Rabu, 17 September 2014

FF Luhan EXO

Neomu Saranghae Oppa


FF ini aku buatin khusus untuk yeodongsaeng ku tersayang yang jauh disana, Nadya *hug Nadya* semoga km suka ya sama nih cerita J *klo kgag suka lempar aja pake panci D.O* waks~
-
-

Ini bagiannya Luhan oppa. .mian klo typo bertebaran dimana-mana. .

-
-

Happy reading~~

-
-
-
-

Hujan deras mengguyur kota Seoul sore ini. Terlihat seorang yeoja kecil sedang berteduh dipinggiran depan supermarket. “Seharusnya aku mempercayai perkataan eomma tadi. Aku sungguh menyesal tidak membawa payung hari ini.” yeoja kecil itu terus-terusan merutuki dirinya sendiri dengan sesekali mempoutkan bibirnya yang mungil. Dia terlihat sangat menggemaskan sekali dengan wajah seperti itu. “Mengapa hujan ini tidak mau berhenti juga? Aku ingin pulang eomma.” Kini terdengar suara isakan dari balik wajah menggemaskannya. Dan setelahnya air matanya keluar secara perlahan.

Di dalam supermarket terlihat dua namja kecil bersama dengan orang tua mereka sedang berbelanja. Wajah namja pertama begitu terlihat seperti yeoja. Bila orang-orang tidak teliti melihat namja ini pasti mereka akan tertipu mengira namja itu adalah seorang yeoja karena wajahnya yang terlihat begitu cantik. Tapi wajah namja ini juga begitu tampan. Bisa dibilang wajah tampan dan cantik ada pada wajahnya secara bersamaan. Sedangkan namja kedua memiliki wajah yang sangat tampan. Ketampanan namja ini bisa membuat seorang namja sekalipun bisa menyukainya.

Saat mereka keluar dari supermarket, namja berwajah cantik itu menghampiri yeoja kecil yang sedang menangis dipinggiran supermarket. “Gwaenchana?” yeoja kecil itu melihat kearah namja cantik itu sambil menghapus air matanya. Namja cantik ini kemudian melepas jaketnya dan memakaikan pada yeoja kecil yang ada dihadapannya. “Kau pasti kedinginan. Pakailah jaketku agar kau hangat.” Yeoja kecil itu terlihat malu-malu. Namja cantik itu hanya tersenyum memandangi wajah yeoja kecil yang memerah sekarang. “Hyung apa yang kau lakukan? Eomma dan Appa sudah menunggu di mobil.” Namja cantik itu menoleh kearah kanan dan melihat adiknya sekarang sudah berdiri disampingnya.

“Dia siapa hyung?”

“Sudahlah. Kajja kita pergi.”

“Tu-tunggu…kalau boleh tahu namamu siapa?”

“Luhan. Xi Luhan.”

“Dan aku Xi Jeffrey.”

Kedua namja itu sekarang berjalan pergi meninggalkan yeoja kecil itu sendirian. Dari kejauhan yeoja kecil itu berteriak. “Luhan oppa, gomawo. Nama ku adalah Nadya, oppa.” Entah Luhan mendengar perkataannya atau tidak yang jelas sekarang dia sudah benar-benar pergi meninggalkan yeoja kecil itu seorang diri. Sedangkan yang ditinggal hanya bisa tersenyum senang atas pertemuan yang tak terduga hari ini. “Aku akan mengingat namanya. Xi Luhan.”
-
-
Beberapa tahun kemudian
-
-

-Nadya POV-

Aku tidak menyangka setelah beberapa tahun aku terus mengingat nama dan wajahnya dan sekarang aku benar-benar telah bertemu dengannya. Yaah pertemuan ku yang kedua dengannya. Dengan pangeran ku yang kunanti sejak dulu. Aku begitu senang karena dia adalah kakak kelas ku di sekolah. Dan lebih senangnya lagi aku satu kelas dengan adiknya. Aku akan menjadikannya teman ku sehingga aku bisa terus menanyakan tentang Luhan oppa padanya. Maaf bila aku hanya memanfaatkan nama teman kepadamu Jeffrey oppa. Tapi hanya dengan seperti itu aku bisa mengetahui lebih dalam tentang Luhan oppa sepenuhnya darimu.

