Kamis, 22 Juni 2017

Happy Xiuhan Day - is this the last for me to be a xiuhan shipper?

First of all, I want to say...


HAPPY XIUHAN DAY FOR ALL FAMILYS XIUHAN SHIPPERS ^^


Apa yang kalian /xhs/ lakukan untuk menyambut XIUHAN Day tahun 2017 ini? Apakah kalian mengadakan sebuah project? Nulis sebanyak-banyak nya ff XIUHAN di ffn, wattpad, atau aff? spamming moment XIUHAN di twitter, facebook, atau IG kalian? ^^
Gag terasa udah 4 tahun XIUHAN Day berjalan dan selama itu juga aku masih menjadi seorang (trash) Xiuhan Shippper T^T Actually, aku udah ada pemikiran buat move on dari mereka, udah pernah mencoba buat gag lagi mikirin mereka apalagi spamming moment mereka di akun sosmed aku esp on twitter. But, this is hard for me to move on from them! >< W H Y? T^T

Apakah kalian yang diluar sana (para xhs) merasakan hal yang sama seperti aku? Aku pernah tanya sama diri aku sendiri, "mau sampai kapan nge-shipper-in pasangan yang udah karam? mau sampai kapan terus pertahanin mereka yang udah gag ada moment sama sekali?" dan segala macam pertanyaan tentang XIUHAN yang sampai sekarang gag bisa aku jawab /sign/ T^T

Apalagi sekarang, Luhan demen bgt kayak ngasih semacam pancingan atau kode gitu, entah itu dari lirik lagunya, entah dari postingan dia di IG atau Weibonya ya. Itu semua ngebuat aku semakin mikir dan emang sebagai shipper (gag munafik bgt lah ya) tiap kali Luhan posting sesuatu atau Minseok/Luhan pakai sesuatu mesti pikiran aku langsung nyambung2in gitu ke hubungan XIUHAN T^T Dan yang bener-bener bikin aku kepancing adalah bagian ketika Luhan posting di IG foto jam tangan di hari ultahnya Minseok. Moment itu bener-bener ngebuat aku langsung delu bgt T^T mikir klo postingan itu (foto jam tangan) kayak semacam ucapan ultah dari Luhan buat Minseok >< dan aku gag peduli klo orang2 ngatain aku delusi khususnya H**H**S /lmao/



Salah satu postingan Luhan di hari ultahnya Minseok

Dan moment yang ngebuat aku kepancing lagi adalah ketika Luhan rilis mini album "Imagination" lagu On Call. Pas baca lirik lagunya pikiran ku langsung mikir klo lagu itu semacam buat orang yang jauh disana /yang jelas aku mikir itu buat Minseok lol/ Bahkan gag cuma lirik lagunya, durasi MV On Call angkanya sama kayak tanggal ultahnya Minseok, 3:26 T^T


Mancing terus si Luhan :(

Di tahun 2016, Luhan ngadain 1st solo concert nya bertajuk "Reloaded" di 3 kota yang berbeda. Konser pertama di Beijing, 26 Maret 2016 yang bertepatan dengan tanggal ultahnya Minseok T^T Konser itu kayak hadiah terindah buat Minseok gitu /delu kumat/ T^T

/gimana gag baper mulu, gimana gag kepancing mulu klo liat kodenya macem gituan T^T/

Hal yang ngebuat aku pengen bgt move on dari mereka, pertama tentu aja mereka udah gag ada moment real nya lagi, kedua aku udah gag mau lagi yang namanya delu2an seputar mereka berdua /itu hanya sebuah kebetulan belaka, mikir positif aja :D/ ketiga aku udah gag mau lagi liat Luhan untuk kesekian kalinya lagi T^T kenapa? karena tiap kali aku liat wajah Luhan mesti kebayang XIUHAN /emang dasarannya baperan tentang xiuhan sih jd agak gag terima gitu lmao/ Setiap kali liat Luhan bawaannya kayak sakit hati tapi gag berdarah gitu rasanya T^T

Tapi emang moment XIUHAN kelewat sweet dan fluffy bgt, jadi buat di luapain gitu aja sulit buat aku. Bahkan aku pernah mikir /pas Luhan masih jadi member EXO/ Luhan pernah ada rasa something gitu ke Minseok. Kenapa aku mikir gitu? Karena cara Luhan memperlakukan Minseok itu kayak lebih dari sekedar teman dekat. Bromance antara Luhan - Minseok kayak ada rasa2 suka nya /hahahah/

Apalagi klo Luhan udah mulai bisik2 ke Minseok >///< ughh rasanya gemes bgt T^T






Cara Luhan lihat ke Minseok juga agak something gitu T^T stare nya ngefeels bgt T^T




Padahal Minseok itu gag suka klo ada orang yang pegang2 wajahnya tapi Luhan malah pegang wajah Minseok dengan bahagia sedangkan Minseok sendiri fine2 aja T^T




Ini lucu bgt tp pengen ngakak gara2 mukanya Jongdae lol T^T

Dan masih banyak lagi moment XIUHAN /tapi ini kenapa aku bahasnya malah dari sisi Luhan doang ya :D/ yang gag bisa aku jelasin karena emang susah buat di jelasin dengan kata2 >< Intinya mereka itu pasangan yang sweet, yang fluffy bgt, dan gag ada yang bisa gantiin mereka T^T




Karena hari ini adalah XIUHAN Day, hari dimana Luhan dan Xiumin di satukan dalam sebuah pertandingan sepak bola yang mana Xiumin mewakili dari pihak Korea Selatan (barengan sama member RM, Minho SHINee) dan Luhan dari pihak China. Mereka saling pegangan tangan, saling pelukan T^T ugghh /baper lagi/ dan sekarang aku mau spam foto moment mereka di event Asian Dream Cup ^^ 

130623 XIUHAN at Asian Dream Cup












Link video XIUHAN hug at Asian Dream Cup : https://www.youtube.com/watch?v=VTlGlypctuw
Link video XIUHAN holding hands at Asian Dream Cup : https://www.youtube.com/watch?v=abjbOTr_RyA

Throwback liat moment mereka di event itu selalu bikin aku senyum2 sendiri :D terlalu sweet untuk di kenang >///<

Meskipun XIUHAN udah gag ada lagi, moment mereka udah hilang di telan waktu, tapi aku masih (menjadi) seorang penulis beberapa ff mereka sampai sekarang. Tapi (mungkin) suatu saat aku juga bakalan berhenti nulis cerita mereka. Kadang suka sedih tiap baca komenan pembaca ff ku yang ngatain "masih ada yang nulis ff xiuhan, pertahanin ff xiuhan, makasih masih mau nulis ff xiuhan, bikin ff xiuhan lagi" dan masih banyak komenan lainnya yang nyuruh buat terus support XIUHAN meskipun momentnya udah hilang :')

Dan sekarang aku juga udah mulai seneng sama pasangan SeXiu (Sehun x Xiumin). Mungkin perlahan dengan menyukai SeXiu, aku bisa move on dari XIUHAN lol tapi tetep aja ya gag ada yang bisa gantiin posisi XIUHAN sekalipun aku suka sama pasangan yang lain ^^

Terakhir dari aku, selalu support XIUMIN dan LUHAN gimana pun mereka sekarang ^^ XIUMIN dan LUHAN tanpa fans nya gag bakalan bisa bersinar kan? ^o^ and then, I want to say "Find someone who look at You the way LUHAN looks at XIUMIN" ^^

Thank you yang udah mau baca blog XIUHAN ku yang terlalu delu ini~

Senin, 21 Maret 2016

ff Kris - Xiumin - Luhan EXO (photography chap.4 - INA)

Photography
.
.
Kris – Xiumin – Luhan
.
.
Another member of EXO
.
.
Romance!
BL x BL
.
.
Happy reading~
.
.
Hari minggu, hari yang sangat membahagiakan bagi anak-anak sekolah pada umumnya. Hanya di beri libur sekolah satu hari saja sudah membuat anak sekolahan seperti Kris dan Minseok bisa bernapas lega. Tidak ada yang namanya berpikir keras soal pelajaran ataupun mengerjaskan tugas sekolah.

"Kau akan ikut atau tidak Kris? Aku akan berangkat sekarang." kata Minseok sambil mengguncang tubuh Kris pelan. Kris yang masih bergelut dengan selimutnya hanya memandang Minseok malas. Dia melirik jam digital disampingnya. "Ini masih jam setengah 5 pagi Minseok." Ucap Kris malas. "Baiklah kalau kau tidak mau ikut, aku akan lari pagi sendiri saja." Ketika Minseok akan pergi, Kris menahan tangan Minseok "Baiklah aku akan menemanimu. Tunggu sebentar." Kris menarik Minseok untuk duduk di pinggir ranjangnya. "Aku tidak memaksa mu Kris." Kris hanya mengusap kepala Minseok lembut lalu beranjak dari kasurnya. "Aku akan bersiap-siap sebentar."

Setelah selesai menunggu Kris, kini mereka berdua telah keluar dari rumah. Kris memandang langit yang masih belum menampakan mataharinya. "Kau lihat, bahkan bintang saja masih terlihat." Minseok hanya tersenyum melihat Kris yang sejak tadi berkacak pinggang memandang langit. "Bukankah sudah ku bilang kalau aku tidak memaksa mu untuk ikut lari pagi dengan ku." Minseok mulai berjalan meninggalkan Kris. "Lalu mengapa kau membangunkan ku bila kau tidak memaksaku untuk ikut lari pagi dengan mu?" Kris mengikuti langkah Minseok pelan.

"Kalau begitu kau bisa kembali lagi ke rumah dan tidur lagi dengan selimut mu." Minseok menjulurkan lidahnya kearah Kris kemudian dia mulai berlari kecil untuk menghindari amukan Kris. Dan mulailah aktivitas minggu pagi mereka dengan lari pagi yang terlihat seperti aksi kejar mengejar seorang pencuri. Hanya berlari beberapa jarak, Minseok menghentikan larinya. Dia menoleh kearah belakang melihat sosok Kris yang tiba-tiba menghilang. Napasnya yang masih tersengal-sengal ditambah dengan perubahan wajahnya yang tiba-tiba khawatir karena orang yang mengejarnya tiba-tiba saja tidak ada. Minseok terus menoleh kesana kemari mencari sosok Kris.

"Kemana dia pergi?"

Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. "Kena kau anak kucing." Suara berat Kris dan pelukannya yang secara tiba-tiba itu membuat Minseok sedikit terkejut. "Kau mengagetkan ku Kris." Kris hanya tertawa dan memeluk Minseok semakin erat.

"Bisakah kau lepaskan pelukanmu Kris? nanti orang-orang akan melihat kita."

"Tidak. Mereka tidak akan melihat kita. Ini masih sangat pagi untuk bangun. Disini hanya ada kita berdua saja."

Minseok membalikan tubuhnya menghadap Kris. "Aku ingin menanyakan sesuatu kepada mu." ucap Minseok dengan tatapan yang dibuat begitu tajam. Kris hanya tertawa melihat wajah Minseok yang begitu imut. Bukannya takut dengan tatapan tajam Minseok, Kris malah ingin sekali mencubit pipi Minseok yang bulat yang kini terlihat rona merah menjalar di sekitar tulang pipinya.

"Memangnya apa yang mau kau tanyakan?"

"Sebenarnya hubungan kita ini apa?"

Pertanyaan Minseok membuat Kris langsung terdiam seketika. Dia melepaskan pelukannya. Kris berbalik memunggungi Minseok yang masih setia memandanginya.

"Mengapa kau tiba-tiba bertanya hal seperti itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja. Semua anak di sekolah selalu berkata kalau aku adalah kekasih mu. Awalnya aku terkejut mendengarnya dan ingin sekali bertanya kepada mu tentang hal itu, tapi aku tahu alasan mu mengatakan hal itu kepada semua anak-anak di sekolah. Kau hanya tidak ingin kejadian ketika smp dulu terjadi lagi kan?"

Minseok meremas lengan jaket Kris. Dia menundukan kepalanya. Terlihat ada guratan takut dan sedih di wajahnya. Kris berbalik dan langsung memeluknya sangat erat. "Waktu itu aku memang masih belum bisa menerima mu menjadi saudara ku Minseok, bahkan saat kau menjadi murid baru di sekolah ku, aku bersikap mengacuhkan mu dan tidak melindungi mu sama sekali. Hingga kejadian itu terjadi dan membuat ku tersadar kalau aku adalah saudara yang sangat buruk bagimu. Sejankejadian itu, aku langsung berjanji kepada diri ku sendiri bahwa aku akan selalu melindungi dirimu meskipun harus merelakan diri ku sekalipun yang menjadi tamengnya."

Minseok mengangkat wajahnya melihat wajah Kris. "Aku sangat berterima kasih dengan semua yang kau lakukan Kris." Minseok tersenyum manis menampilkan deretan giginya yang rapi. Kris memandang Minseok sayang. "Jadi, anak kucing ini hanya menjadi milik Kris seorang. Bukan milik orang lain." Kris mencium kening Minseok lembut. "Tapi sepertinya Luhan yang akan menjadi saingan mu saat ini?" Wajah Kris seketika berubah kecut ketika Minseok menyebut kan mana Luhan di sela-sela percakapan mereka. Minseok hanya tertawa melihat ekspresi Kris yang tiba-tiba berubah masam.

"Itu tidak akan membuat ku takut. Bukankah kau sudah menyuruhnya untuk tidak mendekati mu lagi?"
Minseok mengangguk pelan.

"Kau benar, tapi aku melihat kalau Luhan bukan orang yang mudah menyerah begitu saja. Dia pasti akan terus mendekati ku lagi."

"Aku tidak akan menyerahkan mu pada siapapun juga termasuk pada Luhan."

Minseok kembali menyembunyikan kepalanya di dadanya Kris. "Bahkan sekarang kita terlihat seperti sepasang kekasih Kris." Kris tersenyum lebar. "Bila kau memang menginginkan hal itu terjadi, aku akan menerimanya dengan senang hati." Kris mengelus kepala Minseok pelan. "Hal itu hanya akan terjadi dalam mimpi mu saja." Minseok memukul dada Kris pelan lalu keduanya pun tertawa bersama setelahnya.
.
.
.
Pukul setengah tujuh pagi, Kris dan Minseok mulai kembali ke rumah mereka. Dari kejauhan, terlihat seseorang sedang berdiri di depan rumah mereka. "Bukankah itu Suho?" Kris memicingkan matanya untuk memastikan ucapan Minseok. "Apa yang dia lakukan di depan rumah kita sepagi ini?" Minseok mengangkat bahunya tak tahu. "Hanya Suho yang tahu tentang hubungan kita yang sebenarnya Minseok." Minseok menoleh kearah Kris. Kerutan halus terlihat di keningnya. "Kau menceritakan semuanya kepadanya?" Kris tersenyum lalu mengacak rambut Minseok asal. "Aku menceritakan semuanya. Sudahlah, ayo kita pulang." Kris merangkul pundak Minseok dan menariknya.

"Suho. Heii…" Sapa Minseok ketika mereka sudah berada di depan rumah. Suho menampilkan senyum manisnya saat orang yang dia tunggu tiba-tiba muncul. Wajahnya sedikit terkejut ketika melihat Kris merangkul pundak Minseok lalu dia tersenyum kembali.

"Apa kau mencari ku?" tanya Kris dan Suho hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Ayo kita masuk. Sarapan sudah menanti kita."

Minseok melepaskan rangkulan Kris dari pundaknya dan berjalan masuk ke dalam. "Tidak. Aku hanya ingin berbicara dengan Kris sebentar saja." Minseok dan Suho melihat kearah Kris.

"Kau tidak ingin sarapan bersama kami?"

"Tidak Kris, terima kasih. Lain kali aku akan menerima tawaran mu bila kau masih menawarkannya." Suho tertawa canggung. Kris melihat Minseok yang masih berdiri di ambang pintu. "Kau masuklah duluan." Minseok mengangguk lalu memberikan senyuman manis kepada Suho sebelum dia masuk kedalam.
.
.
.
Minseok masuk ke dalam rumah dan langsung mendudukan dirinya di kursi meja makan. Wajahnya terlihat takjub dengan semua makanan yang tersedia di meja makan pagi ini. "Waahh makanannya banyak sekali. Tumben sekali ibu memasak makanan banyak pagi ini?" Minseok mengambil salah satu makanan kesukaannya. "Hemm ini enak sekali." Dia langsung memakan sarapannya dengan lahap.

"Minseok." Panggil ibunya. Minseok hanya menanggapi panggilan ibunya dengan dehaman pelan . Dia masih sibuk mengunyah makanannya. "Apakah kau lupa dengan hari ini?" sambil tetap mengunyah, Minseok berusaha untuk berbicara. "Memangnya ada apa dengan hari ini ibu?" Ibunya menghentikan tangan Minseok yang akan mengambil lauk lagi. Minseok melihat wajahnya ibunya sambil berkedip lucu.

"Hari ini peringatan kematian orang tua mu sayang."

Wajah Minseok tiba-tiba berubah datar. Dia meletakan sumpitnya dan meminum air sampai habis. Dia terdiam sebentar mengatur napasnya. "Jadi karena itu ibu memasak makanan sebanyak ini? Bahkan aku sebagai anaknya sampai lupa dengan hari terpenting dalam hidup ku."

Minseok tersenyum kecut menatap semua makanan di atas meja. Beberapa kali dia menghela napasnya. "Aku sudah selesai makan." Minseok mulai bangkit dari kursinya. Dia sudah tidak berselera lagi untuk sarapan. Perkataan ibunya tentang mengingatkan hari peringatan kematian orang tuanya membuat Minseok kembali memutar memori masa kelamnya dulu.

"Aku akan bersiap-siap ke makam ayah dan ibu."

"Minseok, ibu akan menemani mu kesana."

Minseok melihat ibunya. Wajah ibunya, bukan itu bukan ibu kandungnya melainkan ibu kandung Kris. Dia sudah terbiasa memanggil ibu Kris dengan sebutan ibu sejak dulu tapi itu juga membutuhkan waktu bagi Minseok untuk memanggilnya dengan sebutan ibu. Minseok begitu merindukan sosok ibu kandungnya sendiri. Minseok menggeleng pelan, menolak tawaran ibunya.

"Tidak usah ibu. Aku akan kesana sendirian saja."

"Ini pertama kalinya kau kesana sendirian kan? Kau benar ingin sendirian saja? Kris bisa menemani mu."
Minseok kembali menggeleng menolak tawaran ibunya. "Tidak perlu. Aku ingin sendiri saja." Minseok berbalik dan berjalan perlahan menuju kamarnya. Ibu Kris hanya bisa diam memandang Minseok dengan wajah lesu.
.
.
.
Minseok sudah bersiap untuk pergi ke pemakaman ayah dan ibunya yang tempatnya lumayan jauh dari rumahnya. Sekali lagi ibu Kris menawarkan agar Kris menemaninya pergi ke pemakanman orang tuanya. "Tunggulah Kris sebentar lagi sayang. Ibu tidak ingin kau kenapa-kenapa di jalan nanti. Kris bisa melindungi mu." Minseok hanya tersenyum lalu memeluk ibunya. "Aku berangkat dulu ibu. Ibu jangan khawatirkan aku. Aku sudah besar dan bisa menjaga diri ku sendiri." Sebelum Minseok pergi, dia mencium pipi ibunya terlebih dahulu.

Minseok mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebouqet bunga mawar untuk makam orang tuanya. Dia tersenyum melihat bunga yang dia bawa. "Bunganya sangat cantik." Tiba-tiba suara seseorang terdengar di telinga Minseok. Dia menoleh ke sumber suara dan mendapati Luhan ada di sampingnya sekarang. Minseok sedikit terkejut dengan kehadiran Luhan secara tiba-tiba.

Sejak kapan Luhan ada disini? Apakah dia membuntuti ku?

Minseok memandang Luhan heran. Orang yang dipandang hanya menampilkan senyum lebarnya terus. "Kau mau pergi kemana Minseok? Setelan jas yang rapi ditambah kau membawa sebouqet bunga mawar. Apakah kau akan pergi kencan?" Minseok semakin memandang Luhan heran.

Bila aku meladeni dia, bisa-bisa aku tidak jadi ke makam ayah dan ibu.

Minseok memasang wajah datarnya. Dia tidak menghiraukan ucapan Luhan sama sekali. Dia mulai berjalan meninggalkan Luhan. "Dia benar-benar akan berkencan? Denga siapa?" Luhan mengejar Minseok yang kini sudah mulai menaiki bus kota. Dengan napas yang tersengal-sengal Luhan masih bisa menampilkan senyumnya untuk Minseok. Dia kemudian mendudukan dirinya di samping Minseok yang sama sekali tak memandangnya.

"Aku bisa mengejar mu Minseok."

Minseok hanya menghela napasnya dan memandang keluar jendela. Dia berpura-pura tidak melihat Luhan yang jelas-jelas ada di sampingnya. Dia berpura-pura menulikan pendengarannya yang jelas-jelas Luhan berbicara kepadanya. Luhan yang tak kuat dengan sikap Minseok yang terus saja mendiaminya kini dengan gemas dia mulai mengeluarkan suaranya lagi.

"Ayolah Minseok, sampai kapan kau akan terus mendiami ku seperti ini?"

Minseok terus diam memandang keluar jendela.

"Baiklah. Kalau itu mau mu. Terus saja kau mendiami ku, aku akan terus mengganggu mu sampai kau mau berbicara dengan ku."

Luhan melipat tangannya dia dada. Dia memasang wajah sedikit cemberut. Minseok lagi-lagi tidak menggubrisnya. Dia terus diam.
.
.
.
Bus mulai berhenti di halte selanjutnya. Minseok mulai berdiri dan menghambur pergi meninggalkan Luhan. Luhan menatap Minseok tak percaya. Dia langsung bergegas menyusul Minseok turun dari bus.
Luhan melihat sekeliling tempat dimana dia berada sekarang. Dia merasa asing dengan tempat yang dia telusuri. Luhan memutuskan untuk membuntuti Minseok dari belakang. Matanya membulat ketika melihat Minseok masuk ke sebuah pemakaman. Luhan berhenti sebentar untuk melihat gerbang masuk tempat pemakaman orang tua Minseok di semayamkan.

"Siapa yang meninggal?"

Luhan kembali melanjutkan langkahnya. Dia hanya melihat Minseok dari kejauhan ketika Minseok mulai memberikan penghormatan pada kedua makam yang ada di hadapannya. Kening Luhan berkerut. Dia terus memperhatikan Minseok dari kejauhan.

Setelah selesai, Minseok mulai berjalan menuju rumah duka dimana abu ayah dan ibunya di simpan. Luhan kembali membuntuti Minseok. Dia tidak mau sampai kehilangan sosok orang yang dia sukai.
Minseok hanya memandang foto kedua orang tuanya dari balik lemari kaca. Luhan yang sejak tadi penasaran siapa orang yang Minseok kunjungi di tempat pemakaman ini, dengan berani dia mendekati Minseok. Luhan melihat sebingkai foto sepasang suami istri saling berpelukan erat. Apakah itu orang tua Minseok? Luhan kini beralih memandang Minseok. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun. Hanya kosong dan datar yang terlihat di wajahnya.

"Aku merindukan mereka."

Luhan terdiam. Dia tidak tahu apa yang akan dia ucapkan. Dia hanya bisa mengikuti Minseok, memandang foto orang tua Minseok. Beberapa menit mereka terdiam hingga suara Minseok memecah keheningan.

"Ayo kita pergi."

Minseok melangkah pergi keluar dan Luhan membuntutinya lagi. Kini mereka berdua berjalan secara bersamaan. Luhan kini tahu apa yang membuat Minseok berdandan rapi dengan setelan jas dan membawa sebouqet bunga mawar. Luhan tersenyum miring ketika dia mengingat perkataannya di depan toko bunga tadi. Pergi berkencan kata ku. Kau benar-benar bodoh Luhan.

"Kau ingin jalan-jalan Lu?"

Luhan hanya memadang Minseok khawatir. Minseok hanya tertawa pelan melihat wajah Luhan. "Kau tenang saja. Aku baik-baik saja Luhan."

Luhan tiba-tiba menarik Minseok dan memeluknya. "Aku tidak tahu kau ini sedang berakting atau tidak, tapi aku tahu kau ingin menangis sekarang. Jangan menahannya Minseok. Keluarkan semua tangisan mu agar kau merasa lebih baik." Luhan semakin memeluk Minseok erat. "Bahkan kau juga tidak bisa tertipu Luhan." Luhan melepaskan pelukannya. Menangkupkan pipi Minseok yang bulat. "Aku siap menjadi sandaran mu bila kau membutuhkannya Minseok." Mata Minseok mulai berkaca-kaca. Terdengar isakan kecil muncul dari bibirnya. Luhan kembali membawa Minseok masuk ke dalam pelukannya.

Tbc…


Thank you for : Xiao Neko-chan, elfishminxiu, Wu Yi Xiu, CiElAnGel, feyy, minminxiu, milkbubble, shinta. lang,xiaolong26, Jiji Park dan buat yang udah fav sama follow ini ff ^^

Semakin gag jelas ae ini cerita -_- heheh~ mau di lanjut gag nih?

Review pliss~ ^^

Jumat, 05 Februari 2016

ff Kris - Luhan - Xiumin EXO_ Photography chapter 3



Photography
.
.
Kris – Xiumin – Luhan
.
.
Another member of EXO
.
.
Romance!!
BL x BL
.
.

Happy reading~

.
.

Pagi harinya, Minseok terburu-buru berangkat ke sekolah tanpa menunggu Kris yang saat ini masih santai dengan seragamnya. Minseok langsung mengambil roti isi yang baru saja dibuat oleh ibunya.

“Minseok, bisakah kau makan dengan tenang sayang? duduklah dulu.”

“Aku harus segera ke sekolah sekarang ibu. Aku berangkat dulu.”

Masih dengan mengunyah makanannya, Minseok mencium pipi ibunya dan berlari keluar rumah sambil menggunakan sepatunya. Kris yang sudah turun dari kamarnya melihat tidak ada sosok Minseok di meja makan sekarang. Dia memandang ke arah ibunya. Bertanya.

“Apakah Minseok belum bangun?”

Kris duduk dan meminum susunya.

“Dia baru saja berangkat.”

Ucapan ibunya membuat Kris menyemburkan susunya. Dia menelan ludahnya cepat dan memandang ibunya tak percaya.

“Benarkah dia sudah berangkat?”

Kris melihat kearah jam dinding yang menggantung di atas meja makan. Ini masih jam 7 pagi dan dia sudah berangkat? Dia mengkerutkan keningnya. “Ini, makan sarapan mu Kris.” Ibunya menyodorkan sepiring roti isinya padanya. Kris hanya mengangguk lalu mengambil roti isi itu dan memakannya.

“Minseok sangat terburu-buru. Sepertinya ada hal penting. Apa Minseok tidak memberitahu mu sebelumnya?

Kris menggeleng. “Tidak. Semalam dia tidak memberitahuku setelah kami mengerjakan tugas.” Dia kembali meminum susunya lalu meraih tasnya. “Baiklah ibu, aku berangkat dulu. Aku harus memastikan anak kucing ku baik-baik saja.” ibunya hanya menggeleng pelan.  Sebelum dia berangkat, Kris mencium dan memeluk ibunya erat lalu kemudian dengan santai dia berangkat ke sekolah.
.
.
Sampainya di sekolah, Kris mencari sosok Minseoknya di kelas. Dia terus menajamkan penglihatannya agar sosok yang dia cari ditemukan. Tidak ada. Kris menaikan sebelah alisnya. Saat ada salah seorang teman sekelas Minseok masuk, Kris menahannya sebentar.

“Tunggu, kau melihat Minseok?”

“Minseok? Sepertinya dia belum berangkat.”

Kerutan di kening Kris tampak jelas. Alisnya menaut menjadi satu. Teman sekelas Minseok itu pun langsung berjalan masuk ke kelas ketika melihat wajah Kris yang tiba-tiba berubah menjadi setengah mengerikan, batinnya.

Dengan langkah cepat, Kris menelusuri setiap lorong sekolah dan tempat-tempat yang selalu Minseok kunjungi. Wajahnya mulai berubah menjadi mengerikan ketika dia tak menemukan sosok manusia yang dicarinya itu.

Di tempat lain, kini Minseok dan Luhan duduk di sebuah atap gedung sambil menikmati segelas kopi yang tadi Luhan bawa. Dia terus menampilkan senyum lebarnya melihat langit yang begitu cerah. Terdengar senandung pelan keluar dari bibir tipisnya. Luhan menutup matanya, merasakan hembusan angin yang menerpa kulit dan rambutnya.

“Luhan”

“Eemm”

Luhan masih terus dengan kegiatannya. Minseok hanya memandang kearah Luhan dengan wajah yang sedikit terpana.

“Ini. Aku mengembalikan uang mu yang kemarin.”

Minseok menyerahkan beberapa lembar uang pada Luhan. Luhan langsung membuka matanya dan memandang Minseok sebentar lalu melihat uang yang Minseok genggam. Luhan tersenyum miring. Kembali dia menatap Minseok dan tersenyum.

“Sudah, tidak usah kau kembalikan. Aku anggap uang itu sebagai salam perkenalan kita.”

“Tapi aku merasa tidak enak padamu.”

Luhan meraih tangan Minseok. Dia menatap Minseok begitu intens sampai Minseok tak kuat memandangi wajah Luhan yang sekarang entah sejak kapan sangat dekat dengan wajahnya.

“Baiklah bila kau tidak enak kepada ku. Kau mau mengembalikan uang itu pda ku tapi aku tidak mau kau mengembalikannya. Aku ingin hal yang lain.”

Minseok hanya mengedipkan matanya saja. Dia menarik tanganya pelan dari genggaman Luhan.

“Apa yang kau inginkan Luhan?” tanya Minseok sedikit takut. Tiba-tiba ponsel Minseok bergetar saat Luhan akan menjawab pertanyaanya. “Tunggu sebentar. Kris menelpon ku.” Minseok sedikit menjauh dari tempa Lluhan. Luhan memandang kearah Minseok dengan kesal.

“Ck, sial! Kris mengganggu disaat yang tidak tepat.”

Minseok mengangkat ponselnya dengan ragu-ragu. Dengan tangan sedikit bergetar dia mengangkat panggilan dari Kris.

“Ha-hallo Kris.”

“heeii Minseok! Kau ada dimana sekarang? mengapa suara mu terdengar bergetar huh?”

“A-aku sekarang a-ada di-“

Minseok tersentak ketika Luhan tiba-tiba mengambil ponselnya. Matanya mebulat ketika Luhan mulai menjawab panggilan Kris.

“Minseok sekarang dengan ku Kris. Kau tidak perlu tahu dia ada dimana sekarang. Dia baik-baik saja.”

Luhan langsung mematikan sambungan telepon dari Kris. Dia mengembalikan ponsel Minseok. “Bila dia menelpon mu lagi, jangan diangkat. Dia mengganggu!”

“Ta-tapi..”

Luhan langsung kembali ketempatnya semula. Minseok hanya memandang Luhan dengan padangan terkejut dan tak percaya. Baru kali ini ada seseorang yang berbuat seperti tadi pada Kris. Minseok menelan ludahnya cepat. Ponselnya kembali bergetar.

“Minseok.” Panggil Luhan yang membuat Minseok kembali terkejut. Dengan langkah takut dia berjalan menghampiri Luhan. “Dia pasti menelpon mu lagi kan? Sudah jangan diangkat. Biarkan saja.” Minseok memandang ponselnya. Maaf Luhan. Aku hanya tidak ingin kau terlibat masalah dengan Kris. Minseok menggenggam ponselnya erat.

“Aku harus pergi sekarang. Terima kasih untuk kopinya.”

Dengan langkah cepat dan terburu-buru, Minseok meninggalkan Luhan. “Minseok.” Minseok mengabaikan paggilan Luhan. Dia terus melangkah pergi menjauhinya. Luhan menghela napas panjangnya. “Memang apa yang membuatmu selalu dekat dengan Kris?” tanya Luhan pada bayangan Minseok yang kini sudah tak terlihat lagi.
.
.
.
Minseok berjalan masuk ke dalam ruang club basket. Dia bertanya-tanya pada teman satu anggota basket Kris tentang keberadaannya sekarang.

“Aku tadi melihatnya berjalan ke arah belakang sekolah.”

“Tidak. Aku melihatnya ada di kantin tadi.”

Dan bla  bla bla. Minseok hanya tersenyum seadanya dan pergi keluar club. Dia berjalan menuju arah belakang sekolah. Dia terus mencari sosok tinggi yang membuatnya resah sekarang. Ponselnya terus dia gunakan untuk menghubungi Kris.

“Kris…’

Suara Minseok yang sedikit ragu membuat namja tinggi yang terlihat sedang menutup matanya itu membuatnya terbuka. Dia menatap tajam Minseok yang sedang berdiri tak jauh darinya. Dia mulai bangkit dan berjalan menghampiri Minseok.

“Kau suka membuat ku khawatir seperti ini, huh?!”

Dia menarik lengan Minseok kasar. Mengeratkan tanganya pada lengan Minseok yang membuat si pemilik lengan sedikit terkejut. Tubuhnya mulai bergetar. Dia tak berani menatap Kris yang sekarang sudah mulai marah padanya.

“Ma-maafkan a-aku Kris.”

Suaranya terdengar sangat lirih. Kris menghela napasnya dan menarikMinseok masuk ke dalam pelukannya. “Kau seharusnya menceritakan kepada ku ada apa sebenarnya Minseok. Aku benar-benar sangat mengkhawatirkan mu.” Minseok mengeratkan genggamannya pada seragam Kris. Air matanya mulai keluar perlahan. “Maaf Kris. Aku tidak akan membuat mu khawatir lagi kepada ku.” Kris semakin mengeratkan pelukannya. Dielusnya rambut Minseok pelan agar Minseok tenang dan berhenti menangis. Luhan, aku akan membuat perhitungan pada mu. tunggu saatnya tiba dan kau akan tahu akibatnya.
.
.
.
Pelajaran terakhir, Luhan terus memainkan bolpointnya dengan cepat. Dia menunggu waktu pulang sekolah yang dia rasa sangat lama sekali. “Cepatlah!” sebuah tangan menghentikan aksi Luhan memainkan bolpointnya. Luhan menoleh pada teman sebangkunya, Chen. “Bisakah kau diam?” bisik Chen. Luhan hanya memberikan senyum bodohnya dan mengucapkan kata maaf pada Chen. Dan jam yang ditunggu Luhan pun datang. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Dengan cepat Luhan mengemasi semua bukunya sambil bersiul senang.

“Kau kenapa Luhan?” Tanya Chen.

“Kau terlihat bahagia sekali.” Suara Chanyeol tiba-tiba terdengar.

“Aku hampir mendapatkan sebuah jackpot teman-teman.” Luhan mengembangkan senyum lebarnya.

“Benarkah?” tanya Chen dan Chanyeol bersamaan.

“Kau akan mendapatkan apa? Sebuah uang? Liburan gratis?”

“Lebih dari itu semua. Aku pergi dulu.”

Chanyeol dan Chen langsung membuntuti Luhan dari belakang. Mendengar kata jackpot perasaan Chen dan Chanyeol mulai berbunga-bunga. Mereka mulai berpikir tentang jackpot yang Luhan katakana tadi. Setelah mengtahui Luhan masuk ke kelas sebelah, lebih tepatnya kelas Minseok, mereka berdua menghentikan langkahnya. Chanyeol dan Chen saling memandang satu sama lain. Mereka berdua menggeleng tidak percaya.

“Apakah yang dimaksud Luhan dengan jackot adalah kekasih Kris?”

“Sepertinya begitu.”

“Lebih baik kita pergi sebelum sebuah tragedy mengerikan muncul.”

Ketika Chanyeol dan Chen akan meninggalkan tempat mereka berdiri sekarang, Kris sudah menahan mereka berdua. Tatapan matanya yang tajam membuat Chanyeol dan Chen hanya bisa berdiri kaku seperti sebuah patung.

“Aku mendengar kalian berdua menyebut nama Luhan dan kekasih Kris. Apa maksudnya itu? bisakah kalian jelaskan kepadaku.” Kata Kris dengan nada dingin dan tatapan yang menusuk. Chanyeol dan Chen masih tetap diam. Keringat dingin mulai muncul di pelipis keduanya.

“Kau pasti salah dengar Kris. Kita tidak berkata apa-apa.” Kata Chanyeol sambil tertawa yang dibuat-buat. Disusul Chen yang juga ikut tertawa. “Hahahah kau benar Chanyeol. Kita berdua tidak berkata apa-apa tadi.” Chen menepuk pundak Kris asal.

Kris menatap tajam kearah Chen. Chen hanya memasang senyum polosnya dan menyingkan tangannya dari pundak Kris. “Apa yang kalian berdua lakukan disana?” Chanyeol dan Chen membulatkan kedua matanya. Keringat dingin terus keluar deras saat suara Luhan mulai terdengar.

“Lebih baik kita segera pergi dari sini Chen. Suasananya mulai panas.”

“Kau benar. Ayo kita pergi.”

“Luhan.” panggil Kris santai tapi terdengar penuh dengan syarat tak suka dalam panggilan tersebut. Luhan hanya memberikan senyum ejekannya dan berjalan menghampiri Kris. Kris merangkul Chen dan Chanyeol yang membuat mereka berdua terkejut dengan perlakuan Kris.

“Teman-teman mu sepertinya akan pergi meninggalkan mu sendirian.”

“Itu tidak mungkin Kris. Mereka berdua pasti akan membantu ku.”

Chanyeol dan Chen menggeleng cepat. “Kami berdua ada bimbingan belajar di luar jadi maaf Luhan kami tidak bisa tinggal lebih lama.” Ucap Chen takut. Dia memberikan kode kedipan mata pada Chanyeol agar dia mengikuti apa yang dia katakan. “Benar apa yang Chen katakan tadi. Maafkan kami. Kami harus pergi sekarang.” dengan cepat Chanyeol dan Chen melepaskan diri mereka dari rangkulan Kris dan langsung berlari cepat meninggalkan Luhan dan Kris berdua.

“Bahkan kedua teman mu meninggalkan mu.”

“Baiklah. Untuk kali ini aku tidak bisa mendapatakan apa yang aku inginkan. Dia memang masih milik mu tapi itu hanya sementara Kris.”

Kris hanya menyahuti ucapan Luhan dengan senyum miringnya. Ketika sosok Minseok terlihat dari kejauhan, Kris langsung memanggilnya. “Minseok.” Luhan menoleh ke belakang. Kini sosok Minseok mulai terlihat. Sejak tadi Luhan menunggu di kelas Minseok dan ternyata orang yang Luhan tunggu tidak ada di kelasnya karena dia sedang mengantar buku tugas ke ruang guru. Minseok tersenyum dan berjalan kearah Kris. Sebentar, Minseok mencuri lirikan kearah Luhan. Kris langsung merangkul pundak Minseok dan tersenyum mengejek kearah Luhan.

“See…”

“Aku akan mendapatkannya Kris. Kau lihat saja.”

“Aku bukan barang Luhan. Dan kumohon kepadamu jangan mengganggu ku lagi.” ucap Minseok dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya. “Aku kembalikan uang mu yang kemarin aku pinjam.” Minseok meraih tangan Luhan dan menaruh uang itu pada tangan Luhan. “Ayo Kris kita pergi. Aku lapar.” Minseok memberikan tatapan malas pada Luhan dan dia mulai pergi meninggalkan Kris dan Luhan dengan wajah terkejutnya.

Terdengar suara tawa pelan dari Kris. “Kau lihat sendiri kan. Aku tidak perlu mengeluarkan tenaga ku untuk menyuruhmu menyingkir dari Minseok. Minseok sendirilah yang menyuruh mu pergi darinya.”

Kris mulai berjalan mengikuti Minseok. “Heii Minseok tunggu aku.” Kris berlari pelan mengejar Minseok. Kris berbalik sebentar, melambaikan tangan pada Luhan sebagai ucapan perpisahan.

Dari kajauhan sosok Kris dan Minseok perlahan mulai menghilang dari pandangan Luhan. Luhan masih saja memasang wajah terkejutnya. Tidak mungkin Minseok bersikap sedingin itu pada ku. Tangan luhan mengepal keras. Napasnya mulai memburu cepat. senyum miringnya mulai muncul di wajah tampannya.

“Baiklah kalau itu mau mu Minseok. Aku semakin bersemangat untuk memiliki mu.”


Tbc…


Maaf yaa updatenya lama. .aku bawa lanjutannya juga pendek bgt =_= /maafkun/

Masih baper aja sama kabarnya Luhan yang datang ke Korea buat liburan hahah seharian delulu Xiuhan kumat gara-gara itu xD buat lanjutan U R nya sepertinya masuk daftar waiting room dulu yaa barengan sama ff For You :D

Yang masih pengen lanjut, boleh minta reviewnya? /puppy eyes bareng umin/ :*