Selasa, 29 Juli 2014

FF XiuHunHan (Xiumin, Sehun, Luhan) Chapter 1

“Masa lalu yang sudah dilupakan kini muncul kembali menyerang kehidupan yang baru saja dimulai – Kim Minseok/Xiumin.”

“Cinta datang dari hal yang tak terduga – Oh Sehun.”

“Aku menyesal telah melepaskan mu karena ke-egois-an belaka – Xi Luhan.”


===Little Memories===


Chapter 1 : Kim Minseok/Xiumin

Jung seonsaengnim memasuki ruang kelas XII-1 dengan di ikuti oleh seorang namja berperawakan yang mungil dengan pipi gembil sebagai mascot diwajah manisnya. “Yaakk bisakah kalian semua diam?!” Jung seonsaengnim memukul meja guru dengan keras membuat siswa yang berada dikelas tersebut langsung diam dan kembali duduk di kursi masing-masing. “Bagus kalian sudah diam sekarang. Hari ini kita kedatangan murid pindahan dari China. Silahkan perkenalkan dirimu, Minseok-ssi.” Namja yang dipanggil Minseok hanya mengangguk kecil. Beberapa detik dia hanya diam melihat sekeliling kelas. Memperhatikan wajah teman barunya satu per satu. Setelah menghela nafas yang dalam dia kemudian memperkenalkan diri. “Annyeonghaseyo. Kim Minseok imnida. Aku pindahan dari China. Mohon bantuannya.” Minseok membukkan badannya sampai membentuk sudut 90 derajat. “Baiklah Minseok-ssi. Terima kasih atas perkenalan singkatmu. Kau duduk disebelah Kim Joonmyeon. Kim Joonmyeon!” panggil Jung seonsaengnim yang kemudian disambut dengan acungan tangan dari namja yang dipanggil Kim Joonmyun tersebut. “Ne seonsaengnim.” Minseok melihat kearah bangku Kim Joonmyeon dan setelah itu Jung seonsaengnim menyururuhnya untuk duduk dibangkunya. “Annyeong. Kim Joonmyeon imnida. Kau bisa panggil aku Suho saja.” Minseok memberikan senyuman manis pada teman sebangkunya itu. “Annyeong Suho-ssi. Kim Minseok imnida.” Suho ikut tersenyum manis.

Bel istirahat berbunyi. Anan-anak yang berada di sekitar bangku Suho langsung menghampiri Minseok saat ini hanya untuk berkenalan dengannya. “Annyeong. Baekhyun imnida. Yang disampingku ini namanya Kyungsoo, tapi kau bisa memanggilnya D.O. Namja yang selalu tersenyum terus seperti orang gila itu namanya adalah Park Chanyeol.” Sebelum melanjutkan memperkenalkan teman-teman yang lainnya, Baekhyun tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya ke Chanyeol tanda mengejek. Yang lainnya ikut tertawa melihat kelakuan Baekhyun. “Namja yang memiliki kulit berbeda dari kita semua itu namanya adalah Kim Jongin, kau bisa memanggilnya Kai. Kai adalah salah satu maknae dikelas kita.” Minseok tersenyum kearah Kai dan membuat Kai terpesona dengan senyum manis yang diberikan oleh Minseok padanya. “Berarti masih ada maknae lain di kelas ini selain Kai-ssi?” tanya Minseok pada Baekhyun. Seketika raut wajah Baekhyun berubah menjadi cemas. “Kau saja yang menjawab pertanyaannya D.O.” suruh Baekhyun. D.O hanya memandang malas Baekhyun dan langsung menjawab pertanyaan Minseok. “Ya memang ada maknae lain selain Kai. Namanya adalah Oh Sehun. Kau jangan coba-coba untuk mendekatinya Minseok-ssi. Apalagi untuk berteman dengannya. Dia adalah maknae yang sangat mengerikan sekali. Dan dia juga memiliki kekasih di kelas ini.” D.O berkata sangat pelan sehingga mereka semua harus berdekatan untuk mendengar perkataan D.O.

Minseok hanya membuat seruan ‘oh’ mendengar perkataan D.O. “Tapi kekasihnya sangat beda sekali dengan Sehun.” Tiba-tiba Chanyeol berseru membuat Minseok menoleh kearahnya. “Ya benar. Kekasihnya Sehun begitu friendly kepada semua anak disekolah ini. Dia juga sangat hangat orangnya. Selalu menyapa dan tersenyum pada semua orang yang dia temui. Tidak seperti Sehun yang dingin seperti patung berjalan.” Suho menimpali. Dan tetap sama seperti tadi, Minseok langsung menoleh ke arah Suho. “Lalu dimana mereka berdua sekarang? apakah mereka ada dikelas sekarang?” pertanyaan Minseok disambut gelengan kepala dari Baekhyun, D.O, Chanyeol, dan Suho. “Mereka sepertinya tidak masuk hari ini. Sudahlah jangan terus membicarakan mereka. Apakah kalian tidak lapar? Kajja kita ke kantin.” perkataan Kai langsung disambut senyum oleh Minseok.
.
.
.
SKIP TIME
.
.
.
Suasana kelas pagi ini begitu tenang. Hampir semua anak dikelas sedang belajar untuk menyiapkan pelajaran yang akan segera dimulai. Minseok memasuki kelas dan menyapa seluruh teman sekelasnya. “Pagi Suho-ssi.” Minseok tersenyum. Suho yang menyadari namanya dipanggil langsung menoleh dan tersenyum pada Minseok. “Pagi Minseok-ah. Dan berhentilah memanggil ku dengan formal. Bukankah kita sudah menjadi teman sekarang?” perkataan Suho membuat Minseok tertawa kecil. “Mian. Mian. Suho-yah.”

Saat pintu kelas terbuka salah seorang namja tinggi dengan wajah tanpa senyum terukir diwajah tampannya. Baekhyun langsung mendekati Minseok dan berbisik padanya. “Kau lihat namja yang baru saja masuk kelas itu? Itu dia yang bernama Sehun. Coba kau lihat wajahnya. Benar begitu tampan tapi sangat mengerikan sekali.” Minseok mendengar bisikan Baekhyun hanya tersenyum geli. Minseok menoleh kearah belakang sekilas melihat namja yang Baekhyun sebut sangat mengerikan itu. Saat Minseok melihat kearah Sehun, tiba-tiba Sehun memergoki Minseok yang melihat kearahnya. Mereka saling bertatapan sebentar. Minseok yang menyadari Sehun memperhatikannya secara detail langsung memalingkan wajahnya kembali ke depan.

Namja yang berpostur tubuh kurus dengan senyuman yang selalu bersandar dibibir manisnya itu memasuki kelas. Berjalan menuju kebangku belakang. Duduk disamping Sehun. “Kau sudah datang hyung.” ucap Sehun yang masih memandang layar ponsel smartphonenya itu. Namja yang dipanggil Sehun dengan sebutan hyung hanya tersenyum dan mengacak rambut Sehun. “Sepertinya kita kedatangan murid baru.” Sehun masih terus sibuk dengan ponsel smartphonenya. “Benarkah? Dimana dia?” namja yang dipanggil hyung itu celingukan kesegala arah mencari murid baru yang dikatakan Sehun. Sehun meletakkan ponsel smartphonenya dan menatap hyungnya. “Luhan hyung, dia ada di depan. Duduk disamping ketua kelas.” Tunjuk Sehun kearah bangku Suho sambil tetap menatap Luhan. Luhan langsung mengikuti arah tunjukkan Sehun. Luhan memperhatikan murid baru itu dengan detail. ‘Mengapa sepertinya aku pernah mengenali postur tubuh itu?’ batin Luhan. Sehun kembali berkutat dengan ponselnya. Luhan berdiri dan berjalan menuju kearah bangku Suho dan Minseok.

“Pagi hyung.” sapa Kai saat Luhan mendekat. Luhan memberikan senyum sebagai balasannya. “Berhubung kau kemari hyung, perkenalkan, dia adalah murid baru di kelas kita.” Kai kembali berucap sambil menunjuk kearah Minseok. Minseok yang mendengar perkataan Kai langsung menoleh kebelakang. “Namanya adalah Kim Minseok. Dia pindahan dari China.” Suho memperkenalkan Minseok pada Luhan.

Luhan dan Minseok hanya saling bertatap. Mereka hanya diam. Wajah keduanya sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut saat bertemu. “Bukankah hyung juga berasal dari China?” pertanyaan Chanyeol membuyarkan lamunan Luhan dan Minseok. Minseok memalingkan wajahnya kesegala arah. Sepertinya dia salah tingkah sekarang. Dan Luhan, ya dia sama salah tingkahnya seperti Minseok. Dia menggaruk lehernya yang jelas-jelas tidak gatal itu. Menampilkan senyum bodohnya sekarang. “Iya benar. Aku dari juga dari China. Jadi namamu adalah Kim Minseok. Aku Xi Luhan.” Kini Luhan mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Minseok. Minseok membalas jabatan tangan Luhan dan tersenyum. “Aku Kim Minseok.” Lama mereka berjabat tangan. Saling menatap satu sama lain. Suara dehaman Sehun langsung membuat Minseok melepaskan jabatan tangannya dengan Luhan. Mereka yang sebelumnya –Baekhyun, Kyungsoo, Kai, Chanyeol- berkumpul dibangku Suho dan Minseok kini kembali ke bangku masing-masing saat melihat kehadiran Sehun secara tiba-tiba.

“Kim Minseok. Aku Oh Sehun. Senang bertemu dengan mu. Kajja hyung kembalilah kebelakang. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai.” Sehun kemudian berjalan kembali kebelakang sambil menarik tangan Luhan. Minseok hanya tersenyum melihat kejadian yang ada di depan matanya itu. Senyuman yang bisa dilihat hanyalah senyum manis yang dipaksakan oleh seorang Kim Minseok.

-Di Kantin-

Chanyeol, Baekhyun, D.O, Suho, Kai, dan Minseok sedang bahagia bisa mengisi perut mereka yang daritadi telah berbunyi saat jam pelajaran sedang berlangsung. “Bolehkan kita bergabung bersama kalian?” pertanyaan Luhan tiba-tiba membuat sebagian dar mereka yang sedang makan –Chanyeol dan Baekhyun- dengan bahagia tersedak makanan mereka. Tanpa disuruh duo HunHan itu langsung duduk ikut bergabung satu meja bersama Suho dkk. Luhan yang daritadi terus tersenyum dan Sehun yang terus saja diam dan terus bersikap dingin membuat Suho dkk saling bertatap satu sama lainnya.

“Kau Minseok. Jadi kau pindahan dari China. Beruntung sekali kau memiliki teman disini yang berasal dari China juga. Benar kan hyung?” pertanyaan Sehun membuat Minseok terkejut. Luhan hanya terkekeh dan melihat kearah Minseok. Minseok yang merasa dilihat oleh Luhan langsung membuang muka kearah lain.

“Minseok-ssi, bolehkah aku tahu alasanmu mengapa pindah ke kesini?” pertanyaan Luhan membuat Minseok terkejut lagi. Suho dkk yang sedang asik makan sekarang melihat kearah Minseok hanya untuk mendengar alasannya pindah kesini. Minseok tersenyum. Tentu saja senyum yang dipaksakan. Hatinya sekarang tak karuan mendengar pertanyaan Luhan. Minseok tetap saja tersenyum manis. “Kau jangan memaksakan senyum mu Minseok-ssi. Terlihat begitu jelek diwajahmu.” Perkataan Luhan sukses membuat Minseok kesal. Kini wajahnya memerah. Dia menatap Luhan dengan tajam. “Tidak. Minseok tidak memaksakan senyum nya. Dia begitu manis dan imut sekali.” Baekhyun mencubit pipi Minseok yang membuat Minseok langsung mengalihkan pandangannya kearah Baekhyun. “Benarkah begitu? Tapi aku melihat kalau senyum manis Minseok itu begitu dia paksakan.” Seperti ada sebuah pisau tajam yang menusuk dada Minseok saat ini. Perkataan Luhan benar-benar sudah membuat Minseok kesal dan marah.

Minseok berdiri. Mengatur nafasnya yang saat ini sedang menggebu. Dengan tetap memperlihatkan senyum manisnya dihadapan teman-temannya Minseok pergi meninggalkan mereka. “Aku ke kelas duluan.” Minseok berjalan pergi meninggalkan teman-temannya yang saat ini memandang kearah Luhan dengan tatapan kesal, mungkin. “Kau sudah membuatnya marah hyung. Kau benar-benar sudah membuat awal pertemanan mu dengannya rusak. Sepertinya dia tidak mau berteman dengan mu.” Perkataan Sehun membuat Luhan tertawa. “Mengapa kau tertawa rusa jadi-jadian?” pertanyaan Kai membuat tawa Luhan berhenti. “Bisakah kau memanggil ku dengan sebutan hyung, Kai-yah?” kini wajah Luhan menampakkan kesan marah tapi kemudian dia kembali tersenyum. “Dia pasti mau menjadi temanku. Kalian lihat saja pasti sebentar lagi aku dan dia akan menjadi teman yang sangat baik.” Luhan kembali menyunggingkan senyum manisnya dan berlalu pergi meninggalkan Sehun dan Suho dkk yang masih setia diam seribu bahasa dengan kelakuan Luhan dan Minseok saat ini.

-Di Kelas-

Minseok mendudukan dirinya dibangkunya. Sambil membenamkan wajahnya dibalik meja. ‘Mengapa aku harus bertemu dengan mu lagi? Aku tidak percaya bahwa kita akan bertemu seperti ini? Saat aku bertemu dengan mu lagi, kenangan itu kembali datang memasuki pikiran ku.’ batin Minseok. Minseok yang frustasi mengacak rambutnya kesal. Untung saja keadaan kelas saat ini sedang sepi jadi Minseok bisa meluapkan segala emosinya saat ini. Tanpa disadari ada tangan yang mengelus rambut Minseok dengan lembut. Minseok yang menyadari ada seseorang yang mengelus rambutnya langsung menoleh kearah orang yang sekarang sedang mengelus rambutnya.

Luhan tersenyum mendapati Minseok menatapnya tajam. “Mengapa kau mengacak-ngacak rambutmu seperti ini? Apakah kau sedang ada masalah?” Luhan masih saja tersenyum dan terus mengelus rambut Minseok. Sekarang Luhan merapikan ramput Minseok yang berantakan. Dan Minseok hanya terdiam menerima perlakuan Luhan yang saat ini. Minseok diam bukan berarti menyukai bila Luhan mengelus rambutnya dan menata rambutnya dengan lembut, tapi Minseok saat ini sedang melawan debaran jantungnya yang dari tadi terus saja berdebar tak karuan saat pertama bertemu dengan Luhan.

Luhan menatap Minseok dengan tatapan lembut. Keduanya saling menatap mata masing-masing. Luhan tersenyum manis dan membelai pipi Minseok yang gembil dengan lembut. “Minseok. Apa aku seharusnya memanggil mu Xiumin? atau memanggil mu dengan sebutan Baozi?” Minseok hanya diam. “Aku tidak tahu bila kita akan bertemu lagi Minseok-ssi. Aku sangat terkejut tadi bila murid baru itu adalah kau. Dan kau tadi belum menjawab pertanyaan ku. Mengapa kau pindah kesini? Apakah kau mengejarku kemari?” Luhan tertawa dengan pertanyaan terakhirnya. Dan yang dirasakan saat ini hanyalah jantung Minseok merasa akan copot bila Luhan terus saja ada dihadapannya dan menggodanya seperti saat ini.

“Kenapa kau terus diam? Apakah kau tidak ingin berteman dengan ku? apakah kau marah padaku karena perkataan ku saat di kantin tadi? tapi perkataan ku memang benar kan. Kau sangat memaksakan senyum mu itu.” Luhan terus saja berkata tanpa ada sahutan dari Minseok. “Aku minta maaf kalau sudah membuatmu marah Minseok-ssi.” Ucap Luhan lagi. Kini Luhan menundukkan wajahnya seraya menyesal akan perbuatannya. Minseok hanya menghela nafas berat melihat Luhan bersikap seperti ini padanya. Minseok menangkupkan tangannya di kedua pipi Luhan dan mengangkat wajah Luhan untuk berhadapan dengannya. Saat mereka saling menatap, Minseok melihat kedua mata Luhan yang begitu dia rindukan. Tatapan hangat dari mata Luhan membuat Minseok kembali pada masa lalunya.

-Flashback (Xiumin POV)-

Aku sangat bahagia setiap hari bisa terus bersamanya. Bisa melihat senyumnya. Bisa mendengar suaranya. Bisa merasakan tatapan hangatnya. Bisa merasakan pelukan yang erat dan sentuhan lembut saat dia menyentuhku. Dan bisa melihat wajahnya yang tampan sekaligus cantik secara bersamaan. Tapi dia tidak suka disebut dengan namja yang memiliki wajah cantik. Aku sangat suka menggoda dia dengan membandingkan wajahnya dengan yeoja-yeoja yang selalu mengejarnya setiap hari disekolah.

Aku sangat mencintainya. Sungguh mencintainya sampai membuat ku gila. Aku tidak ingin dia pergi dari sisi ku. Aku begitu takut bila tiba-tiba dia pergi meninggalkan ku sendirian. Entah apa yang akan terjadi dengan diriku bila dia benar-benar pergi meninggalkan ku sendirian.

Tapi hal yang selama ini kutakutkan ternyata datang menghampiriku. Dia tiba-tiba memutuskan ku. Aku menolak untuk memutuskan hubungan dengannya. Aku terus memohon padanya untuk tidak memutuskan hubungan ini. Aku terus memohon jangan pergi meninggalkan ku. Aku terus bertanya padanya alasan dia memutuskan ku. Tapi dia hanya bungkam dan tak menjawab alasan dia memutuskan hubungan ini.

“Kita akhiri hubungan kita saja Xiumin. Aku tidak ingin melihatmu lagi.”
“Wae? Mengapa kau memutuskan hubungan kita Lu? Aku tidak ingin kita putus. Aku mohon padamu Lu. Jangan memutuskan hubungan kita. Jangan pergi meninggalkan ku Lu.”
“Pergilah Xiumin. Aku sudah tidak ingin melihatmu lagi.”
“Apa alasan mu memutuskan hubungan kita ini?”
“……”
“Lu…”
“Jangan lagi memanggil namaku. Dan jangan lagi menampakkan dirimu dihadapan ku. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku membencimu.”

Dan kemudian dia pergi. Pergi meninggalkan ku. Hatiku begitu sakit. Hubungan yang sudah aku jalin bersamanya selama 3 tahun kini sudah kandas ditengah jalan. Kata-katanya yang membuatku sakit adalah saat dia bilang bahwa dia membenciku. Hatiku begitu sakit mendengar kata itu.

Tapi dengan berjalannya waktu aku bisa menerima keputusannya. Aku mulai melupakannya. Yaa melupakan semua kenangan bersamanya. Melupakan sosok yang pernah hadir dalam hati dan kehidupanku.

-Flashback End (Xiumin POV End)-

Luhan menggenggam tangan Minseok yang sedang memegang pipi Luhan. “Aku berkata serius saat aku mengatakan kata maaf tadi.” Luhan mendekatkan wahahnya dengan wajah Minseok. Mengecup sebentar bibir mungil Minseok. “Mianhae baozi. Mianhae.” Luhan kembali mengecup bibir mungil Minseok. Minseok tersenyum manis. Kali ini bukan senyuman yang dipaksakan. Kali ini benar-benar adalah senyuman yang tulus dari hati Minseok. “Kau benar-benar rusa bodoh. Kau benar-benar rusa yang sangat sangat bodoh.” Terkejut dengan ucapan Minseok barusan. Luhan kemudian tersenyum dan memeluk Minseok dengan erat. “Jadi apakah Minseok-ssi mau bertemen dengan rusa bodoh ini?” Minseok hanya tersenyum dan memeluk Luhan dengan erat. ‘Aku rasa jawabannya adalah iya.’ Batin Luhan gembira.

-End-

Berlajut di chapter 2 ne…. ^^

Pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*



Sabtu, 26 Juli 2014

FF XiuHan/Lumin Couple

++_Playground_++


Main Cast :
  • XiuHan/LuMin
Other Cast :
  • Suho


Taman bermain yang begitu ramai dipadati oleh anak-anak kecil. Bermain dengan begitu riang gembira tanpa ada sedikit pun dari wajah mereka yang bersedih. Berkejar-kejaran. Petak umpet. Ayunan. Sepak bola. Tetapi di sudut taman, yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang tumbuh dengan cantiknya, terlihat seorang namja kecil sedang duduk disekitar bunga-bunga tersebut. Raut wajah yang terlihat sedih sedang menemaninya saat ini. Terdengar suara tangis dibalik wajah yang dia sembunyikan. Luhan. Itulah nama namja kecil yang sedang menangis saat ini.

Seorang namja kecil yang berpipi bulat menghampiri Luhan. Dia duduk disampinya dan memperhatikan Luhan yang sedang menangis. Xiumin. Itulah nama namja kecil berpipi bulat tersebut. Luhan yang menyadari ada seseorang disampingnya, langsung menoleh kearah Xiumin. Beberapa detik mereka berdua saling menatap. Kemudian, Xiumin dengan wajah polosnya menyeka air mata Luhan yang membasahi pipi Luhan.

“Uljima. Seorang namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit apapun itu, tapi dia harus bertahan.” Ucap Xiumin kecil seperti seorang namja yang sudah dewasa. Luhan terlihat begitu kaget dan wajahnya sekarang terlihat memerah. Luhan langsung menghentikan tangisannya setelah mendengar ucapakan Xiumin. Xiumin kemudian tersenyum dan berkata, “Kau jangan sedih. Ada aku disini. Aku akan menemanimu bermain.” Luhan hanya diam saja dan terus menatap ke arah Xiumin. Xiumin berdiri dan mengulurkan tangang kecilnya kearah Luhan untuk membantunya berdiri. “Kajja, kita bermain.” Luhan menerima uluran tangan Xiumin. “Kau ingin bermain apa?” tanya Xiumin. Luhan hanya terus diam tanpa mengeluarkan suaranya. “Bagaimana kalau kita bermain sepak bola saja? apakah kau menyukainya?” tanya Xiumin lagi. Luhan tidak menjawab dan terus saja diam.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan setengah baya –Nyonya Kim- yang memanggil namanya Xiumin dari kejauhan. “Xiumin-ah….ayo kita pulang. Hari sudah semakin sore. Nanti Appa mu mencari kita berdua.” Kata Nyonya Kim sambil melambaikan tangannya kearah Xiumin dan Luhan. “Ne eomma. Chakamanyo~” Xiumin kembali melihat kearah Luhan yang daritadi terus memperhatikannya. “Mianhae~ Sepertinya kita tidak bisa bermain hari ini. Kita bermain besok saja ya. Aku akan menunggumu ditaman besok.” Luhan langsung menggelengkan kepalanya cepat. “Waeyo? Apakah kau tidak bisa bermain sepak bola besok dengan ku?” tanya Xiumin penasaran. “Xiumin-ah….palliwa~” suara Nyonya Kim membuyarkan lamunan Luhan. “Baiklah, aku akan menunggumu besok sore ditaman. Aku pergi duluan.” Xiumin berlari kecil meninggalkan Luhan yang sendirian menuju ibunya yang menunggunya dipinggir taman.

Luhan terus saja melihat kepergian Xiumin. Wajahnya menampakkan sebuah senyuman kecil dibalik raut wajahnya yang sedih. “Mianhae, besok aku tidak akan datang ke taman ini lagi dan bermain sepak bola dengan mu, Xiumin. Tapi aku akan terus mengingat namamu. Xiumin.” Dan Luhan pergi meninggalkan tempat yang sedari tadi dia tempati. Taman yang mempertemukan mereka berdua akan terus Luhan ingat selalu.

-
-
-
Beberapa tahun kemudian…..
-
-
-

“Yaaa, Tuan Muda Xi Luhan. Ayo cepat bangun. Kalau kau tidak bangun, kau akan terlambat ke sekolah, bukankah ini hari pertamamu masuk ke sekolah.” Suara Nyonya Xi bergema di seluruh kamar Luhan. Luhan yang mendengarnya hanya bisa memaksakan untuk bangun dari tempat tidurnya yang aslinya dia sangat enggan untuk meninggalkan tempat tidurnya itu. “Ne eomma. Aku sudah bangun sekarang.” kata Luhan sambil berjalan menuju ke kamar mandi dengan mata tertutup. “Cepat kau bersiap-siap dan jangan lupa sarapanmu.” Nyonya Xi kemudian pergi meninggalkan kamar Luhan.

Luhan yang sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah langsung turun meninggalkan kamarnya. Dia langsung bergabung dengan eomma dan appanya diruang makan. “Bisakah kau makan dengan pelan, Luhan?” kata Tuan Xi. Luhan hanya tertawa kecil mendengar perkataan appanya. “Luhan, eomma harap dihari pertamamu sekolah, jangan membuat ulah. Jangan seperti dulu kau selalu membuat ulah disekolah lamamu.” Luhan menghentikan aktivitas mengunyahnya. Dia berhenti sejenak mencerna perkataan eommanya. Sambil tersenyum, dia berkata pada eommanya, “Ne eomma. Kau jangan khawatir. Anakmu yang tampan ini tidak akan membuat ulah lagi.” Nyonya Xi hanya tersenyum melihat kelakuan anak tunggalnya itu. “Baiklah anak tampan, kajja kita berangkat. Nanti kau akan terlambat ke sekolah.” Tuan Xi berdiri dan disusul Luhan. Mereka berdua kemudian berangkat meninggalkan Nyonya Xi sendirian dirumah.


-Di Sekolah-

“Sudah sampai disekolah barumu. Ingat apa yang eommamu katakan tadi.” kata Tuan Xi tegas. “Ne appa. Aku sangat mengingat perkataan eomma tadi. Appa jangan mengkhawatirkannya. Aku pergi dulu appa. Appa hati-hatilah berangkat ke kantor.” Luhan keluar dari mobil. Beberapa detik Tuan Xi masih melihat Luhan pergi masuk menuju kearea sekolah barunya kemudian dia menginjak gas mobil setelah Luhan menghilang dibalik gerbang sekolah barunya.

-Luhan POV-

Aku berjalan di lorong sekolah. Sepertinya jam pelajaran sudah dimulai. Batin ku. Aku melihat seorang namja sedang berjalan kearah ku. Dia berhenti tepat didepan ku sekarang. Dia menatap ku begitu tajam. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan penampilanku? Tanya ku dalam hati.

“Apakah kau anak baru itu?” tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk pelan padanya. “Namaku Suho. Aku berada ditingkat tiga sekarang. Kau ikutlah dengan ku. Aku akan menunjukkan ruang gurunya padamu.” Dia berbalik dan berjalan meninggalkan ku. Aku hanya diam ditempat ku dan melihat dia berjalan meninggalkan ku. Sepertinya dia sadar dengan ketidakhadiranku untuk mengikutinya berjalan. Dia menoleh kebelakang dan melihatku. “Yaa…kenapa kau masih saja berdiri disitu? kajja kita pergi.” Aku kemudian berjalan menyusulnya dari belakang.

Sesampainya diruang guru, Suho menghampiri seorang guru muda yang sedang duduk menghadap layar komputernya. Aku melihat dia berbicara padanya. Sambil menunggu Suho selesai berbicara pada guru itu, aku melihat sekeliling ruangan guru. Mataku tiba-tiba tertuju pada salah satu murid yang baru saja masuk. Aku memperhatikan dia dari atas sampai bawah. Yaa..aku memperhatikan dia begitu detail. Aku melihat wajahnya. Dia begitu manis. Batinku. Aku tersenyum sendiri saat melihat wajahnya. Aku terus memperhatikannya sampai aku tidak sadar bahwa Suho memperhatikan ku daritadi.

Aku yang sadar kemudian langsung memperkenalkan diriku pada guru muda yang tadi sedang berbicara pada Suho. “Annyeonghaseyo seonsangnim. Xi Luhan imnida.” Aku mendengar guru muda itu berdeham kecil. “Panggil saja Jung seonsangnim. Baiklah Suho-ssi, kau bisa mengantar Luhan ke kelasmu sekarang.” Suho yang mendengar perkataan Jung seonsangnim langsung membungkuk mengerti dan meninggalkan ruang guru. Aku langsung membungkuk kearah Jung seonsangnim mengikuti Suho keluar ruang guru.
-
-
“Jadi namamu Luhan, eoh?” tanya Suho.
“Ne. Xi Luhan.”
“Kau ternyata satu kelas dengan ku. Sepertinya satu kelas akan sangat heboh dengan kedatanganmu hari ini Luhan. Hahahahah…..” aku mendengar Suho tertawa kecil. Mendengarnya tertawa seperti itu aku menjadi bertanya padanya. Heboh? Memang aku adalah seorang badut sampai membuat seluruh kelas heboh?
“Memang kenapa dengan kedatangan ku sampai kau berkata seperti itu? Apa yang membuatnya heboh?” tanya ku penasaran. Suho menghentikan langkahnya. Dia menoleh karah ku dan menatap ku sebentar lalu memalingkan wajahnya kedapan. Dia menghembuskan nafas kecil.
“Wajahmu. Wajahmu yang akan membuatnya heboh.”
“Apa yang salah dengan wajahku? Apakah wajahku terlihat aneh atau mengerikan?”
“Aniyo. Wajahmu tidak terlihat aneh ataupun mengerikan, tetapi wajahmu begitu cantik, Luhan-ssi. Apakah kau tidak menyadarinya?”
                                                            
Lagi Suho menoleh kearahku. Aku menatap Suho tak percaya. Dia berkata bahwa wajahku begitu cantik. Kenapa semua orang berkata seperti itu setiap kali bertemu dengan ku? Aku hanya bisa menghembuskan nafas ku dengan berat dan tersenyum kecil padanya. Aku melanjutkan langkahku dengan pelan. Suho kemudian menyusulku dan tiba-tiba dia merangkul pundakku.

“Mianhaeyo Luhan-ssi kalau tadi perkataan ku membuatmu kecewa ataupun sedih.” Aku tersenyum kecil dan berkata, “Gwaenchana Suho-ssi. Aku sudah sering mendengar perkataan seperti itu.”
“Tapi kau tenang saja. Tidak hanya kau saja yang memiliki wajah cantik disini. Ada satu namja lagi yang sama cantiknya dengan mu. Dia bahkan mengalahkan cantiknya yeoja yang ada disekolah ini.”

Aku menghentikan langkahku. Aku menoleh kearah Suho dengan tatapan bertanya. Nuguya? Apakah namja yang tadi aku lihat diruang guru itu. Namja yang manis yang memiliki pipi bulat itu. Batinku.

“Apakah kau penasaran dengannya? Kau tenang saja. Kita satu kelas dengannya. Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. “
“Bolehkah aku tahu namanya?”
“Kim Minseok. Namanya adalah Kim Minseok.”
 Aku tersenyum dan melanjutkan langkah ku menuju kelas bersama dengan Suho. Kim Minseok. Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya.

Sampainya dikelas, aku langsung masuk bersama dengan Suho. Suho memberitahu kepada guru yang sedang mengajar di depan kelas. Ternyata benar apa yang dikatakan Suho tadi. Pada saat aku dan Suho masuk, kelas langsung heboh dan ramai dengan kedatangan ku. Tapi aku tidak menghiraukan kehebohan yang terjadi dikelas dikarenakan kehadiranku. Aku fokus menelusiru setiap sudut kelas mencari seorang namja yang dikatakan Suho tadi padaku. Mataku menemukan satu namja berwajah manis duduk dipojokan dekat dengan jendela. Dia melihat kearah luar jendela. Ternyata dugaan ku benar, dia adalah namja yang tadi aku lihat diruang guru. Namja yang memiliki pipi bulat. Namja yang sudah membuatku begitu terpana saat pertama kali melihatnya. Namja yang sudah membuat hatiku berdebar untuk pertama kalinya.

Aku melihat Suho telah selesai berbicara pada guru yang sedang mengajar di depan kelas. “Luhan-ssi, aku duduk duluan. Cho seonsangnim akan memperkenalkanmu.” Bisik Suho padaku yang kemudian langsung pergi menuju ke tempat duduknya. “Yaaa…bisakah kalian semua diam. Baiklah hari ini dikelas kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan namamu.” Aku mengangguk kepada Cho seonsangnim. “Annyeonghaseyo. Xi Luhan imnida. Aku pindahan dari China. Mohon bantuannya semua.” setelah aku memperkenalkan diri di depan kelas, kelas kembali ramai. “Yaaaa…apakah kalian tidak bisa diam?! Luhan, kau sekarang duduk di bangku kosong itu.” Cho seonsangnim menunjuk bangku kosong dan mataku mengikuti arah tangan Cho seonsangnim yang menunjuk bangku untukku. Sedikit ada rasa kecewa dalam hati. Kenapa aku tidak mendapatkan tempat duduk tepat didepan namja berpipi bulat itu. “Ne seonsangnim. Kamsahamnida.” Aku kemudian berjalan menuju bangku ku sambil mencuri pandang kearahnya.

-Luhan POV End-

-Di Kantin-

Suasana di kantin saat ini begitu ramai. Banyak murid-murid yang saling berdesakan hanya untuk mengantri mengambil jatah makan siang mereka. Terlihat Luhan yang duduk sendirian disudut kantin. Dia hanya bisa menghela nafas berat melihat tingkah penggemar barunya terus saja mengelilinginya. Aku mohon siapa saja tolong aku. Aku butuh bantuan untuk keluar dari kerimunan ini. Batinnya. Luhan tersenyum menang saat melihat Suho datang menghampirinya. Suho mengusir kerumunan penggemar Luhan dadakan dengan hanya sekali bentak. Pada akhirnya penggemar Luhan dadakan tersebut pergi dengan mengomel tak karuan karena sudah diusir oleh Suho.

“Gomawo sudah mengusir mereka Suho-ssi.” Luhan tersenyum pada Suho dan Suho membalas dengan senyuman juga. “Aku tahu apa yang kau rasakan Luhan. Hahahah…..” Suho kemudian duduk didepan Luhan. “Apakah kau tidak memesan sesuatu?” Luhan hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Beberapa menit hanya keheningan yang menemani mereka berdua. “Aku tidak melihat namja yang kau sebut manis itu, Suho-ssi.” Perkataan Luhan membuyarkan keheningan diantara mereka berdua. Beberapa detik Suho menatap Luhan lalu menjawab, “Kau sudah melihatnya tadi. Saat diruang guru dan saat kau masuk ke kelas tadi. Aku tahu kau terus memperhatikannya. Apakah kau tertarik padanya, Luhan?” Suho memicingkan kedua matanya. Menatap Luhan tak percaya.

“Ne, aku tertarik padanya. Saat aku melihatnya pertama kali masuk keruang guru, aku langsung menyukainya.” Luhan tersenyum kecil dan melihat Suho dengan ekspresi ingin tertawa. “Apa yang lucu dengan perkataan ku? Kenapa kau seperti ingin tertawa, eoh?” tanya Luhan yang kemudian disambut tawa Suho yang meledak. “Wahh kau benar-benar menyukai Minseokie. Kau harus berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Dia sangat sulit untuk didekati. Kalau tidak salah, kemarin dia telah mendapatkan pernyataan cinta dari Kris, anak kelas sebelah. Dia menyatakan cintanya kepada Minseok dihadapan seluruh kelas ku. Dan kau tahu apa yang dijawab oleh Minseok? Dia menolaknya. Dia menolak cinta dari Kris. Setelah itu dia pergi meninggalkan kelas tanpa adanya kata maaf buat Kris.” Kata Suho panjang lebar. Luhan yang mendengar perkataan Suho langsung semangat.

Sepertinya ini akan sangat menarik. Lihat lah Minseok, pasti aku orang pertama yang akan menaklukkanmu. Batinnya. Luhan hanya senyum-senyum sendiri dengan pikiran akan rencana bagaimana untuk mendekati Minseok keesokkan harinya.

***

-Luhan POV-

Setiap hari aku terus memperhatikan Minseok. Aku terus berusaha setiap hari untuk mendekatinya. Berteman dengannya. Yahh tentu saja sangat sulit untuk hanya sekedar berbicara padanya. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku terus berada disekitarnya setiap hari. Seperti hari ini aku menemaninya untuk membersihkan kelas karena memang hari ini adalah gilirannya untuk piket membersihkan kelas.
                             
“Aku akan membantumu membersihkan kelas, baozi.” Kataku dengan menujukkan senyuman padanya. Tentang aku memanggil namanya dengan sebutan baozi, dia sama sekali tidak marah padaku saat aku pertama memanggilnya seperti itu. Aku sempat merasa takut saat aku memanggilnya seperti itu pertama kali, tapi kemudian aku melihat Minseok seperti tersenyum menerima panggilan itu. Alasan ku memanggilnya seperti itu karena memang dia memiliki pipi yang bulat dan kulitnya yang begitu putih seperti susu.

“Kau tidak perlu membantuku lagi Luhan-ah.” Seperti itulah jawabannya bila setiap kali aku akan membantunya piket membersihkan kelas. “Gwaenchana baozi. Aku membantumu karena aku ingin. Dan kau tidak bisa memaksaku untuk pulang lebih dulu. Aku tidak akan pulang. Aku akan pulang bila sudah selesai membantumu.” Kataku dengan nada memaksa. Aku melihat ekspresi wajahnya berubah. Berubah menjadi kesedihan yang sekarang mendominasi menutupi wajah imutnya. Aku mendekatinya.

“Gwaenchana?” tanya ku. Minseok hanya menatapku dengan tatapan seperti ingin menyuruhku pergi dari kelas ini. Aku membelai pipinya lembut. “Aku tidak akan pergi dari sini meskipun kau memaksaku untuk pergi. Aku akan membantumu dan menemanimu sampai kau selesai membersihkan kelas ini. Aku tidak ingin pergi jauh darimu, baozi.” Aku berkata dengan nada yang sangat lembut. Aku sangat senang melihat wajahnya sekarang menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman yang selalu berhasil membuat debaran jantung selalu berdetak tak karuan.

“Gomawo Luhan-ah. Kau begitu baik padaku.” Minseok menggenggam tangan ku lembut. Aku tersenyum melihat sikapnya yang akhir-akhir ini sepertinya sudah mulai memberikan respon baik padaku. “Nanti setelah kita selesai membersihkan kelas, aku akan mentraktirmu makan. Bagaimana?” tanya ku. Dan tanpa basa-basi Minseok langsung memeluk ku. Aku begitu keget dengan sikapnya yang begitu tiba-tiba. Dalam pelukannya dia berkata, “Luhan-ah~ terima kasih kau sudah mau menjadi teman ku. Kau begitu baik padaku.” Minseok melepaskan pelukannya dan melanjutkan berbicara padaku. “Padahal aku selalu bersikap dingin padamu. Tapi kau terus saja berusaha mendekatiku. Gomawo Luhan.” Dia kembali memeluk ku. Pelukan yang begitu erat.

Aku tidak peduli dengan debaran jantung ku yang sedaritadi terus berdebar dengan cepat. Aku membalas pelukkannya. Menenggelamkan wajahku dipundaknya. Aku berharap hari ini tidak berakhir begitu cepat. Aku ingin terus seperti ini dengan mu, Minseok.
-
-
Aku mengajaknya makan disebuah kedai masakan China. Dia begitu terkejut saat aku mengajaknya masuk. “Tenang saja. Aku yakin kau akan menyukai masakannya.” Minseok tersenyum dan kembali berjalan masuk ke kedai. Aku memesan dua buah mangkuk jajangmyun. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memberanikan diri bertanya padanya tentang orang yag dia sukai. Dengan malu-malu aku bertanya padanya.

“Orang yang kusukai? Aku menyukainya saat pertama kali bertemu dengannya. Saat itu umurku masih 7 tahun. Tapi aku tidak tahu mengapa aku sudah merasakan sebuah perasaan suka padanya. Lalu, bagaimana dengan mu Luhan? Apakah ada seseorang yang kau sukai?”
“Sama dengan mu baozi. Aku juga menyukai seseorang pada umur 7 tahun. Tapi saat itu juga aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Aku pergi meninggalkannya.”
“Waeyo? Kenapa kau pergi meninggalkannya?”
“Karena keluargaku akan pindah ke China. Satu hari terakhir saat berada di Korea, saat itu juga aku bertemu dengannya. Cinta pertamaku.”
“Apakah kau tidak berusaha untuk mencarinya?”
“Ani. Emmo melarangku untuk pergi lagi. Saat itu aku langsung menangis seperti orang gila. Aku merasakan saat itu air mataku sudah tidak ada yang keluar lagi. Tapi aku terus saja menangis.”
“Apakah sampai sekarang kau masih menyukainya?”
“Ne. Aku masih menyukainya. Tapi aku juga bingung untuk saat ini. Tiba-tiba aku menyukai orang lain selain dirinya.”
“Wahh~ apakah kau akan melupakannya?”
“Mollayo~”

Perbincangan kami berhenti ketika seorang pelayan datang membawa pesanan kami. Aku dan Minseok langsung memakan jajangmyun dengan lahap karena sedari tadi memang perut kami sudah menahan lapar setelah membersihkan kelas tadi.
                  
“Xiumin.” tiba-tiba aku mendengar ada seseorang memanggil nama yang tidak asing bagiku. Aku langsung mengongakkan kepalaku dan melihat sumber suara yang memanggil nama itu. Nama yang terus aku ingat sampai sekarang. Aku melihat Minseok tersenyum pada seseorang.

“Xiumin. Kau benar Xiumin hyung kan?” seseorang menghampiri meja kami dan duduk diantara Minseok dan aku. “Ne. Tentu saja aku Xiumin. Kau kira siapa huh?” aku melihat kearah Minseok dengan muka tidak mengerti  sekaligus tidak percaya. Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini membuat ku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Dan sekarang dia ada dihadapan ku. Jadi Minseok adalah Xiumin. Apakah aku sedang bermimpi sekarang?

“Xiumin. Mengapa dia memanggilmu Xiumin, baozi?” pertanyaan ku memotong pembicaraan Minseok dan orang itu. Minseok menatap ku beberapa detik. Mengerjap-ngerjapkan matanya. Dan itu membuatnya terlihat begitu menggemaskan.

“Xiumin. Itu adalah nama panggilan ku saat aku kecil, Luhan-ah. Memangnya kenapa?”
“Ahh begitu. Ani. Tidak apa-apa.” Aku menggaruk belakang kepala ku yang memang tidak gatal sama sekali. Aku menatap Minseok dengan tatapan yang terus bertanya-tanya.

Kalau memang benar Minseok adalah orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini sudah terdiam dihatiku sejak umur ku 7 tahun. Sekarang dia telah berada tepat dihadapan ku. Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mencarimu lagi, Xiumin. Aku tersenyum sendiri memikirkan tentangnya.

                                                                        ***

Sudah beberapa bulan sejak aku mengetahui bahwa Minseok adalah Xiumin. Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini membuatku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Aku begitu gembira melihat kenyataan bahwa selama ini orang yang aku cari ternyata ada dihadapanku saat ini. Aku dan dia semakin dekat sekarang.

Hari ini aku mengajak Minseok keluar untuk jalan-jalan berkeliling kota. Entah mengapa setiap hari bila tidak bersamanya aku merasa sangat tidak betah. Aku merasa kesepian tanpanya. Seperti aku kehilangan sebuah benda berharga dalam hidupku. Memang aku sangat menyanginya dan begitu mencintainya. Aku rela melakukan apapun demi untuk bertemu dengannya. Aku berfikir, aku akan menyatakan perasaan ku padanya hari ini. Aku sudah berpikir dari semalaman tentang pernyataan cintaku padanya. Aku juga sudah menyiapkan hatiku bila dia menolak ku. Yahhh aku sudah prepare dengan semua itu. Dengan semua keputusan Minseok yang dia berikan padaku.

Sudah pukul 4 sore. Aku menunggunya disebuah taman dekat sekolah. Apakah aku yang terlalu cepat atau memang waktu yang berjalan begitu lambat. Kenapa aku begitu gugup sekarang? apakah karena hari ini aku akan mengungkapkan semua perasaan ku padanya? Molla.

Aku melihat Minseok berjalan kearah ku. Aku tersenyum melihat dia datang. Dan dengan tetap mempertahankan debaran jantungku ini. Dia duduk disampingku sekarang. Aku menatap kearahnya begitu lekat. Aku sedang mempersiapkan hatiku sekarang.

“Baozi-yah~ sebelum kita pergi jalan-jalan, ada hal yang mau aku katakan padamu.”
“Mwoya?”
“Orang yang kemarin aku ceritakan padamu. Orang yang aku sukai saat ini.”
“Ahhh tentang itu. Memangnya ada apa dengannya? Apakah kau akan menyatakan perasaan mu padanya?”
“Ne. Hari ini aku berencana menyatakan perasaan ku padanya. Dan aku juga sangat senang mendengar bahwa orang yang aku sukai saat ini adalah orang yang aku cari dari dulu. Orang yang kusukai saat aku berumur 7 tahun.”
“Jinjjayo? Nuguya? Bisakah aku mengenalnya Luhan-ah?”
“Kau baozi. Kau orang yang selama ini aku cari. Orang yang sudah membuatmu menunggu di taman itu adalah aku.”

Aku melihat ekspresi Minseok bingung. Pada akhirnya aku menceritakan kejadian saat aku bertemu dengannya ditaman dulu. Minseok hanya menatapku dengan tatapan tidak percaya. Setelah aku selesai bercerita, Minseok menatapku beberapa detik. Aku merasa sepertinya dia tidak akan menerima perasaan ku. Aku bisa melihat dari tatapan matanya yang seperti berkata itu tidak mungkin. Aku menghelas nafas dengan berat.

“Baiklah. Lebih baik kita pergi saja dari sini. Hahahah….” Aku berdiri dan tertawa kecil. Aku sekarang tidak berani menatapnya. Aku takut bila Minseok akan menertawaiku tentang cerita masa laluku. Aku merasakan tangan Minseok menahan lengan ku. Aku menoleh kearahnya. “Min-“ belum selesai aku berkata, Minseok sudah memeluk ku. Aku mendengar suara isakan dibalik pelukannya. Aku membalas pelukannya dengan erat. Untuk saat ini aku tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku membiarkan Minseok mengeluarkan air matanya.

Minseok melepaskan pelukannya. Aku menatap wajah Minseok yang memerah karena tangisannya tadi. Aku menghapus air matanya yang membanjiri kedua pipi bulatnya dengan lembut.

“Uljima. Seorang namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit apapun itu, tapi dia harus bertahan.” Minseok melebarkan kedua matanya. Benar. Itulah kata-katamu saat kau menghiburku dulu Minseok. Kata-kata yang tak pernah aku lupakan. Kau pasti sangat terkejut bahwa aku masih mengingat kata-kata itu.

Minseok kembali memeluk ku. Dia tersenyum manis dibalik pelukanku. “Saranghaeyo Luhan-ah~” aku tersenyum mendengar sebuah kata yang dari dulu ingin aku dengar darinya. Dan sekarang aku begitu gembira telah mendengar ucapan itu keluar dari mulut manisnya. “Nado saranghaeyo baozi.” Aku memeluknya dengan erat. Membelai rambutnnya lembut. Mengecup pucuk kepalanya dengan lembut. Aku tidak akan meninggalkan mu untuk kedua kalinya baozi. Aku akan terus berada disampingmu selamanya.


***

Jumat, 25 Juli 2014

-FF HunMin/XiuHun-

~My Sweet Kitty~

Main Cast :
  • Kim Minseok/Xiumin
  • Oh Sehun
Other Cast :
  • Park Chanyeol
  • Kris
  • Huang Zi Tao
  • Baekhyun
  • D.O


Aku tidak menyangka hidupku akan menjadi seperti ini. Bertemu dengan orang yang paling aku benci sedunia. Yaaa! Orang yang paling aku benci sedunia. Dia adalah Oh Sehun. Orang yang sudah membuat hidupku penuh dengan penderitaan. Sehun dan segerombolannya, yang biasa aku sebut dengan tiang berjalan itu -Park Chanyeol, Kris, dan satu lagi yang memiliki mata seperti panda, Huang Zi Tao- mereka semua sukses membuat masa indah sekolahku menjadi penuh dengan kegelapan.

Maaf aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku adalah Kim Minseok. Biasanya teman ku memanggilku Xiumin. Aku selalu disebut Sehun dan tiang berjalannya bakpao berjalan. Mengapa aku disebut seperti itu? Jelas sekali karena aku memiliki pipi bulat seperti bakpao. Tidak apa-apa mereka menyebutku seperti itu karena memang aku menyadari kalau memang pipiku bulat seperti bakpao. Tapi ada satu sebutan yang membuatku begitu kesal terhadap mereka, terutama Sehun. Dia yang memberi julukan itu padaku. Julukan yang dia berikan padaku adalah “anak kucing”. Memang dia kira aku adalah hewan peliharaan!

Setiap harinya mereka tak henti-hentinya terus mengganggu dan mengerjaiku. Tak peduli dimanapun tempatnya, mereka selalu dengan setia mengerjaiku tanpa ampun. Aku terus bersabar dengan perlakuan mereka. Tapi namanya kesabaran ada batasannya juga kan. Yaa tentu saja. Batas kesabaranku sudah hilang. Batas kesabaranku sudah mencapai pucaknya. Aku sudah begitu kesal, emosi, dan marah terhadap sikap mereka padaku.

Aku masih ingat, hari dimana aku meluapkan semua emosiku pada Sehun. Aku memukul wajahnya. Wajah yang diklaim semua anak disekolah sebagai wajah tampan datarnya itu sukses sudah aku gores dengan pukulanku tepat diwajahnya.

-Flashback-

Aku berjalan santai menuju gerbang sekolah. Namun langkahku terhenti saat aku melihat Sehun dan segerombolan tiang berjalannya sedang berdiri di gerbang sekolah. ‘Sial!’ umpatku dalam hati. Aku terus berjalan santai menuju gerbang sekolah. Saat akan keluar gerbang, salah satu teman Sehun –Chanyeol- menjegal kakiku. Aku langsung terjatuh dan sontak itu membuat semua anak yang sedang berjalan keluar sekolah semua menertawakanku. Aku berdiri dan membersihkan bajuku yang terkena debu jalanan.

Aku berbalik kebelakang dan menatap kearah Sehun dan tiang berjalannya dengan kesal. ‘Sabar Kim Minseok. Kau harus tenang.’ Aku terus bersikap santai dengan tetap memasang wajah kesal kearah Sehun dan tiang berjalannya itu. Beberapa menit aku menatap mereka dan kemudian aku berbalik melanjutkan langkahku kembali.

“Apakah kalian melihat tatapan anak kucing itu tadi? Tatapannya begitu mengerikan. Membuat bulu kuduk ku berdiri.” Suara Sehun membuat langkahku terhenti sebentar. Aku menghelas nafas berat ku dan kembali melanjutkan berjalan. Tapi aku menghentikan langkah ku lagi saat mengdengar Sehun berucap kembali. “Yaaaa….mengapa tatapan anak kucing itu begitu menakutkan? Begitu menakutkannya sampai aku ingin mencubit kedua pipinya. Dasar bakpao berjalan!”

Aku langsung berbalik dan tanpa pikir panjang lagi aku langsung memukul wajah Sehun. Aku memukul dengan penuh kekuatan ku. Penuh dengan rasa kesal yang sedari tadi aku tahan. Aku melihat sudut bibir Sehun mengeluarkan darah. Aku tersenyum mengejek melihat wajah Sehun kini memerah. Mungkin besok aku akan terkena serangan bertubi-tubi darinya. Tapi aku tidak perduli. “Mianhae. Aku tidak sengaja memukulmu, Oh Sehun.” Setelah mengucapkan perkataan itu, aku langsung berbalik dan meninggalkan mereka yang masih saja melongo dengan kejadian pemukulan yang aku lakukan tadi. Aku berjalan pulang dengan senyum penuh kemenangan.

-Flashback End-
-Xiumin POV End-
-
-
-
Suasana kelas begitu ramai karena guru yang mengajar mereka sekarang sedang ada rapat mendadak. Beberapa murid saling melempar bola kertas untuk menghilangkan kebosanan mereka. Tetapi tiba-tiba salah satu bola kertas itu terlempar mengenai tepat kepala namja yang sedang tidur dibangku pojokan. Wajah datarnya mengdongak melihat siapa pelaku yang sudah mengganggu tidur pulasnya tadi. Anak-anak yang bermain bola kertas tadi berpura-pura tidak melihat kearah namja berwajah datar itu. Namja berwajah datar itu kemudian melanjutkan tidurnya kembali.

“Xiumin-ah, setelah pulang sekolah ini, apakah kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu pergi karaoke bersama dengan D.O. Apakah kau mau ikut?” tanya namja berwajah cantik didepan Xiumin. “Tentu saja aku kan ikut bergabung denganmu dan D.O juga.” Xiumin berkata dengan penuh kepastian.

Namja berwajah cantik itu mengguncangkan badan namja yang sedang tidur dengan pelan. “Pangeran muka datar, apakah kau mau ikut bergabung dengan kami? Aku, D.O, dan Xiumin akan pergi karaoke setelah pulang sekolah. Kau juga bisa mengajak teman-teman tinggimu itu.” Kata namja berwajah cantik itu sambil mengguncangkan tubuh namja yang sedang tidur itu dengan pelan.

“Baekhyunnie….mengapa kau mengajak dia? Sudah sangat jelas kalau dia tidak akan ikut acara seperti itu dengan kita. Sudahlah jangan mengajak dia. Ajaklah yang lain saja.” suara Xiumin membuat namja berwajah cantik yang dipanggil dengan nama Baekhyun tersentak kaget. “Yaaaa Kim Minseok! Bisakah kau tidak usah berteriak seperti itu.” Baekhyun kembali melanjutkan aktifitas mengguncang badan namja yang sedang tidur itu. “Tapi mengapa kau begitu yakin kalau pangeran muka datar ini tidak akan ikut bergabung bersama kita?” tanya Baekhyun. “Coba kau lihat wajahnya saat sedang tidur Xiumin-ah. Wajahnya begitu imut dan sangat tampan.” Baekhyun kembali berucap. Xiumin kembali duduk dan melirik kearah teman sebelahnya yang sedang tidur.

Namja yang sedang tidur itu kini mengangkat wajahnya. Menatap kearah Baekhyun dengan wajah malas sambil menunjuk kearah Xiumin. “Baekhyun-ah, kau jangan dengarkan perkataan anak kucing itu. Aku akan ikut bergabung dengan mu. Dan tentu saja teman-teman ku akan ikut bergabung juga. Chanyeol pasti akan sangat senang sekali bisa keluar bersama denganmu.” Sehun tersenyum manis kepada Baekhyun yang disambut dengan wajah gembira Baekhyun. “Benarkah kau akan ikut bergabung pangeran muka datar? Aigoo…kau mendengarnya sendiri kan Xiumin. Pangeran muka datar akan ikut bergabung dengan kita.” Baekhyun langsung berdiri dan pergi meninggalkan kursinya menuju tempat duduk D.O yang ada di depan kelas.

Xiumin yang menatap kepergian Baekhyun hanya bisa menghela nafas beratnya. Kemudian dia berdiri dan menatap tajam Sehun. “Bisakah kau tidak memanggil ku ‘Anak Kucing’ pangeran muka datar? Apakah kau ingin menerima pukulan lagi dari ku seperti dulu?” Xiumin langsung pergi dan dengan sengaja menyenggol tubuh Sehun. Sehun hanya tersenyum mengejek mendengar ucapan Xiumin tadi. “Salahkan dirimu sendiri Kim Minseok. Mengapa kau memiliki wajah yang menggemaskan seperti itu.” Sehun melangkahkan kakinya keluar kelas.
-
-
-

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Baekhyun dengan cepat mengemasi buku-bukunya dan berbalik ke belakang melihat Xiumin dan Sehun. “Palliwa chinguya~” Baekhyun tersenyum dan berjalan ke depan kelas di tempat D.O duduk. “Xiumin-ah, Sehun-ah, aku dan Baekhyun duluan. Kami menunggu kalian di gerbang sekolah. Palliwa.” D.O dan Baekhyun meninggalkan Xiumin dan Sehun berdua dikelas.

Entah ada angin apa, atau kejadian apa, tiba-tiba kelas langsung kosong. Semua penghuni kelas langsung pergi meninggalkan kelas saat mendengar bel pulang sekolah berbunyi. “Menyingkirlah. Aku mau lewat.” Ucap Xiumin dengan malas. Sehun dengan lambatnya masih mengemasi barang-barangnya. “Bisakah kau lebih cepat lagi?” nada suara Xiumin mulai naik. Sehun masih setia dengan mengemasi barang-barangnya. Xiumin yang sudah kesal langsung membantu Sehun mengemasi barang-barang Sehun dan memasukkannya ke dalam tas. “Sekarang sudah beres kan barang-barangmu. Jadi menyingkirlah sekarang.”

Sehun terdiam sejenak lalu berdiri dan menatap kearah Xiumin dengan tajam. “Aku tidak menyuruhmu untuk membantu ku mengemasi barang-barang ku anak kucing.” Xiumin yang melihat perlakuan Sehun langsung membuang muka kearah lain. “Wae? Apakah kau tidak berani menatapku anak kucing?” pertanyaan Sehun langsung membuat Xiumin memalingkan muka kearah Sehun. Kini mereka berdua saling bertatapan. Beberapa menit keheningan menemani mereka.

Tiba-tiba terdengar suara Chanyeol memanggil nama Sehun dari luar. “Sehun-ah~” Keheningan mereka pecah saat Kris membuka pintu kelas. “Menyingkirlah dari ku Oh Sehun!” Xiumin langsung menabrak Sehun dengan kesal dan berjalan meninggalkan Sehun dan teman-temannya di kelas.

“Mengapa tadi tidak langsung kau nyatakan saja perasaanmu padanya?” pertanyaan Kris membuat Sehun menghentikan langkahnya. Sehun menoleh kearah Kris. “Belum saatnya Kris. Aku menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan padanya.” Ucapan Sehun hanya disambut dengan gelengan kepala Kris.
-
-
-
Suasana ruangan karaoke yang begitu remang-remang yang memang sudah disetting oleh Baekhyun seperti itu membuat ruangan tersebut semakin ramai dengan suara kegembiraan mereka. “Xiumin-ah, sekarang giliranmu untuk bernyanyi. Kajja pilih lah lagu yang ingin kau nyanyikan.” Seru D.O sambil menarik Xiumin kedepan. “Aniyo D.O-yah. Aku tidak bisa bernyanyi. Suaraku begitu jelek. Kau saja yang bernyanyi.” Xiumin mengelak permintaan D.O.

Chanyeol kemudian berdiri dan merebut  mic dari tangan D.O. Dia melihat kearah Xiumin dan berganti kearah D.O. “Biar aku saja yang bernyanyi. Jangan paksa anak kucing itu untuk bernyanyi bila dia tidak mau. Kalau benar suaranya jelek lebih baik tidak usah bernyanyi daripada menyakiti telinga orang yang mendengarkan.” Perkataan Chanyeol membuat Xiumin kesal. Xiumin menatap Chanyeol tidak suka. Chanyeol masih terus sibuk dengan memilih lagu yang akan dinyanyikannya. “Mau sampai kapan kalian berdiri disini? Kalian berdua kembalilah duduk. Baekhyun-ah, mau kah kau bernyanyi dengan ku?” pinta Chanyeol malu. Tanpa pikir panjang Baekhyun langsung berdiri dan mengambil mic yang tergeletak dimeja.

Xiumin dan D.O kembali duduk. Xiumin melihat kearah Sehun dan tiang berjalannya yang sedang tersenyum mengejek pada Xiumin. Sehun kemudian mendekati Xiumin yang sedang kesal. “Aku tidak percaya kalau anak kucing ini tidak bisa bernyanyi. Kau saja yang malu bernyanyi di depan kita semua. Iya kan anak kucing?” Bisik Sehun menggoda. Xiumin langsung menoleh kearah Sehun. Mereka saling bertatapan beberapa detik. Jarak wajah mereka berdua begitu dekat. Semburat rona merah terlintas diwajah Xiumin sekarang. Meskipun Sehun tidak bisa melihatnya karena ruangan karaoke tersebut begitu remang-remang, tapi Sehun tahu bahwa sekarang Xiumin sedang malu.

“Yaaaak! Bisakah kau menyingkir dari hadapanku.” Xiumin mendorong Sehun begitu kuat sampai Sehun jatuh tersungkur kebawah. Teman-teman Sehun dan Xiumin yang melihat kejadian itu hanya melongo karena kaget. Xiumin merasa sudah membuat suasan menjadi kacau, kemudian pergi keluar. Sebelum membuka pintu dia berpamitan dan meminta maaf atas kejadian yang barusan terjadi pada Baekhyun dan D.O kemudian langsung pergi melesat meninggalkan tempat karaoke.

“Cepat susulah dia. Jangan sampai kau membuat anak kucing itu semakin membencimu.” Perkataan Kris membuat Sehun langsung pergi melesat keluar menyusul kepergian Xiumin. “Memang ada hubungan apa antara pangeran muka datar dan Xiumin?” tanya Baekhyun polos. D.O menganggukkan kepalanya seraya membernarkan pertanyaan Baekhyun. “Apakah Baekhyunnie tidak tahu kalau Sehun menyukai anak kucing itu?” perkataan Chanyeol membuat Baekhyun dan D.O membulatkan matanya. Mata D.O yang memang sudah bulat besar kini malah menjadi dua kali lebih besar dari biasanya. Mereka berdua saling menatap tak percaya dengan perkataan Chanyeol barusan.
-
-
-
Di tempat lain, Sehun sudah mengikuti Xiumin dari belakang. Sehun dengan sangat hati-hati berjalan pelan mengikuti Xiumin dari belakang. Sehun tidak peduli bila disebut sebagai penguntit sekarang. Xiumin menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya. “Baozi!” Xiumin langsung berlari kecil kearah sumber suara itu. “Luhan-ah.” Sapa Xiumin pada namja yang memanggilnya tadi. Sehun langsung mengikutinya dan tanpa sadar dia memposisikan dirinya disamping Xiumin sekarang. “Baozi, apakah dia temanmu?” tanya Luhan polos. Xiumin yang heran dengan pertanyaan Luhan langsung menoleh kesamping kanannya dan mendapati Sehun sekarang telah berdiri disampinya.

Xiumin yang terkejut dengan kehadiran Sehun langsung menoleh kearah Luhan. “Iya. Dia temanku.” Kata Xiumin dengan nada penekanan saat mengucapkan kata teman. “Perkenalkan Luhan. Dia adalah temanku. Namanya adalah Oh Sehun.” Lanjut Xiumin. Luhan mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Sehun. “Xi Luhan imnida.” Sehun tidak menghiraukan uluran tangan Luhan. Xiumin langsung menyenggol lengan Sehun yang kemudian Sehun membalas jabatan tangan Luhan juga. “Oh Sehun imnida.” Ucap Sehun malas.

“Luhan-ah, mengapa kau tidak bilang padaku kalau kau datang kesini?” tanya Xiumin. Luhan hanya tersenyum manis dan mencubit kedua pipi Xiumin. “Yaaak lepaskan Lu. Sakit!.” Luhan melepaskan cubitannya dan langsung memeluk Xiumin dengan erat. Sehun terbelalak melihat kejadian yang ada dihadapannya. Wajah Sehun berubah menjadi merah padam dan tanpa disadari kedua tangan Sehun telah mengepal dengan kuat.

Kini mereka bertiga memasuki sebuah kedai kopi tempat favorit Xiumin dan Luhan biasanya bertemu. Setelah memesan kopi, Xiumin dan Luhan kembali mengobrol dan Sehun tetap dengan stay cool berdiam diri mendengarkan pembicaraan Xiumin dan Luhan. Sehun terus saja menahan kekesalannya melihat Xiumin terus berbicara pada Luhan. ‘Sial! Mengapa anak kucing ini mengabaikan ku? dan lagi, orang yang bernama Luhan ini benar-benar sudah membuat ku kesal. Mengapa dia menggenggam tangan anak kucing ini begitu erat?’ Umpat Sehun dalam hati.

Luhan membelai lembut pipi Xiumin dan berbisik ditelinga Xiumin. Entah apa yang sedang mereka bisikan Sehun tidak ingin tahu. Yang Sehun sekarang rasakan adalah perasaan kesal dan emosi. Sehun langsung berdiri, menatap Luhan dan Xiumin dengan tajam. Kemudian dia pergi meninggalkan Xiumin dan Luhan yang masih terdiam. “Yaaak Sehun, mengapa kau pergi? Bahkan kopimu tidak kau minum.” teriak Xiumin begitu kencang. Sehun yang mendengarnya hanya menoleh kemudian melanjutkan langkahnya pergi dari kedai kopi itu dengan perasaan kesal.
-
-
-
Bel istirahat berbunyi. Baekhyun, D.O dan Xiumin langsung melesat pergi menuju kantin. Dalam perjalan menuju kantin, mereka bertemu dengan tiang berjalan tanpa kehadiran Sehun. “Anak kucing, Sehun mencarimu. Dia menunggumu di atap sekolah sekarang.” Perkataan Tao membuat Baekhyun dan D.O langsung menoleh kearah Xiumin. “Mengapa Sehun mencariku?” Tao hanya mengangkat bahunya pertanda bahwa dia tidak tahu. “Sudahlah. Pergilah sekarang. Kajja kita ke kantin. Aku sudah sangat lapar ini.” Ajak Kris. “Xiumin-ah~ sampai bertemu di kelas nanti. Annyeong~” Baekhyun berkata dengan sangat manja membuat Chanyeol mencubit pipinya. Kini mereka meninggalkan Xiumin sendirian di lorong sekolah yang sepi. Xiumin hanya bisa menghela nafasnya dan melangkah pergi menuju ke atap sekolah.
-
-
-
Sesampainya diatap sekolah, Xiumin langsung berjalan menuju kearah tempat Sehun sedang berdiri saat ini. Berdiri disamping Sehun sekarang. Beberapa detik hanya hening yang ada. “Ada apa kau mencariku?” pertanyaan Xiumin membuyarkan keheningan diantara mereka. “Aku hanya ingin bertanya tentang anak yang bernama Luhan padamu?” Xiumin tertawa kecil mendengar perkataan Sehun. “Kenapa kau tertawa anak kucing?” tanya Sehun tak mengerti.

“Apakah kau tertarik dengan Luhan?”
“Tidak.”
“Lalu mengapa kau ingin menanyakan soal Luhan padaku? Bukankah itu namanya kau tertarik padanya.”
“Aku bukan tertarik padanya.”

Kini nada bicara Sehun mulai serius. Xiumin yang menyadari hal itu langsung mengubah mimik wajahnya menjadi serius pula.

“Lantas apa yang ingin kau ketahui dari Luhan bila kau tidak tertarik padanya huh?”
“Sepertinya hubunganmu dengan Luhan sangat dekat sekali. Apakah dia kekasihmu yang sudah lama tidak pernah bertemu denganmu?”
“Memang hubungan ku dengan Luhan begitu dekat. Semua orang yang melihatnya pasti mengira bahwa aku dan dia sedang berpacaran, tapi itu semua salah. Aku dan Luhan hanya bersahabat dari kecil. Lagipula Luhan sudah mempunyai kekasih di China.”
“Lalu mengapa kemarin dia bersikap seperti itu padamu? Seolah-olah kau adalah miliknya.”
“Yaaak… Luhan sudah seperti itu padaku sejak kecil. Kekasihnya juga sudah tahu bagaimana sikap Luhan kepadaku.”

Beberapa menit keheningan datang menemani mereka lagi. Sehun menghela nafas dalam-dalam. “Aku tidak suka dia bersikap seperti itu kepadamu anak kucing.” Desis Sehun. Xiumin menatap kearah Sehun dengan tatapan bertanya. “Mengapa kau tidak menyukainya? Dan kemarin, mengapa kau tiba-tiba pergi begitu saja huh?” Sehun membalas tatapan Xiumin dengan tajam. “Yang boleh menggenggam tangan mu dan membelai pipimu itu hanya aku saja anak kucing. Aku tidak peduli Luhan itu siapa. Yang jelas anak kucing ini cuma aku saja yang boleh melakukan hal itu.” Sehun kini menggenggam tangan Xiumin dengan erat.

Xiumin berusaha melepaskan genggaman tangan Sehun tapi usahanya sia-sia karena Sehun menggenggam tangannya begitu erat. “Lepaskan. Kau menyakiti tanganku bodoh.” Sehun menarik Xiumin dan memeluknya sekarang. Beberapa detik Xiumin terdiam dalam dekapan Sehun karena kaget dengan perlakuan Sehun yang tiba-tiba memeluknya. Setelah sadar dengan perlakuan Sehun, Xiumin meronta dalam pelukan Sehun. “Yaaakk Oh Sehun, lepaskan aku!” Sehun tidak memperdulikan perkataan Xiumin. Dia semakin mempererat pelukannya.

“Yaak anak kucing, bisakah kau diam sebentar saja. Aku hanya ingin memelukmu sebentar saja.” Xiumin yang sedari tadi terus meronta kini terdiam mendengar ucapan Sehun. Sehun membelai lembut rambut Xiumin. Wajah Xiumin tiba-tiba berubah menjadi merah padam. ‘Mengapa sikap Sehun tiba-tiba menjadi seperti ini? Dan mengapa jantungku berdebar begitu cepat sekarang?’ tanya Xiumin dalam pikirannya sendiri. “Apakah kau mendengar debaran jantungku anak kucing?” Xiumin menganggukkan kepalanya. “Itulah yang selama ini aku rasakan terhadapmu. Setiap kali aku bertemu dengan mu jantungku selalu saja berdebar begitu cepat.” ‘Aku sekarang juga merasakan hal yang sama denganmu bodoh.’ Umpat Xiumin dalam hati. Kini Sehun melepaskan dekapannya dan melihat kearah Xiumin.

Sehun membelai lembut pipi bulat Xiumin dan mengecup kening Xiumin dengan lembut. Xiumin hanya bisa terdiam melihat sikap Sehun yang semakin aneh padanya. “Apa arti dari sikap aneh mu ini? Apakah kau sedang mengerjaiku sekarang huh?” Sehun hanya tersenyum mendengar pertanyaan Xiumin. “Apakah kau tidak mengerti maksud debaran jantungku tadi?” Xiumin menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Sehun mencubit kedua pipi Xiumin. “Dasar bodoh! Aku menyukaimu anak kucing. Aku menyukaimu.”

Xiumin hanya mengerjapkan kedua matanya yang membuatnya tampak begitu lucu dimata Sehun. “Yakk jangan memasang wajah seperti itu. Kau mau aku mencubit pipimu lagi?” Xiumin langsung meletakkan kedua tangan dipipinya dengan tetap mengerjapkan matanya. “Apakah tadi kau bilang, kau menyukaiku? Aku tidak salah dengar kan? Bisakah kau mengulanginya lagi. Sepertinya aku tadi tidak mendengarkan perkataanmu dengan baik.”

“Yakkk…aku tadi sudah mengatakan dua kali dan kau tidak mendengarnya dengan baik. Dasar kau memang bodoh anak kucing.” Sehun mengacak-ngacak rambut Xiumin. “Aku menyukaimu bodoh. Aku menyukai anak kucing yang begitu bodoh seperti mu.” Sehun kembali mendekap Xiumin. Dalam dekapan Sehun, Xiumin tersenyum manis mendengar perkataan Sehun. “Aku juga menyukaimu bodoh. Aku begitu bodoh bisa menyukai orang bodoh yang setiap hari menggangguku.” Xiumin membalas pelukan Sehun dan mempererat pelukannya. Sehun hanya terkekeh mendengar ucapan Xiumin.  

“Sekarang anak kucing ini sudah resmi menjadi pemilik tuan Oh Sehun.” Xiumin langsung mendorong Sehun dari pelukannya. “Memang kau kira aku benar-benar anak kucing huh?” Xiumin memasang wajah cemberutnya yang membuat wajahnya bertambah lucu. “Mengapa kau dan teman-temanmu suka sekali memanggilku anak kucing?” Sehun memeluk Xiumin dari belakang dan mencium pipi kanannya. “Jangan salahkan aku dan teman-teman ku memanggil mu anak kucing karena kau sendiri yang telah membuat ku dan teman-temanku memanggilmu seperti itu. Wajahmu yang begitu lucu dan menggemaskan seperti anak kucing lah yang membuat ku dan teman-temanku memanggilmu anak kucing. Dan hanya aku saja yang menjadi pemilik anak kucing ini.” Sehun kembali mencium pipi kanan Xiumin.

Xiumin hanya tersenyum mendengar jawaban Sehun. “Aku berharap Tuan Oh Sehun ku ini tidak terus menerus menggangguku setiap hari. Aku sudah lelah dengan perlakuan mu yang menggangguku setiap hari.” Sehun terkekeh mendengar perkataan Xiumin. “Saranghae Oh Sehun.” Sehun semakin mempererat pelukannya. “Nado saranghae Xiumin-ah.”

-END-


Kamis, 24 Juli 2014

[Lirik+Video] CHEN (EXO) – BEST LUCK (최고의 행운) IT’S ALRIGHT, IT’S LOVE OST



Romanized

Amuraedo nan niga joha amureon maldo eobsi utdeon
Nareul anajwo babe
Oneureul gidaryeotjyo geudae dalkoman nareul bwayo geudae ye~
Jikyeojulgeyo babe
Maeil maeil kkumeul kkujyo geudae soneul japgo naraga
Yeongwonhi eonje kkajina

Bogo sipeun naui sarang unmyeongitjyo pihalsudo eobjyo
Every day I’m so lucky sumgyeowatdeon nae mameul gobaek hallae
Neoreul saranghae~

Tteollideon nae ipseuldo geudae seolledon i maeumdigeudae
Nae sarangitjyo babe
Ireonge sarang ingeol aljyo geudaega isseo haengbok hajyo~ ye~
Sarangiyeyo~ babe
Maeil maeil kkumeul kkujyo geudae soneul japgo naraga
Yongwonhi eonje kkajina

Bogo sipeun naui sarang unmyeongitjyo pihalsudo eobjyo
Every day I’m so lucky sumgyeowatdeon nae mameul gobaek halle
Neoreul saranghae~

Naui modueul geolmankeum neol sarang hago akkyeojundago
Geudae yaksokhalgeyo~ wo~
Sigan jina modu byeonhaedo i sesangi kkeutnanda haedo naui saranga~ a~

Geudae naege haengunijyo pihalsudo eobjyo
Every day I’m so lucky sumgyeowatdeon nae mameul gobaek hallae
Neoreul saranghae~

Cr : beautifulsonglyrics.blogspot.com

English Translation

Anyway, I really like you
You hugged me when I was quietly smiling babe
I waited for today, for your sweetness
Look at me, I’ll protect you babe
I dream every day
Of holding your hand and flying forever, until always

My love, I miss you
It’s destiny, you can’t avoid it
Every day I’m so lucky
I want to confess my hidden heart, I love you

My trembling lips, your fluttering heart
You are my love babe
I know that this is love
I’m happy because of you
I dream every day
Of holding you hand and flying forever, until always

My love, I miss you
It’s destiny, you can’t avoid it
Every day I’m so lucky
I want to confess my hidden heart, I love you

I love you so much that I could risk my everything
I’ll promise you that I’ll care for you
Even if time passes and everything changes
Even if the time world ends, my love

You are my luck, I can’t avoid it
Every day I’m so lucky
I want to confess my hidden heart, I love you


English translation : popgasa.com

Minggu, 20 Juli 2014

-FF HunMin/XiuHun Couple-


“Aku terus mengurung diri dikamar. Entah sudah berapa minggu aku tidak keluar kamar ku. Aku merasa berada didalam kamar membuatku bisa melupakanmu. Melupakan semua kenangan kita. Melupakan semua kenangan yang sudah kita ukir setiap harinya. Melupakan semua senyummu, suaramu, tawamu, dan wajah manismu. Aku mencoba untuk menutup kedua mataku. Melupakan semua kejadian itu.”


-_The Snow Man_-


Main Cast :
  • Kim Minseok/Xiumin
  • Oh Sehun
Other Cast :
  • Park Chanyeol
  • Xi Luhan


Sekolah yang megah dengan bangunan setengah bergaya Eropa itu berdiri kokoh dihamparan luas pertengahan hutan pohon-pohon oak yang begitu rimbun. “Yaaakk Oh Sehun. Aku dari tadi mencari mu. Mengapa kau suka sekali disini?” tanya seorang namja bertubuh tinggi dengan senyuman super lebarnya menampakan deretan gigi rapi dan putihnya itu. Namja yang dipanggil dengan Oh Sehun itu hanya menoleh dan menatap namja bertubuh tinggi dengan tatapan malas. Sehun menghela napas berat. Dia kembali melihat kearah depan. Memandangi lukisan alam yang terlihat begitu indah dengan banyak berdirinya pohon-pohon oak disekelilingi sekolahnya. “Mengapa kau mencariku, Chanyeol?” tanya Sehun tetap dengan memandang arah depan. “Dia kembali Sehun. Dia sekarang bersekolah disini.” Kata Chanyeol dengan nada bersemangat.

Beberapa menit mereka berdua terdiam. Hanya terdengar bunyi hembusan angin yang kencang. “Memang siapa yang kembali?” pertanyaan Sehun membuyarkan keheningan. “Kau pasti tidak percaya bila aku menyebutkan namanya.” Kini wajah Chanyeol menampakkan keseriusan. “Nuguya?” tanya Sehun dengan malas. Chanyeol menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Sehun. Dia menatap kearah Sehun dengan wajah seriusnya. “Minseok hyung. Kim Minseok. Dia kembali lagi.”

Sehun yang mendengar perkataan Chanyeol terbelalak kaget. Tidak biasanya Sehun menampakkan ekspresi seperti itu setelah 2 tahun setelah kejadian itu. Setelah kejadian itu Sehun selalu menampakkan ekspresi yang datar. Kejadian yang Sehun sudah lupakan kini kembali menyusuri pikirannya lagi.

-Flashback (Sehun POV)-

Musim dingin yang menyerang kota Seoul semakin menjadi-jadi. Aku berjalan mencarinya disetiap sudut kota. Terus mencarinya. Aku sekarang merasa seperti orang gila. Mencarinya seperti orang gila dengan terus memanggil namanya. “Minseok hyung, kau dimana? Kim Minseok…..” terus aku memanggil namanya. Tapi nihil tanpa ada balasan darinya. ‘Apakah aku harus menyerah untuk mencarimu hyung?’ pikiran itu terus berada di otak ku.

“Sehun-ah..” aku mendengar suaranya memanggil namaku. Apakah itu hanya halusinasi ku saja mendengar suaranya memanggil namaku. “Sehun-ah..” suara itu semakin dekat. Aku merasakan ada tangan yang menyentuh pundakku. Aku menoleh dan mendapati orang yang aku cari telah ada dihadapan ku sekarang. Dia tersenyum padaku. “Apa yang kau lakukan disini? Salju yang turun hari ini begitu deras. Dan akan terjadi badai salju kecil. Bila kau tidak pulang kau akan terkena badai salju itu.” Aku mendengar suaranya tertawa pelan. Aku masih saja menatap ke arahnya dengan tatapan gembira bercampur dengan ingin menangis. Aku juga tidak tahu harus memasang wajah seperti apa lagi untuk melihatmu.

Aku langsung menariknya, membawanya dalam dekapanku. Memeluknya dengan erat. Aku tidak peduli dengan tatapan bertanya dia padaku. Yang aku inginkan sekarang hanya memeluk mu agar kau tidak menghilang lagi dari hadapan ku. Aku ingin  terus memelukmu agar kau tidak pergi meninggalkan ku.

“Sehun-ah mianhae. Aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Aku hanya bisa menyusahkanmu saja. Dan memang ini sudah menjadi jalan ku bila aku pergi meninggalkanmu. Kau tidak lagi merasa kesusahan untuk menjalani hari-harimu. Kau bisa keluar dengan teman-temanmu tanpa sedikitpun memikirkanku.”

Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Bibirku terasa seperti ada sebuah lem yang sedang terukir rapi dibibirku. Aku hanya bisa menatap wajahnya yang kini memucat. Sekarang aku merasakan air mataku keluar. Kristal bening itu terus keluar tanpa henti.

“Mianhae Sehun-ah. Selama ini aku tidak bisa memberimu sesuatu yang berharga. Aku hanya bisa memberimu kesusahan dengan merawatku terus setiap hari.”

Minseok hyung memberikanku sesuatu. Aku membukanya. Sebuah snowglobe. Aku menatap kearahnya. Dia tersenyum padaku. “Mianhae aku hanya bisa memberikan benda itu padamu. Kau tahu kan kalau aku sangat menyukai salju. Aku memberikanmu benda itu karena aku bisa melihatmu terus meskipun aku sudah tidak ada didunia ini lagi. Ingatlah Sehun, setiap kali salju turun pada tahun pertama, aku akan datang padamu.”

“Kau tidak benar-benar meninggalkanku kan hyung? Ucapanmu barusan tidak benar-benar terjadi kan? Dan benda ini, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya membutuhkanmu hyung. Aku yakin hyung tidak akan pergi meninggalkanku. Aku yakin kau tidak akan pergi dari dunia ini. Dan berhentilah berkata maaf padaku. Aku yang seharusnya berkata maaf padamu hyung. Aku yang selama ini sudah menyia-nyiakan mu. Aku tidak menjagamu dengan baik. Aku yang selalu menyusahkanmu meskipun kau sedang sakit parah saat itu. Mianhaeyo hyung.”

Aku berucap dalam tangis ku yang semakin menjadi-jadi. Aku tidak peduli sekarang dengan pandangan orang-orang kearah ku. Yang menatapku dengan tatapan aneh. Yang menatap ku dengan tatapan bertanya. Aku tidak peduli. Yang jelas aku sudah mengucapkan apa yang ingin aku ucapkan dari tadi kepadanya.

“Hyung jebal… jangan tinggalkan aku. Aku tidak tahu harus hidup dengan siapa lagi kalau bukan dengan kau, hyung. Kau satu-satunya orang yang selama ini selalu ada untuk ku.” Aku terus memintanya agar jangan pergi meninggalkan ku. Sekarang aku merasakan dadaku begitu sesak. Hatiku begitu sakit.

“Sehun-ah…masih ada orang-orang yang menyayangimu. Teman-temanmu, orang tuamu, semuanya tidak akan meninggalkanmu. Mereka semua masih ada disisimu Sehun-ah. Tapi kau tenang saja, meskipun aku pergi jauh tapi aku selalu ada bersama dengan turunnya salju ini.” Aku merasakan tangan Minseok hyung membelai kedua pipi ku. Menghapus air mataku yang membasahi pipiku seperti aliran sungai kecil yang mengalir dari kedua mataku.

“Berjanjilah pada hyung, kau jangan bersikap seperti anak manja lagi kalau aku sudah tidak ada. Bersikaplah dewasa. Bukankah kau tidak mau disebut dengan anak kecil lagi?” Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataannya. Aku tidak bisa lagi berkata. Lidahku kelu setiap kali ingin berbicara.

“Aku pergi dulu Sehun-ah. Aku menyayangimu namdongsaeng.” Minseok hyung mencium kening ku dan pergi meninggalkanku selamanya. Aku terus menangis meskipun air mataku sudah kering. Aku menjerit memanggil namanya. Hatiku sakit. Dadaku begitu sesak. Dan akhirnya semuanya menjadi begitu gelap.

-Flasback End (Sehun POV End)-

“Kau jangan bercanda Park Chanyeol? Sudah sering kali kau berkata seperti itu. Tapi nyatanya semua perkataanmu adalah bohong.” Sehun pergi meninggalkan Chanyeol yang masih setia ditempatnya. “Terserah kau saja bila kau tidak mempercayaiku Oh Sehun. Kau hanya harus bertemu dengannya sendiri. Jangan mencariku bila kau sudah melihatnya dengan kedua matamu sendiri.” teriak Chanyeol yang hanya dijawab Sehun dengan lambaian tangannya pertanda dia pergi meninggalkan Chanyeol.

-Sehun POV-

Aku berjalan menyusuri lorong yang sepi menuju perpustakaan. Yaa itu adalah tempat favoritku untuk tidur disaat aku sedang malas masuk kelas. Aku melihat Luhan hyung sedang berbicara pada seseorang. Dia melihatku dan melambaikan tangannya pada ku. Aku menghampirinya.

“Beruntung aku bertemu dengan mu. Perkenalkan, dia adalah teman sekelasku yang baru dari China. Namanya adalah Xiumin.”

Aku menoleh kearah namja yang ada disebelahku. Aku benar-benar terkejut. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Bibirku begitu rapat untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Badan ku terasa begitu berat untuk digerakkan. ‘Apakah aku sedang bermimpi sekarang?’ tanya ku dalam hati.

“Annyeong haseyo. Xiumin imnida.” Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum padaku. Aku tidak bisa menggerakkan tangan ku. ‘Kenapa begitu berat hanya untuk membalas jabatan tangannya?’ Luhan hyung menyenggolku dan aku tersadar dari lamunanku. “Sehun. Oh Sehun imnida.” Aku merasakan tangannya begitu lembut saat aku dan dia berjabat tangan.

Aku melihat Luhan hyung berdiri disamping Xiumin. Merangkul pundaknya. “Sehunnie..kau harus mendengar perkataanku dengan seksama ini. Xiumin atau biasa aku memanggilnya dengan baozi, dia adalah milikku sekarang. Kau dan teman-temanmu jangan sampai mengganggunya. Apalagi bila kau ingin mendekatinya. Bila akau mengetahuinya, kau akan mendapatkan akibatnya bila aku melihat kau dan teman-temanmu itu menyentuh baozi ku.”

“Yaak Lu~ kau jangan seperti itu. Aku kan  juga ingin berteman dengan Sehun dan teman-temannya itu. “ Perkataan Luhan hyung tadi membuatku ingin tertawa. Tapi aku menahannya karena aku melihat wajah Xiumin yang begitu polos dengan perkataannya tadi pada Luhan hyung. Yaaa wajah itu benar-benar sangat mirip dengannya. “Xiumin hyung yang bilang sendiri ingin berteman denganku hyung. Dan mengapa kau over protektif sekali padanya? Kau bahkan bukan kekasihnya kan?” Aku menjulurkan lidah ku mengejek kearah Luhan hyung. Aku mendengar dia tertawa. Aku terkejut mendengar suara tawanya. Suara tawanya begitu mirip dengan mu hyung. Mengapa kalian begitu mirip?

“Coba kau lihat Lu. Salju pertama turun.” Aku mengikuti arah tangannya menunjuk kearah jendela luar. Benar itu adalah salju pertama yang turun di tahun ini. “Kenapa kau begitu menyukai salju baozi? Aku benci dengan dinginya salju.” Aku menoleh kerah Xiumin. Menatap wajahnya dengan teliti. “Karena salju selalu membuatku gembira Lu. Aku begitu menyukai salju karena salju selalu menemaniku saat kau tidak ada.”

‘Dia juga menyukai salju sama sepertimu hyung.’ Batinku. ‘Chakaman! Perkataan itu. Perkataan itu selalu Minseok hyung katakana padaku waktu dulu. Dan apakah aku tidak salah mendengar tadi? Salju pertama turun. Apakah benar kau kembali hyung? Apakah ini benar kau hyung? Orang yang sekarang ada dihadapan ku adalah kau hyung? Kau datang bersama dengan turunnya salju pertama.’ Tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya. Tidak peduli dengan tatapan Luhan hyung yang menatapku begitu tajam saat aku memeluk Xiumin hyung. Memeluk hyung ku yang sudah pergi meninggalkanku. Aku begitu merindukanmu hyung.

“Yaaak Oh Sehun, apa yang kau lakukan? Mengapa kau memeluk baozi ku begitu erat?” Luhan hyung memisahkan kami. Aku melihat wajah Xiumin hyung yang begitu polos dengan tatapan bertanya pada Luhan. “Kau jangan memelukanya seperti tadi Oh Sehun. Bila kau tidak ingin aku memukulmu, jangan ulangi lagi.” Luhan hyung menatapku begitu tajam.

Aku merasakan bahwa sikap Luhan hyung padanya begitu over protektif sekali. Tapi aku tidak peduli sekarang. Yang pedulikan sekarang adalah orang yang sekarang ada dihadapanku. Aku menatap wajah Xiumin hyung yang polos. Wajahnya benar-benar mirip sekali denganmu hyung. Wajah yang sangat aku rindukan. Tatapan hangat dari matamu begitu sama dengannya hyung. Apakah benar kau telah kembali lagi? Tapi mengapa kau tidak mengenaliku hyung?

“Kajja kita pergi saja baozi. Aku tidak ingin Sehun memelukmu lagi.” Aku melihat Luhan hyung sudah pergi jauh meninggalkanku. Aku terus melihat kepergian mereka sampai mereka tidak menampakkan bayangan mereka lagi dihadapanku. Aku berbalik melihat kearah jendela yang memperlihatkan butiran lembut kristal yang turun dengan perlahan. ‘Hyung jebal jangan meninggalkan ku lagi. Aku begitu merindukanmu hyung.’ Tanpa sadar air mataku keluar begitu saja. Apa yang harus aku lakukan sekarang hyung bila kau pergi meninggalkan ku lagi?

“Sehun-ah…” samar-samar aku mendengar suaramu hyung. Suaramu yang lembut memanggilku. Suara yang pernah aku dengar 2 tahun lalu. “Sehun-ah….” Lagi. Aku mendengar suaramu memanggil namaku lagi. “Mungkin aku sudah gila akibat terus memikirkanmu hyung. Tidak mungkin kau memanggil namaku seperti itu.” Aku tersenyum kesal memikirkan hal itu. “Sehun-ah…” suara itu lagi. ‘Mengapa suara mu begitu jelas sekali memanggil namaku hyung?’ “Sehun-ah…” aku menoleh kearah kiri dan mendapati bahwa Xiumin hyung -dengan nafas yang tersengal-sengal akibat berlari-sekarang ada dihadapan ku.

‘Aku tidak sedang bermimpi kan? Apakah tadi Xiumin hyung yang memanggil namaku?’ “Sehun-ah, apakah kau tidak mendengarkan aku. Aku dari tadi memanggil namamu, tapi mengapa kau tidak mendengarkan ku?” ‘Dia memanggil namaku.’ Aku terbangun dari pikiranku. “Mianhaeyo hyung. Aku benar-benar tidak mendengar kalau kau memanggil namaku tadi.” Aku sekarang benar-benar sudah gila. Gila dengan semua tentangmu hyung.

Aku melihat sebuah senyum terukir diwajah polosnya. Tiba-tiba dia membelai pipiku dengan lembut. “Kau jangan terus menghukum dirimu sendiri Sehun-ah. Kau tidak bersalah. Aku tidak ingin melihatmu terus hidup seperti ini. Dimana Oh Sehun yang dulu selalu ceria? Dimana senyuman Oh Sehun yang begitu manis? Jebal. Jangan terus menghukum dirimu seperti ini. Kembalilah seperti Oh Sehun yang dulu. Kau jangan mengkhawatirkan ku. Aku sudah bahagia sekarang. Aku selalu menyayangimu Sehun-ah.”

Aku terkejut dengan ucapannya. ‘Apakah benar Xiumin hyung adalah Minseok hyung?’ aku terus berpikir dengan semua pikiran sadarku, apakah ini hanya sebuah mimpi disiang bolong atau memang ini benar-benar terjadi? Aku merasakan kapalaku berdenyut membuat ku begitu pusing memikirkan hal ini.

“Hyung…apakah benar ini kau? Kau datang hyung? kau kembali hyung?”

“Tentu saja ini aku bodoh! Aku kan pernah bilang kepadamu bahwa aku selalu datang mengunjungimu saat salju pertama turun Sehun-ah. Apakah kau sudah lupa dengan perkataanku dulu?”

“Aku tidak melupakannya hyung. Terima kasih kau sudah kembali lagi. Aku begitu merindukanmu. Sangat merindukanmu. Jebal hyung, jangan pergi meninggalkanku lagi. Jebal.” Aku memeluknya begitu erat. Aku bisa merasakan tubuhnya benar-benar ada. Ini bukan hanya sebuah mimpi. Ini benar-benar kau hyung.

“Uljima Sehun-ah. Aku tidak meninggalkanmu. Kau harus terus ingat bahwa salju pertama ini selalu menemanimu.”

Aku melepaskan pelukanku. Melihat wajahnya. Menatap kedua mata hangatnya. “Lalu apa yang terjadi dengan salju kedua? Apakah kau akan pergi saat salju kedua turun hyung?”

Aku hanya melihat sebuah senyuman simpul yang dia berikan padaku. “Hyung, apakah benar kau akan pergi saat salju kedua turun?” aku kembali mengulang pertanyaan ku. Tapi tetap saja dia hanya tersenyum padaku.

“Aku selalu menyayangimu Sehun-ah. Selalu menyayangimu.”

Kata itu yang terakhir dia ucapkan padaku setelah dia pergi meninggalkanku. “Jebal hyung. Jangan meninggalkanku. Aku masih ingin melihatmu lagi. Jangan pergi meninggalkanku hyung. Kumohon jangan pergi hyung.” Aku terus menangis dan terus menangis. Aku tidak peduli air mataku akan kering atau habis, atau apapun itu, aku tidak peduli. Aku merasakan sesak didadaku. Begitu sulit untukku bernafas. Sekarang aku merasakan semuanya menjadi gelap dan aku tidak melihat apapun lagi.

=
=
=
=

“Syukurlah kau sudah sadar.” Samar-samar aku mendengar suara Chanyeol. Aku masih mengerjap-ngerjapkan kedua mataku. Mengapa disini begitu terang sekali? “Aku ada dimana?” aku melihat Luhan hyung mendekatiku. “Kau ada kamarmu Sehun-ah. Apakah kau sudah tidak apa-apa?” mengapa sikap Luhan hyung menjadi seperti ini? Bukankah tadi dia begitu marah padaku karena aku memeluk Xiumin hyung begitu erat.Ahh benar. Xiumin hyung. Dia ada dimana sekarang? mengapa aku tidak melihatnya disini? “Xiumin hyung. Dia dimana sekarang?” tanya ku lirih pada Luhan hyung.

“Mengapa aku tidak melihat Xiumin hyung?” aku kembali bertanya padanya. Aku menyusuri setiap sudut kamarku mencari sosok Xiumin hyung. “Xiumin hyung? siapa yang kau maksud dengan Xiumin hyung, Sehun-ah?” pertanyaan Chanyeol membuat ku terkejut. Sekarang aku memposisikan diriku duduk bersandar ditempat tidurku. “Xiumin hyung bukankah tadi bersama mu hyung. Sekarang dia dimana? Mengapa aku tidak melihatnya bersamamu hyung?” aku melihat ekspresi wajah Luhan hyung begitu bingung dengan pertanyaanku. “Siapa yang kau maksud dengan Xiumin? aku dari tadi terus bersama Chanyeol, Sehun-ah. Apakah kau yakin, kau baik-baik saja sekarang?” aku melihat kearah Chanyeol. Dia memasang ekspresi yang sama dengan Luhan hyung sekarang.

“Xiumin hyung, dia adalah murid baru dikelasmu hyung. Dia berasal dari China. Dan kau memanggilnya dengan sebutan baozi. Apakah kau tidak mengenalnya? Tadi kau yang memperkenalkanku disekolah hyung.” aku meyakinkan Luhan hyung. Tapi Luhan hyung sepertinya tidak mengerti apa yang aku katakan tadi. “Dikelas ku tidak ada murid baru dari China. Dan aku tidak pernah memanggil sesorang dengan sebutan baozi.”

“Bukankah tadi kau mendatangiku keatap sekolah, Chanyeol? Dan kau yang mengatakan padaku bahwa dia telah kembali. Kau yang sudah bertemu dengannya.” Chanyeol menggelengkan kepalanya. “Siapa yang kau sebut aku sudah bertemu dengannya?” Chanyeol mengangkat sebelah alisnya. Aku melihat kearah Luhan hyung. Dia hanya menggelengkan kepalanya sama seperti yang dilakukan Chanyeol tadi. “Kau kenapa Sehun-ah? Mengapa kau tiba-tiba bertanya sesuatu yang tidak kami mengerti sama sekali?” aku berdiri dan berjalan menuju jendela. Mengapa ini membuatku menjadi bingung? Mengapa mereka semua tidak mengerti apa yang ku maksud tadi?

Sebelum aku membuka gorden jendela, aku bertanya pada mereka berdua. “Hari ini apakah salju sedang turun?” Chanyeol langsung menyahut, “Iya. Salju sedang turun sekarang. Salju kedua ditahun ini.” Setelah mendengar jawaban dari Chanyeol, aku langsung membuka gorden jendela dan melihat salju turun dengan derasnya diluar sana.

‘Apakah tadi aku sedang bermimpi bertemu dengan mu hyung? apakah aku harus mempercayai bahwa salju pertama yang turun itu, kau juga turut kembali datang padaku hyung?’ Aku menutup mataku mencoba untuk mengingat kejadian yang aku alami tadi. ‘Apakah tadi aku benar-benar bertemu dengan mu hyung? apakah tadi itu benar-benar kau?’

“Kau tidak apa-apa Sehun-ah?” pertanyaan Luhan hyung membuyarkan semua ingatanku. Aku membuka kedua mataku. Sepertinya memang kau telah kembali lagi hyung. Aku memelukmu dengan erat tadi. Meskipun hanya sebentar, aku mempercayai kalau salju pertama turun, kau juga akan datang kembali. Aku juga menyayangimu hyung. Dan juga aku mencintaimu.

Aku menutup gorden jendela dan berbalik melihat kearah Luhan hyung. Sepertinya mereka berdua benar-benar mengkhawatirkanku sekarang. Apakah mereka berpikir aku gila sekarang? Aku memperlihatkan senyum manisku pada Luhan hyung. “Aku tidak apa-apa hyung. Aku baik-baik saja. Tentang perkataan ku tadi, aku berharap kalian jangan berpikiran yang tidak-tidak terhadapku. Anggap saja aku tidak pernah menanyakan hal tadi.” Mereka berdua hanya saling menatap seperti orang kebingungan.

Aku hanya tersenyum geli melihat ekspresi Luhan hyung dan Chanyeol saat ini. Aku menghampiri mereka berdua. Duduk ditengah-tengah mereka. “Aku begitu menyayangi kalian berdua. Sangat menyayangi kalian. Sekarang bisakah kita makan? Aku begitu lapar setelah bermimpi indah tadi.” Aku bergantian menoleh kearah Chanyeol dan Luhan hyung. “Memang kau tadi bermimpi apa? Apakah bertemu dengan seorang yeoja cantik huh?” pertanyaan Chanyeol membuatku geli. “Bukan seorang yeoja cantik. Hanya seorang malaikat yang selama ini selalu berada dihatiku setiap hari. Malaikat yang sudah lama aku nantikan kedatanganya. Malaikat yang sudah membuatku sadar akan kehadiran dia.” Aku tersenyum setiap kali menyebutkan nama malaikat. Yaa benar. Minseok hyung adalah malaikat ku sekarang. Malaikat yang selalu berada dihatiku sekarang.

 “Seorang malaikat? Bisakah aku bertemu dengan malaikatmu itu? Sepertinya malaikatmu sangat cantik.” Aku berdiri dan menarik tangan Chanyeol dan Luhan hyung. “Aku tidak bisa memperkenalkan malaikatku padamu Luhan hyung. Malaikatku ini hanya milikku seorang.” Dan aku merasakan Luhan hyung memukul kepala ku. “Sudahlah. Kajja kita pergi ke tempat biasanya. Aku juga merasa lapar sekarang”

Sebelum keluar dari rumah, aku melihat salju turun begitu deras dari jendela rumahku. Aku tersenyum mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Entah itu benar terjadi atau memang hanya sekedar mimpi belaka, yang jelas aku mempercayai kalau dia telah kembali. Kembali bersama dengan datangnya salju pertama yang turun.

Kau memang malaikatku Minseok hyung. Malaikat yang selalu ada dihatiku. Malaikat yang selalu memberikan kehangatan dihatiku lagi. Malaikat yang selalu menyayangiku. Aku menyayangimu hyung. Aku selalu mencintaimu. Bila kita bertemu disalju pertama tahun depan, aku akan mengatakannya. Mengatakan bahwa aku selalu menyayangi dan mencintainya. Aku akan selalu menunggu kedatangan salju pertama yang turun setiap tahun. Dan menunggu kedatanganmu kembali, Minseok hyung.

-END-