Hari ini sepertinya tidak ada seorang guru pun yang masuk ke kelas. Sepertinya semua guru sedang sibuk dengan rapat mereka, entah rapat apa yang sedang mereka diskusikan. Aku tidak ingin tahu tentang hal itu. Sekarang yang ingin aku ketahui hanya lah tentang Luhan oppa. Semua isi otak ku hanya berisi Luhan oppa. Aku bisa gila bila terus menerus memikirkan namanya. Tapi aku bisa tambah gila lagi bila aku tidak mendapatkan informasi tentangnya sedikitpun dari sumber yang sudah sangat dipercaya. Siapa lagi kalau bukan teman sekelasku, adik dari Luhan oppa, Jeffrey.

Aku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya. Aku memberikan suara dehaman padanya. Sepertinya dia tidak merasakan ada seseorang disampingnya sekarang. Baiklah. Aku kembali berdeham lagi. Tetap dia tidak merespon. Mengapa dia selalu sibuk dengan handphonenya? Apakah dia tidak bosan terus-terusan memainkan benda persegi itu?

“Oppa apa yang kau lakukan?”

“Bermain game. Wae?”

Mengapa dia tidak menoleh kearah ku sedikit pun? mengapa dia terus fokus pada layar persegi itu? Aku mempoutkan bibirku dan langsung merampas handphonenya dari genggaman tangannya.

“Heeiii apa yang kau lakukan Nadya? Kembalikan handphone ku sekarang.”

“Shireo!! Aku akan menyita handphone mu oppa.”

“Mengapa kau menyita handphone ku? memang aku salah apa padamu?”

“Karena kau tidak memperhatikan ku dari tadi. Kau terus sibuk dengan benda ini.”

“Jadi kau ingin diperhatikan huh?”

“Maksud dari diperhatikan adalah kau harus menjawab pertanyaan ku. Bila kau sudah menjawabnya baru akau akan mengembalikan handphone mu ini.”

“Baiklah. Memang apa yang ingin kau tanyakan? Apakah tentang Luhan hyung lagi?”

“Matta. Everything about my prince Luhan oppa.”

Aku melihat Jeffrey oppa memasang wajah yang sungguh tak enak dipandang. Mengapa dia selalu memasang wajah seperti ini setiap kali aku ingin menanyakan Luhan oppa padanya? Apa yang salah dengannya?

“Bila kau ingin tahu lebih tentangnya tanyakan langsung pada Luhan hyung. Mengapa harus lewat padaku?”

“Kau tahu sendiri aku sangat malu bertemu dengannya. Setiap kali bertemu dengan Luhan oppa aku selalu kikuk dihadapannya dan itu membuatku malu bukan main.”

Aku mendengar Jeffrey oppa menghela nafas beratnya. Apakah aku membuat kesalahan sehingga dia menjadi seperti ini kepadaku?

“Baiklah. Apa yang ingin kau ketahui dari Luhan hyung dari ku?”

“Menurutmu apakah Luhan oppa menyukai ku atau tidak?”

“Heii pertanyaan macam apa itu? Mengapa kau bertanya seperti itu kepadaku huh?”

“Aku hanya bertanya saja oppa. Kau hanya tinggal menjawabnya saja.”

“Kau benar-benar yeoja yang aneh. Pertanyaan seperti itu hanya bisa dijawab oleh Luhan hyung saja. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Kau tanya kan sendiri padanya. Aku pergi.”

“Oppa….kau mau kemana? Aku belum selesai bertanya kepadamu.”

Perkataan ku sama sekali tidak didengar. Dia terus berjalan pergi keluar kelas. Aku hanya bisa memandangi kepergiannya dari tempat duduk ku sekarang. Ada apa dengan Jeffrey oppa hari ini?
-
-
-
-
Sepulang sekolah aku, Luhan oppa dan Jeffrey oppa mampir ke kedai makanan untuk mengisi perut kami yang sudah mulai kelaparan dan terus saja berbunyi.

“Nadya-yah kau ingin pesan apa?”

“Terserah Luhan oppa saja. Aku akan mengikuti mu.”

“Heeii kau seperti tidak ada tujuan. Mangapa kau selalu mengikuti pilihan ku huh?”

Mimpi apa aku semalam? Luhan oppa mengelus kepala ku dengan lembut sekarang. Semoga Luhan oppa tidak melihat wajahku sekarang. Aku begitu malu bila Luhan oppa melihat wajahku yang sudah berubah menjadi merah. Dan tolong jangan sampai dia tahu bila jantung ku sekarang benar-benar berdebar begitu cepat. Astaga aku bisa dibuat tidak sadar bila Luhan oppa terus seperti ini kepadaku.

“Hyung kau jangan terus memperlakukan dia manis seperti itu? Kau tidak lihat wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang.”

Perkataan Jeffrey oppa sukses membuat ku kesal. Aku mempoutkan bibirku dan memasang tampang kesal kearahnya dan jangan lupakan aku memberikan satu pukulan telak tepat kearah kepalanya.

“Mengapa kau memukul kepalaku huh? Ini sakit!!”

Aku hanya bisa tertawa lepas dan menjulurkan lidahku kearah Jeffrey oppa untuk mengejek dia. Senangnya bisa melepaskan kekesalan ku padanya. Luhan oppa hanya bisa tertawa melihat perbuatan kami berdua. Aku sangat senang melihat tawa dan senyum Luhan oppa yang selalu sukses membuatku kembali spot jantung. Aku berharap malam ini bisa memimpikan dia.
-
-
Skip Time
-
-
Waktu terus berputar. Hari berganti hari. Bulan berganti bulan dan musim berganti musim. Mengapa sekarang jarak kedekatan ku dengan Luhan oppa semakin menjauh? Mengapa sekarang Luhan oppa tidak bisa berkumpul lagi dengan ku dan Jeffrey oppa lagi? apakah karena sebentar lagi dia akan masuk ke Universitas sehingga dia lebih fokus pada belajarnya? Aku begitu merindukan Luhan oppa. Benar-benar rindu padanya. Aku sangat ingin sekali bertemu dengannya sekarang.

“Nadya…..”

Aku mendengar ada seseorang yang memanggil ku. Aku berharap itu adalah Luhan oppa. Aku menoleh kesumber suara dan melihat Jeffrey oppa sedang berjalan kemari. Samar-samar aku melihat wajah Luhan oppa yang mendatangiku.

“Nadya….”

Aku tidak salah mendengar bukan. Ini benar suara Luhan oppa yang sedang memanggilku. Aku tidak menyangka akhirnya aku bertemu dengannya.

“Heeiii Nadya. Mengapa kau melamun huh?”

Siapa yang mengguncang tubuh ku sekeras ini? dia benar-benar menggangu saja. Tanpa sadar aku melihat wajah Jeffrey oppa sangat dekat kepadaku. Aku terkejut dan langsung mendorongnya menjauh dari ku.

“Oppa apa yang kau lakukan? Mengapa kau mendekatkan wajahmu seperti itu?”

“Kau sendiri mengapa siang-siang seperti ini melamun dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila?”

Aku hanya terdiam mendengar ucapan Jeffrey oppa. Melamun? Apakah tadi aku sedang berkhayal tentang Luhan oppa? jelas-jelas tadi aku melihat Jeffrey oppa yang memanggil ku tapi mengapa aku menjadi berkhayal bahwa itu adalah Luhan oppa? Benar-benar bodoh!

“Mianhae oppa.” aku memberikan senyuman terbaik ku kepada Jeffrey oppa. Semoga dia tidak marah kepadaku.

“Kau menjadi seperti ini karena Luhan hyung bukan?”

Aku hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan Jeffrey oppa. Benar. Aku menjadi seperti ini karena Luhan oppa. Aku sudah gila karena aku begitu mencintainya.

“Sudahlah. Sekarang Luhan hyung masih berjuang penuh untuk masuk ke Universitas yang dia inginkan. Aku yakin dia pasti akan kembali bersama kita lagi.”

Jeffery oppa benar. Luhan oppa pasti akan kembali lagi setelah dia menyelesaikan urusannya. Tapi aku benar-benar tidak bisa menunggu untuk waktu yang lama. Entah kapan Luhan oppa akan kembali berkumpul bersama ku dan Jeffrey oppa lagi. Dan bagaimana dengan perasaan ku sekarang? Perasaan ku semakin kuat ketika Luhan oppa tidak ada bersama ku.

Tapi mengapa aku tidak bisa mengatakan akan perasaan ku kepadanya? Perasaan yang sudah kurasakan sejak kecil dan sekarang bertambah menjadi sangat besar. Perasaan itu hanya bisa ku ucapkan dalam hati ku saja. Ingin rasanya mengatakan “Aku mencintaimu Luhan oppa” tapi mengapa kata-kata itu sangat sulit sekali untuk ku ucapkan kepadanya? Aku sama sekali tidak memiliki keberanian untuk hal semacam itu.

-Nadya POV End-

-
-
-
-
Malam ini dirumah keluarga Xi terlihat sangat hening. Hanya detik jarum jam yang menemani kesunyian rumah keluarga Xi. Tok tok tok. Terdengar suara ketukan pintu dari arah atas. Tepatnya dipintu kamar anak kedua keluarga Xi. Jeffrey.

“Luhan hyung, ada apa?”

“Bolehkah aku masuk.”

“Tentu saja masuklah hyung.”

Luhan masuk dan duduk di sofa dekat jendela kamar Jeffrey. Jeffrey menarik kursi dan duduk dihadapan Luhan sekarang.

“Aku kira hyung sudah tidur. Ada apa hyung mencari ku?”

“Nadya. Bisakah kau menjaga Nadya?”

“Mengapa hyung bertanya seperti itu?”

“Aku tidak bisa menjaganya lagi. Minggu depan aku sudah berangkat ke China untuk melanjutkan sekolahku disana. Aku tahu kau memiliki perasaan pada Nadya. Aku yakin kau pasti akan benar-benar menjaganya.”

“Sejak kapan hyung tahu aku memiliki perasaan terhadapnya?”

“Sejak kita bertemu Nadya untuk kedua kalinya disekolah. Dan kau begitu senang bisa satu kelas dengannya.”

“Jadi hyung menyadarinya. Lalu apakah hyung sendiri tidak memiliki perasaan terhadap Nadya?”

“Aku juga sangat menyayanginya. Bagiku Nadya adalah matahari yang selalu menyinari setiap hari ku. Dia adalah pelangi yang selalu bisa memberikan warna kebahagiaan kepadaku. Dia adalah alunan musik yang bisa membuatku tenang bila mendengar suara tawanya.”

“Mengapa hyung tidak mengatakannya kepada Nadya? Hyung tahu sendiri Nadya sangat menyukaimu sampai dia gila.”

“Aku tahu. Tapi bila melihat kenyataan bahwa aku akan pergi meninggalkannya lebih baik aku tidak mangatakan apapun padanya. Meskipun itu akan sangat membuat dia merasakan sakit yang amat sangat.”

“Apakah Nadya sudah tahu bahwa minggu depan hyung akan berangkat ke China?”

“Tidak. Aku tidak ingin dia mengetahuinya. Setelah aku berangakat kau ceritakan kepadanya tentang kepergian ku ke China.”

“Baiklah hyung bila itu keinginanmu. Aku akan mengatakannya setelah hyung berangkat ke China.”

“Terima kasih atas pengertianmu. Aku percayakan Nadya kepadamu namdongsaeng.”

“Kau tenang saja hyung. Aku pasti akan menjaga Nadya dengan sangat baik.”
-
-
-
-

-Nadya POV-

Aku tidak menyangka Luhan oppa akan setega ini kepada ku. Mengapa dia pergi meninggalkan ku dengan perasaan seperti ini? Mengapa dia pergi tidak mengatakannya kepadaku? Ingin rasanya aku mengejarnya. Mengejarnya sampai aku mendapatkan dia kembali. Tapi apa yang harus aku lakukan setelah aku mendapatkannya? Lagi. Aku tidak memiliki keberanian lebih untuk mengatakan perasaan yang sudah meluap sangat lama kepadanya.

Aku hany bisa merelakan kepergian Luhan oppa sekarang. Dan hari ini aku akan benar-benar akan melepaskan semua perasaan ku yang begitu besar terhadapnya. Menghilangkan semua perasaan ku pada Luhan oppa sedikit demi sedikit meskipun itu akan memakan waktu yang sangat lama.

-Nadya POV End-

-
-

-Jeffrey POV-

Sudah satu tahun berlalu sejak kejadian kepergian Luhan hyung ke China dan meninggalkan sakit yang sangat amat pada Nadya. Sejalan dengan itu hubungan ku dengannya semakin dekat. Aku dan Nadya sudah menjadi sepasang kekasih sekarang.

Dan sekarang adalah pekerjaan ku untuk menunggunya berdandan karena kencan kita malam ini. Sambil menunggunya aku memilih buku yang tertata rapi dirak buku untuk kubaca. Ada salah satu buku yang membuatku begitu tertarik untuk dibaca. Tapi saat aku mengambilnya aku sangat terkejut karena itu adalah buku diary milik Nadya.

Aku berjalan kembali menuju sofa yang tadi aku duduki. Dengan sangat penasaran aku membuka buku diary milik Nadya. Lembar demi lembar aku baca. Dan aku berhenti di lembar terakhir. Sepertinya kata-kata ini ditujukan kepada Luhan hyung. Kata-kata yang Nadya tulis benar-benar membuatku merasa sangat sedih terhadap apa yang selama ini dia rasakan terhadap Luhan hyung.

Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mencintaimu, sayang
Bahkan jika aku kehilangan semuanya
Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mencintaimu, sayang
                      
Bahkan hanya dengan memandangmu, air mataku akan keluar
Kata-kata yang tidak bisa aku katakan dengan alasan tenggorokanku tertahan
Aku benar-benar mencintaimu dari hatiku yang terdalam

Setiap kali aku bertemu dengamu, aku sangat takut
Takut bila kau mengetahui bahwa kau yang ada dihatiku
Kata-kata yang aku ucapkan setiap hari adalah
Aku benar-benar mencintaimu, sayang

Aku benar-benar mencintaimu
Aku benar-benar mancintaimu, sayang
Kata-kata itu berada dimulutku tapi aku tidak bisa mengatakannya
Kata-kata itu terlalu berat untuk aku ucapkan
Kata-kata itu selalu tertahan dimulutku setiap kali aku ingin mengatakannya

-End-

Mian klo cerita sama alurnya kecepatan buanget -_- mian klo akhir ceritanya km gag jd sama Luhan oppa malah jd sama Jeje oppa mu, huhuhuhuhh~~ :D *aku melihat kenyataan soalnya ._.* Mian Jeffrey namdongsaeng, aku pinjem nama mu buat pelengkap doang ;)

Mian klo aku kebanyakan ngomong “mian” *tabok author* waks~

Pai~pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar