dan terus saja berbunyi.
“Nadya-yah kau ingin pesan apa?”
“Terserah Luhan oppa saja. Aku
akan mengikuti mu.”
“Heeii kau seperti tidak ada
tujuan. Mangapa kau selalu mengikuti pilihan ku huh?”
Mimpi apa aku semalam? Luhan oppa
mengelus kepala ku dengan lembut sekarang. Semoga Luhan oppa tidak melihat
wajahku sekarang. Aku begitu malu bila Luhan oppa melihat wajahku yang sudah
berubah menjadi merah. Dan tolong jangan sampai dia tahu bila jantung ku
sekarang benar-benar berdebar begitu cepat. Astaga aku bisa dibuat tidak sadar
bila Luhan oppa terus seperti ini kepadaku.
“Hyung kau jangan terus
memperlakukan dia manis seperti itu? Kau tidak lihat wajahnya sudah seperti
kepiting rebus sekarang.”
Perkataan Jeffrey oppa sukses
membuat ku kesal. Aku mempoutkan bibirku dan memasang tampang kesal kearahnya
dan jangan lupakan aku memberikan satu pukulan telak tepat kearah kepalanya.
“Mengapa kau memukul kepalaku
huh? Ini sakit!!”
Aku hanya bisa tertawa lepas dan
menjulurkan lidahku kearah Jeffrey oppa untuk mengejek dia. Senangnya bisa
melepaskan kekesalan ku padanya. Luhan oppa hanya bisa tertawa melihat
perbuatan kami berdua. Aku sangat senang melihat tawa dan senyum Luhan oppa yang
selalu sukses membuatku kembali spot jantung. Aku berharap malam ini bisa
memimpikan dia.
-
-
Skip Time
-
-
Waktu terus berputar. Hari
berganti hari. Bulan berganti bulan dan musim berganti musim. Mengapa sekarang jarak
kedekatan ku dengan Luhan oppa semakin menjauh? Mengapa sekarang Luhan oppa
tidak bisa berkumpul lagi dengan ku dan Jeffrey oppa lagi? apakah karena
sebentar lagi dia akan masuk ke Universitas sehingga dia lebih fokus pada
belajarnya? Aku begitu merindukan Luhan oppa. Benar-benar rindu padanya. Aku sangat
ingin sekali bertemu dengannya sekarang.
“Nadya…..”
Aku mendengar ada seseorang yang
memanggil ku. Aku berharap itu adalah Luhan oppa. Aku menoleh kesumber suara
dan melihat Jeffrey oppa sedang berjalan kemari. Samar-samar aku melihat wajah
Luhan oppa yang mendatangiku.
“Nadya….”
Aku tidak salah mendengar bukan.
Ini benar suara Luhan oppa yang sedang memanggilku. Aku tidak menyangka
akhirnya aku bertemu dengannya.
“Heeiii Nadya. Mengapa kau
melamun huh?”
Siapa yang mengguncang tubuh ku
sekeras ini? dia benar-benar menggangu saja. Tanpa sadar aku melihat wajah
Jeffrey oppa sangat dekat kepadaku. Aku terkejut dan langsung mendorongnya
menjauh dari ku.
“Oppa apa yang kau lakukan?
Mengapa kau mendekatkan wajahmu seperti itu?”
“Kau sendiri mengapa siang-siang
seperti ini melamun dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila?”
Aku hanya terdiam mendengar
ucapan Jeffrey oppa. Melamun? Apakah tadi aku sedang berkhayal tentang Luhan
oppa? jelas-jelas tadi aku melihat Jeffrey oppa yang memanggil ku tapi mengapa
aku menjadi berkhayal bahwa itu adalah Luhan oppa? Benar-benar bodoh!
“Mianhae oppa.” aku memberikan
senyuman terbaik ku kepada Jeffrey oppa. Semoga dia tidak marah kepadaku.
“Kau menjadi seperti ini karena
Luhan hyung bukan?”
Aku hanya tersenyum miris
mendengar pertanyaan Jeffrey oppa. Benar. Aku menjadi seperti ini karena Luhan
oppa. Aku sudah gila karena aku begitu mencintainya.
“Sudahlah. Sekarang Luhan hyung
masih berjuang penuh untuk masuk ke Universitas yang dia inginkan. Aku yakin
dia pasti akan kembali bersama kita lagi.”
Jeffery oppa benar. Luhan oppa
pasti akan kembali lagi setelah dia menyelesaikan urusannya. Tapi aku
benar-benar tidak bisa menunggu untuk waktu yang lama. Entah kapan Luhan oppa
akan kembali berkumpul bersama ku dan Jeffrey oppa lagi. Dan bagaimana dengan
perasaan ku sekarang? Perasaan ku semakin kuat ketika Luhan oppa tidak ada
bersama ku.
Tapi mengapa aku tidak bisa
mengatakan akan perasaan ku kepadanya? Perasaan yang sudah kurasakan sejak
kecil dan sekarang bertambah menjadi sangat besar. Perasaan itu hanya bisa ku
ucapkan dalam hati ku saja. Ingin rasanya mengatakan “Aku mencintaimu Luhan oppa”
tapi mengapa kata-kata itu sangat sulit sekali untuk ku ucapkan kepadanya? Aku
sama sekali tidak memiliki keberanian untuk hal semacam itu.
-Nadya POV End-
-
-
-
-
Malam ini dirumah keluarga Xi
terlihat sangat hening. Hanya detik jarum jam yang menemani kesunyian rumah
keluarga Xi. Tok tok tok. Terdengar suara ketukan pintu dari arah atas.
Tepatnya dipintu kamar anak kedua keluarga Xi. Jeffrey.
“Luhan hyung, ada apa?”
“Bolehkah aku masuk.”
“Tentu saja masuklah hyung.”
Luhan masuk dan duduk di sofa
dekat jendela kamar Jeffrey. Jeffrey menarik kursi dan duduk dihadapan Luhan
sekarang.
“Aku kira hyung sudah tidur. Ada
apa hyung mencari ku?”
“Nadya. Bisakah kau menjaga
Nadya?”
“Mengapa hyung bertanya seperti
itu?”
“Aku tidak bisa menjaganya lagi.
Minggu depan aku sudah berangkat ke China untuk melanjutkan sekolahku disana.
Aku tahu kau memiliki perasaan pada Nadya. Aku yakin kau pasti akan benar-benar
menjaganya.”
“Sejak kapan hyung tahu aku
memiliki perasaan terhadapnya?”
“Sejak kita bertemu Nadya untuk
kedua kalinya disekolah. Dan kau begitu senang bisa satu kelas dengannya.”
“Jadi hyung menyadarinya. Lalu
apakah hyung sendiri tidak memiliki perasaan terhadap Nadya?”
“Aku juga sangat menyayanginya.
Bagiku Nadya adalah matahari yang selalu menyinari setiap hari ku. Dia adalah
pelangi yang selalu bisa memberikan warna kebahagiaan kepadaku. Dia adalah alunan
musik yang bisa membuatku tenang bila mendengar suara tawanya.”
“Mengapa hyung tidak
mengatakannya kepada Nadya? Hyung tahu sendiri Nadya sangat menyukaimu sampai
dia gila.”
“Aku tahu. Tapi bila melihat
kenyataan bahwa aku akan pergi meninggalkannya lebih baik aku tidak mangatakan
apapun padanya. Meskipun itu akan sangat membuat dia merasakan sakit yang amat
sangat.”
“Apakah Nadya sudah tahu bahwa
minggu depan hyung akan berangkat ke China?”
“Tidak. Aku tidak ingin dia
mengetahuinya. Setelah aku berangakat kau ceritakan kepadanya tentang kepergian
ku ke China.”
“Baiklah hyung bila itu
keinginanmu. Aku akan mengatakannya setelah hyung berangkat ke China.”
“Terima kasih atas pengertianmu.
Aku percayakan Nadya kepadamu namdongsaeng.”
“Kau tenang saja hyung. Aku pasti
akan menjaga Nadya dengan sangat baik.”
-
-
-
-
-Nadya POV-
Aku tidak menyangka Luhan oppa
akan setega ini kepada ku. Mengapa dia pergi meninggalkan ku dengan perasaan
seperti ini? Mengapa dia pergi tidak mengatakannya kepadaku? Ingin rasanya aku
mengejarnya. Mengejarnya sampai aku mendapatkan dia kembali. Tapi apa yang
harus aku lakukan setelah aku mendapatkannya? Lagi. Aku tidak memiliki
keberanian lebih untuk mengatakan perasaan yang sudah meluap sangat lama
kepadanya.
Aku hany bisa merelakan kepergian
Luhan oppa sekarang. Dan hari ini aku akan benar-benar akan melepaskan semua
perasaan ku yang begitu besar terhadapnya. Menghilangkan semua perasaan ku pada
Luhan oppa sedikit demi sedikit meskipun itu akan memakan waktu yang sangat lama.
-Nadya POV End-
-
-
-Jeffrey POV-
Sudah satu tahun berlalu sejak
kejadian kepergian Luhan hyung ke China dan meninggalkan sakit yang sangat amat
pada Nadya. Sejalan dengan itu hubungan ku dengannya semakin dekat. Aku dan
Nadya sudah menjadi sepasang kekasih sekarang.
Dan sekarang adalah pekerjaan ku
untuk menunggunya berdandan karena kencan kita malam ini. Sambil menunggunya
aku memilih buku yang tertata rapi dirak buku untuk kubaca. Ada salah satu buku
yang membuatku begitu tertarik untuk dibaca. Tapi saat aku mengambilnya aku
sangat terkejut karena itu adalah buku diary milik Nadya.
Aku berjalan kembali menuju sofa
yang tadi aku duduki. Dengan sangat penasaran aku membuka buku diary milik
Nadya. Lembar demi lembar aku baca. Dan aku berhenti di lembar terakhir.
Sepertinya kata-kata ini ditujukan kepada Luhan hyung. Kata-kata yang Nadya
tulis benar-benar membuatku merasa sangat sedih terhadap apa yang selama ini
dia rasakan terhadap Luhan hyung.
Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mencintaimu, sayang
Bahkan jika aku kehilangan semuanya
Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mencintaimu, sayang
Bahkan hanya dengan memandangmu, air mataku akan keluar
Kata-kata yang tidak bisa aku katakan dengan alasan tenggorokanku
tertahan
Aku benar-benar mencintaimu dari hatiku yang terdalam
Setiap kali aku bertemu dengamu, aku sangat takut
Takut bila kau mengetahui bahwa kau yang ada dihatiku
Kata-kata yang aku ucapkan setiap hari adalah
Aku benar-benar mencintaimu, sayang
Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mancintaimu, sayang
Kata-kata itu berada dimulutku tapi aku tidak bisa mengatakannya
Kata-kata itu terlalu berat untuk aku ucapkan
Kata-kata itu selalu tertahan dimulutku setiap kali aku ingin
mengatakannya
-End-
Mian klo cerita sama alurnya kecepatan buanget -_- mian klo akhir
ceritanya km gag jd sama Luhan oppa malah jd sama Jeje oppa mu, huhuhuhuhh~~ :D
*aku melihat kenyataan soalnya ._.* Mian Jeffrey namdongsaeng, aku pinjem nama
mu buat pelengkap doang ;)
Mian klo aku kebanyakan ngomong “mian” *tabok author* waks~
Pai~pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar