Selasa, 30 Desember 2014

FF XiuHan -Frost- Chapter 1

Frost

-
-

This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)

Yaoi! Romance+Fantasi

-
-
-

No suka, no baca!! :p

~Xiuminshock~

-
-
-


“Pergi kau! Dasar monster!”

“Kau bukan manusia. Kau adalah monster!”

“Monster! Monster!”

“Kau bukan teman kami! Kau adalah monster!”

Aku terbangun dari sebuah mimpi buruk yang akhir-akhir ini terus datang disaat aku terlelap. Aku menghirup oksigen sedalam-dalamnya dan mengambil segelas air yang ku taruh dilaci samping tempat tidur ku. “Mengapa mimpi ini kembali menghampiriku?”  aku kembali menidurkan tubuh ku dan mencoba untuk terlelap lagi.

-
-

“Xiumin-ah..cepat bangun sayang. Kau mau terlambat di hari pertama mu masuk ke sekolah baru mu?”

Namja yang dipanggil Xiumin terbangun dengan mata masih tertutup. Masih tetap setia dia duduk di tempat tidurnya. “Iya ibu. Aku sudah bangun sekarang.”

“Cepatlah mandi dan bersiap-siap. Ibu akan menyiapkan sarapan untuk mu.”

“Iya ibu.”

Setelah selesai bersiap-siap Xiumin mulai turun dan memakan sarapannya. Dia tersenyum melihat hidangan yang tersaji di meja makan. Sepiring nasi goreng yang dibentuk kepala beruang lucu dengan sayur-sayuran dan telur mata sapi sebagai penghiasnya. “Ibu..aku bukan anak kecil lagi. Berhentilah membuat makanan yang dibentuk seperti boneka beruang ini.” Xiumin kemudian duduk dan meminum susunya. Ibu Xiumin –Kim Nana- ikut bergabung duduk di meja makan.

“Ternyata anak Ibu benar-benar sudah tumbuh menjadi seorang namja dewasa. Mengapa ibu masih menganggap mu seperti anak berumur 5 tahun, hmm?” Kim Nana tertawa menggoda anaknya.

“Ohh tolonglah ibu jangan terus menganggapku anak umur 5 tahun.”

“Baiklah. Memang anak ibu sekarang tumbuh menjadi namja dewasa.”

Xiumin tersenyum. Beberapa menit dia terdiam dan menatap ibunya dengan rasa takut. “Ibu..semalam aku bermimpi seperti itu lagi dan tadi saat aku mandi tanda ini tiba-tiba bersinar. Ini mengingatkan ku seperti kejadian yang dulu. Aku tidak mau kejadian itu terulang kembali.” Xiumin menunjukkan tanda berbentuk butiran salju yang ada dipergelangan tangan kirinya kepada Ibunya.

Kim Nana terdiam sejenak lalu menggenggam tangan Xiumin. “Xiumin-ah..kejadian seperti itu tidak akan terulang kembali sayang. Bukankah ayah mu dulu sudah mengajarkan mu untuk mengkontrol tanda itu bila tanda itu sedang bersinar disaat kau merasa emosional atau terdesak. Lagi pula sekarang semuanya sudah tidak ada lagi dan hanya tersisa kau saja yang menjadi penerusnya. Ibu harap kau tidak menunjukkan tanda itu kepada siapa pu atau jangan sampai tanda itu diketahui oleh orang lain.”

“Iya ibu. Aku mengerti.”

“Satu lagi, ibu berharap di sekolah baru mu ini kau bersikap biasa saja. Jangan terlalu takut untuk mencari teman seperti dulu.”

“Ibu tenang saja. Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan hidup normal seperti manusia lainnya.”

“Itu baru anak ibu. Sekarang cepat selesai kan makan mu dan berangkatlah sebelum kau terlambat.”

“Iya ibu.”

-
-
-

Guru Lee memasuki ruang kelas dengan seorang namja yang mengikutinya dari belakang. Guru Lee memukul-mukulkan tongkatnya ke meja dan langsung disambut keheningan di dalam kelas yang sebelumnya kelas tersebut sangat ramai. “Hari ini kalian mendapatkan seorang teman baru. Saya mohon kalian jangan membuat kenakalan lagi dengan murid baru ini seperti yang selalu kalian lakukan dulu. Saya tidak ingin kelas ini, kelas yang merupakan tanggung jawab saya mendapat skor jelek lagi. Saya berharap kepada kalian semua untuk berteman dengan murid baru ini dengan senang hati. Kalian mengerti apa yang saya katakan?”

Semua murid serentak menjawab, “Iya kami mengerti.”

“Baiklah, sekarang perkenalkan dirimu Minseok.”

Namja itu tersenyum dan mengangguk pelan pada guru lee kemudian dia mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas. “Perkenalkan nama ku Kim Minseok. Aku pindahan dari Beijing. Senang bertemu dengan kalian dan mohon bantuannya.”

Suana kelas hanya hening. Tak ada suara sambutan dari penghuni kelas. Minseok hanya tersenyum seperti orang bodoh. “Baiklah Kim Minseok kau duduk dikursi belakang sana.” Guru Lee menunjuk kursi Minseok dengan tongkatnya. Minseok hanya mengangguk kemudian dia berjalan ke tempat duduknya. “Baiklah sambil menunggu guru Cho datang, kalian bisa belajar sendiri. Saya tinggal dulu.”

Setelah guru Lee pergi, kelas kembali ramai. Minseok yang kaget hanya bisa melongo melihatnya. “Maaf bila kau tidak nyaman dengan kelas ini. Perkenalkan nama ku Kris. Aku ketua kelas disini.” Minseok tersenyum. “Tidak apa-apa Kris. Aku hanya terkejut melihat sikap kalian yang tiba-tiba seperti ini. Berbeda pada saat aku memperkenalkan diri ku tadi di depan kelas.”

“Aku berharap kau tidak marah dengan sikap kami tadi.” Tiba-tiba suara namja terdengar dari belakang Minseok. Minseok yang sedikit terkejut menoleh perlahan ke belakang dan mendapati ada dua orang namja yang sekarang sedang berdiri di belakangnya. “Perkenalkan nama ku Kai dan ini Sehun.” Minseok kembali tersenyum. “Senang bertemu dengan kalian berdua.”

Namja yang bernama Sehun tiba-tiba mengelus pelan pipi Minseok dan itu membuat Minseok kaget kemudian memundurkan badannya sedikit menjauh. Kai, Sehun dan Kris hanya tertawa kecil melihatnya. Kini wajah Minseok berubah menjadi merah. “Maafkan aku Minseok. Wajahmu bernar-benar terlihat sangat manis sebagai seorang namja. Aku kira saat kau masuk, kau adalah seorang yeoja.” Sehun tertawa lepas sekarang.

“Kau harus melindunginya Kris. Jangan sampai dia mengambilnya seperti dulu.”

“Apa maksud mu? Tentu saja aku akan melindungi anak buah ku karena aku adalah seorang ketua di kelas ini. Dan kau jangan menyamakan Minseok seperti itu bodoh.” Kris menjitak kepala Kai dan itu membuat Kai meringis kesakitan.

Minseok yang tidak tahu apa-apa kemudian mulai bertanya. “Apa yang kalian bicarakan? Siapa yang kalian maksud dengan dia?”

Mereka bertiga melihat ke arah Minseok sekarang. Sehun memasang wajah serius dan berbisik pada Minseok. “Nanti saat istirahat aku akan memberitahu mu siapa dia Minseok. Tapi setelah kau tahu dia, kau jangan mencoba mendekatinya. Dia berbahaya.” Minseok hanya diam dan memandang kearah Sehun, Kai dan Kris secara bergantian.

-
-
-

Istirahat makan siang, mereka berempat kini berkumpul di kantin. “Minseok lebih baik kau duduk di samping Kris saja.” Ucap Sehun dan Minseok hanya mengangguk. “Jadi mana yang kalian sebut dengan ‘dia’ di kelas tadi?” Sehun menyenggol lengan Kai saat Kai sedang menikmati makan siangnya. “Mengapa harus aku? Kau saja. Bukankah kau yang bilang akan memberitahunya.” Kai melanjutkan melahap makan siangnya. “Biar aku aku saja yang memberitahunya.” Kris meletakan sendoknya dan mulai melihat ke sekeliling kantin mancari ‘dia’. Kris memandang kearah Minseok. “Dia tidak ada. Dia tidak datang ke kantin.” Kai dan Sehun saling memadang. “Benarkah dia tidak datang?” Minseok yang awalnya sangat bersemangat ingin tahu siapa ‘dia’ tiba-tiba berubah menjadi lemas. “Padahal aku ingin tahu siapa ‘dia’ yang kalian maksud.” Kris menepuk pelan punggung Minseok. “Masih ada hari besok Minseok. Kau sabarlah.” Minseok tekejut dengan apa yang Kris lakukan tadi. ‘Mengapa pergelangan tangan ku terasa panas?’ Minseok melihat tanda yang ada di pergelangan tangan sebelah kirinya bersinar. Minseok terkejut dan langsung berdiri. “Maaf aku pergi duluan.” Minseok langsung berlari meninggalkan mereka bertiga yang kebingungan dengan sikap Minseok.

-
-

Aku berlari kencang menuju atap sekolah. Dengan cepat aku berlari. Setelah sampai aku melihat tanda itu bersinar terus. “Apa yang harus aku lakukan? Mengapa sinar ini tidak mau padam?” Aku menggosok dengan kuat tanda itu sampai pergelangan tangan ku memerah. “Apa yang kau lakukan? Percuma saja tanda itu tidak akan hilang begitu saja dengan menggosok seperti itu.” Aku langsung mengedarkan pandangan ku mencari sumber suara itu. Aku langsung menyembunyikan tanda itu. Meskipun takut aku tetap akan mencari tahu suara siapa itu. Dia telah melihat tanda ini.

“Kau siapa? Kau ada dimana? Tunjukkan dirimu.”

“Apakah kau ketakutan sekarang? Kau takut karena tanda itu telah diketahui oleh orang lain bukan. Percuma saja aku sudah melihatnya.”

Aku menoleh kebelakang dan melihat seorang namja kurus berambut merah maroon sedang berjalan menghampiriku. ‘Dia siapa? Mengapa dia tahu tentang hal ini?’ aku berjalan mundur perlahan.

“Kau siapa? Mengapa kau tahu tentang hal seperti ini?” namja itu hanya tersenyum mengejek kepadaku. ‘Aku benar-benar harus tenang agar aku bisa mengontrol tanda ini.’

“Mata mu berubah menjadi biru sekarang.”

Aku terkejut mendengar ucapannya. ‘Mataku berubah menjadi biru? Ohh tidak mengapa aku tidak bisa mengontrolnya. Dan sekarang aku sudah terpojok disini. ‘ aku merasakan tanda ini mulai membakar pergelangan tangan ku.

“Baru kali ini aku melihat seorang frost setelah sekian lama tidak melihatnya.” Namja kurus ini tiba-tiba meraih pergelangan tangan kiriku. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku.” Dia hanya memandangiku saja dan setelah beberapa detik dia menampakkan senyumnya kepadaku. Dia menggenggam tangan kiri ku dan secara tiba-tiba dia mencium kening ku. Aku benar-benar terdiam seperti batu. Tidak bisa bergerak, tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Aku hanya bisa memandanginya saja. “Sekarang mata mu kembali normal.” Perasaan aneh apa ini? Mengapa tiba-tiba jangtung ku berdetak dengan cepat. Namja kurus itu melepaskan genggamannya dan sedikit mundur untuk memberi jarak dengan ku. Aku melihat tanda itu sudah tidak bersinar lagi dan aku merasakan pergelangan tangan ku tidak terbakar lagi. Aku kembali melihat kearah namja kurus itu.

“Sebenarnya kau ini siapa?”


Tbc….


Senin, 29 Desember 2014

FF XiuHan-LuMin Couple

Really I Didn’t Know
-
-

This is story about XiuHan couple

Xiumin-Luhan

“Yaoi”

-
-
-

Maafkan saya bila judul dan isi cerita kgag nyambung sama sekali xD wkwkwk~

Kgag suka mending kgag usah baca. No ada bash!!!

-
-
-

Hari ini ingin sekali aku membolos pelajaran bahasa asing. Aku sama sekali tidak menyukai pelajaran ini. Pelajaran yang membuatku mengatuk dan pasti selalu aku terkena hukuman diakhir pelajaran ini karena kebiasaan ku tertidur pada saat pelajaran ini sedang berlangsung. “Kim Minseok bisakah kau ke perpustakaan mengambil 1 novel berjudul Always be My Side?” sedikit terkejut karena nama ku dipanggil oleh Nam seonsangnim disaat aku akan memulai tidur ku. Dengan malas aku berdiri dan beranjak ke luar kelas. “Baiklah seonsangnim.”

Sampainya di perpustakaan aku langsung mencari novel yang Nam seonsangnim suruh. “Aigoo…mengapa novelnya berada diatas sendiri. Aku tidak dapat meraihnya.” Aku terus berusaha menggapai novel itu. “Ayolah kumohon aku bisa menggapaimu.” Tiba-tiba ada sebuah tangan yang meraih novel itu. Pelan aku membalikkan tubuh ku menghadap ke orang yang mengambil novel yang ku cari. “Luhan.” aku membulatkan mata ku. “Bisakah kau kembalikan novel itu kepada ku? Terima kasih kau sudah membantu ku mengambilnya.” Aku meraih novel yang Luhan pegang tapi Luhan menahannya agar aku tidak dapat mengambil novel itu. “Mengapa kau tidak melepaskannya? Nam seonsangnim menyuruhku mengambil novel ini Luhan.” Luhan mendorong ku pelan dan menatapku tajam. ‘Ada apa dengannya? Mengapa sikapnya aneh seperti ini?’ dalam hati aku bertanya. “Mengapa kau menatap ku seperti itu Luhan? Apa yang salah dengan ku?” dia mendekatkan wajahnya dengan wajah ku. “Always be my side Minseok.” Luhan semakin mendekat dan sepertinya dia akan menciumku. Aku berusaha bersikap tenang. ‘Mengapa jantung ku berdebar kencang seperti ini?’ aku menutup mataku rapat. “Luhan maafkan aku. Aku harus pergi sekarang.” Aku mendorong Luhan menjauh dari ku dan dengan cepat aku berlari keluar dari perpustakaan.

-
-

“Minseok-ah ada yang mencarimu.”

“Siapa?”

“Luhan mencari mu. Dia menunggumu di luar.”

Aku langsung keluar kelas. Setelah benar adanya Luhan menungguku di depan kelas aku menghampirinya. “Ada apa kau mencariku?” aku masih mengingat kejadian tadi di perpustakaan dan sekarang aku sedikit memberi jarak padanya tapi luhan dengan cepat dia meraih tangan ku dan menarik ku pergi menjauh dari kelas.. Aku tidak tahu mengapa sikap Luhan akhir-akhir ini sangat aneh.

“Kenapa kau menarik ku kemari? Bukan kah kita bisa berbicara santai dikantin seperti biasanya.”

Dia mengeluarkan benda persegi seperti tempat cicin. Dia membukanya dan memang benar itu adalah sepasang cicin. Tapi mengapa dia mengeluarkan sepasang cicin? Dia tiba-tiba meraih tanganku dan memakaikan salah satu cicin ke jari manis ku. Dia melakukan hal yang sama pada jari manisnya sendiri.

“Cicinnya cantik sekali. Aku menyukainya.” Aku tersenyum kepadanya tapi hal yang berbeda justru Luhan menatapku tajam seperti yang dia lakukan tadi di perpustakaan.

“Apakah aku salah berkata?”

“Cicin itu memang cantik tapi itu bukan untuk mu.”

“Apa maksudmu bukan untuk ku? Mengapa kau memasangkan cicin ini ke jari manis ku kalau bukan untuk ku.”

“Aku hanya ingin melihat apakah cicin itu bagus atau tidak bila dipakai dijari manis seseorang.”

“Lalu untuk siapa cicin ini sebenarnya?”

“Untuk Sehun.”

“Sehunnie? Untuk Sehun?”

“Benar. Cicin itu untuknya.”

Bagaikan sebuah pisau yang saat ini sedang menusuk hatiku. Hati ku benar-benar sangat sakit mendengar Luhan berkata seperti itu. Aku berusaha untuk tidak menangis. Aku tidak ingin air mataku keluar sekarang.

“Tentu saja Sehun sangat cocok sekali menggunakan cicin ini. Apakah kau akan menyatakan perasaan mu padanya?”

“Benar. Sepulang sekolah aku akan menyatakannya.”

Aku sudah tidak kuat lagi. Mungkin sekarang mataku sudah terlihat berkaca-kaca. Aku melepaskan cicinnya dan mengembalikannya kepada Luhan.

“Bila tidak ada yang ingin kau katakan lagi, aku pergi dulu.”

Aku berjalan cepat agar aku bisa pergi dari hadapan Luhan. Aku tidak ingin dia melihatku menangis seperti ini.

-
-
-

Malam harinya aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan kejadian tadi siang diatap sekolah. “Ohh baiklah Luhan kau telah mengacaukan tidur malam ku sekarang. Aku tidak bisa tidur gara-gara kajadian tadi.” Aku berusaha menutup mataku sampai ketika suara handphone ku berbunyi. Aku melihat nama Sehun tertera dilayar handphone ku.

“Ada apa Sehun-ah?”

“Hyung kau pasti tidak menyangka apa yang akan aku ceritakan kepadamu.”

“Memangnya kau kenapa?”

“Besok pagi saja saat di sekolah aku akan menceritakannya kepadamu hyung.”

“Baiklah.”

Sambungan terputus. Meskipun kau tidak menceritakannya aku sudah tau apa yang akan kau ceritakan kepadaku besok. Kembali aku berusaha untuk terlelap malam ini.

-
-
-

“Minseok hyung….” Aku mendengar Sehun memanggil ku dari kejauhan. Aku menoleh kebelakang. Dia berlari kecil menghampiriku. “Selamat pagi hyung.” Dia tersenyum manis pagi ini. Tentu saja aku tahu alasannya mengapa dia tersenyum seperti itu.  “Coba kau lihat hyung. Cicin ini bagus tidak?” dia memperlihatkan cicin yang kemarin aku pakai kepadaku. Aku berpura-pura tidak tahu tentang hal ini.

“Wahh cicinnya sangat cantik sekali. Kau dapat dari mana?”

“Luhan hyung yang memberikan cicin ini. Dia kemarin menyatakan perasaannya kepadaku sepulang sekolah dan memberikan cicin ini kepadaku. Luhan hyung juga memiliki cicin yang sama seperti ini. Seperti couple ring.”

“Benarkah begitu? Selamat kau akhirnya memiliki kekasih Sehun.”

Saat aku dan Sehun sedang asik mengobrol tiba-tiba Luhan melewati kami berdua. Sehun yang melihat Luhan langsung berlari kecil mengejarnya. “Luhan hyung tunggu. Minseok hyung kita sambung lagi nanti saat istirahat.” Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Cemburu? Mengapa aku harus cemburu dengan hal seperti itu. Bukankah aku tidak memiliki perasaan apa-apa pada Luhan. Aku menepis perasaan gusar pada diriku.

-
-
-

6 bulan berjalan hubungan HunHan dan itu semakin membuatku menahan perasaan sakit sampai sekarang. Menangis sendiri dalam diam di malam hari, tersenyum yang selalu aku paksakan setiap kali dihadapan mereka. Sampai kapan aku harus menahannya? Aku mengakui sekarang bahwa aku mencintai Luhan. Aku sudah mencintai Luhan jauh sebelum Sehun mencintainya.

“Hyung bisakah kau menjenguk Luhan hyung sehabis pulang sekolah nanti?”

“Apakah Luhan sakit?”

“Iya. Semalam Luhan hyung terkena demam tinggi. Sepulang sekolah aku tidak bisa menjenguknya karena aku ada tambahan pelajaran.”

“Benarkah? Baiklah aku akan menjenguknya sepulang sekolah nanti.”

-
-
-

Sudah lama aku tidak kemari. Rumah Luhan sama sekali tidak ada yang berubah. Aku berjalan mengikuti pelayan yang mengantarku ke kamar Luhan.

“Apakah Luhan sedang istirahat sekarang?”

“Iya. Tuan Luhan baru saja meminum obatnya dan sekarang sedang tertidur.”

“Ahh begitu. Baiklah aku hanya ingin melihat keadaannya sebentar saja.”

“Baiklah tuan.”

Setelah pelayan itu pergi aku masuk ke kamar Luhan. Aku melihatnya sangat terlelap sekali. Aku duduk disampingnya. Melihat wajahnya dengan lekat dan menggenggam tanganya. “Syukurlah kau baik-baik saja Lu. Aku sangat khawatir saat Sehun berkata kalau semalam kau demam tinggi. Kau cepatlah sembuh agar aku dapat melihat kembali senyuman mu.” Aku melepaskan genggaman tangan ku dan merapikan selimut Luhan. Saat aku akan pergi tangan Luhan menahanku. Aku terkejut dan menoleh kearahnya. “Bila kau mengkhawatirkan ku mengapa kau akan pergi meninggalkan ku?” Luhan sedikit menarik ku untuk kembali duduk disampingnya. “Apakah kau belum tidur?” dia hanya tersenyum. “Istirahatlah. Kau masih terlihat begitu lemas.” Tiba-tiba Luhan memeluk ku. “Jangan pergi Minseok. Tetap disini. Temani aku disini.” Aku melepaskan pelukannya. “Baiklah baiklah aku akan tetap disini. Sekarang istirahatlah.” Dia kembali tersenyum. Luhan menggenggam tangan ku erat dan tetap memperlihatkan senyumnya.

“Apakah kau akan tersenyum seperti itu terus?”

“Tentu saja. Bukankah kau sendiri yang bilang ingin melihat senyum ku.”

“Sudahlah. Aku sudah melihat senyum mu sekarang.”

“Minseok-ah bisa kah kau juur kepada ku?”

“Jujur tentang apa?”

“Perasaan mu kepadaku.”

“Apa maksudmu? Aku tidak tahu.”

“Apakah kau mencintaiku?”

“Mengapa kau bertanya seperti itu?”

“Aku tahu kau berbohong tentang perasaan mu kepadaku Minseok. Kau tersenyum seperti itu, senyum yang kau paksakan. Aku tahu kalau kau menahan perasaan sakit sudah lama. Sekarang aku ingin meyakinkan perasaan mu. Apakah kau mencintaiku?”

Aku menatap Luhan lama sambil memikirkan apa yang akan aku jawab. Tentang perasaan ku kepadanya? Tentu saja aku sangat mencintai mu Luhan. Tapi aku tidak ingin membuat hubungan mu dan Sehun hancur hanya karena aku mengatakan perasaan ku yang sebenarnya pada mu. Tapi aku tidak bisa berbohong tentang perasaan ku ini.

“Benar aku mencintaimu. Sudah lama aku begitu mencintaimu Luhan. Aku terus menahan rasa sakit ini begitu lama sampai aku tidak kuat untuk menahannya lagi. Setiap malam aku menangis untuk mengurangi sakit di hati ku ini. Bahkan sekarang, jujur saja aku sangat bahagia sekali bisa memiliki waktu berdua dengan mu seperti ini.”

“Mengapa dulu kau tidak mengatakan hal ini kepadaku? Waktu itu saat aku menyerahkan cicin kepadamu, sebenarnya cicin itu aku berikan untuk mu. Aku sangat senang melihat kau begitu menyukai cicin itu, tapi bodohnya aku, aku mengatakan hal yang membuat perasaan mu sakit. Aku tahu kau menangis saat kau pergi meninggalkan ku diatap.”

“Lalu mengapa kau menyatakan perasaan mu kepada Sehun? Apakah kau benar-benar memiliki perasaan pada Sehun atau tidak?”

“Aku memiliki perasaan pada Sehun tapi bukan perasaan seperti yang aku rasakan terhadapmu Minseok. Aku menganggap Sehun sudah seperti adik kesayangan ku. Aku sudah menganggap sehun seperti saudara ku sendiri. Tapi perasaan ku terhadapamu berbeda. Aku sudah memendam perasaan suka ku padamu sejak aku pindah kemari. Untuk pertama kalinya kau yang menjadi teman ku saat aku tidak memiliki teman di Korea karena keterbatasan ku berbicara bahasa Korea.”

Lama aku dan Luhan saling memandang satu sama lain. Melihat kedalam mata kami untuk meyakinkan tentang apa yang aku dan Luhan rasakan. Luhan mulai bergerak mendekatiku. Membuat jarak antara wajah ku dengan wajahnya sedikit mendekat. Dan pada akhirnya dia menciumku. Aku sempat terkejut dengan apa yag Luhan lakukan ini, tapi aku menyukainya. Ciuman Luhan dibibirku begitu lembut. Dalam ciuman itu aku tersenyum sebentar kemudian menutup mataku dan mulai membalas ciumannya. Sebentar saja, hanya beberapa menit kami berciuman, aku melepaskan ciuman ini dan mulai memeluk Luhan erat.

“Aku mencintaimu Luhan.”

“Aku juga mencintaimu Minseok.”

-
-
-

Sebelum memasuki kelas, Sehun tiba-tiba menarik ku. “Sehun-ah apa yang kau lakukan?” dia seperti tidak memperdulikan apa yang aku ucapkan. Dia terus menarik ku sampai akhirnya aku dan Sehun sampai diatap sekolah.

“Ada yang mau aku bicarakan dengan mu hyung.”

“Baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan dengan ku?”

Sehun melepaskan cicin yang Luhan berikan kepadanya dan memberikannya kepadaku. “Apa maksudnya ini? Mengapa kau memberikan cicin ini kepadaku?”

“Aku sudah tahu semuanya hyung. Tentang perasaan mu terhadap Luhan hyung. Maafkan aku yang tidak peka terhadap apa yang kau rasakan. Aku sudah membuat perasaan mu sakit.”

“Tentang hal itu, kau tidak perlu meminta maaf Sehun. Aku tidak apa-apa.”

“Sebenarnya aku dan Luhan hyung sudah putus 1 bulan yang lalu tapi aku tidak memberitahumu. Maafkan aku hyung.”

“Apa kau bilang? Kau sudah putus dengan Luhan?”

“Iya hyung. Jadi aku harap kau dan Luhan hyung bisa menjalin hubunngan layaknya sepasang kekasih.”

Aku tertawa kecil mendengar perkataan Sehun lalu dia memakaikan cicin yang dia berikan kepadaku ke jari manis ku. “Terlihat cantik di jari mu hyung. Kau jangan sampai menghilangkan cicin ini karena Luhan hyung pasti akan sangat marah kepadamu.” Sehun terkekeh dan aku kembali tertawa mendengar perkataan Sehun. “Terima kasih Sehun-ah.”

-
-
-

Hari ini adalah hari pertama aku dan Luhan menghabiskan waktu bersama setelah kejadian pengakuan perasaan ku padanya. Aku sangat bahagia akhirnya aku bisa berjalan berdua dengan Luhan. Luhan sekarang adalah kekasih ku. Luhan sekarang adalah milik ku. Luhan sekarang adalah segalanya bagiku. Luhan. Luhan. Luhan. Hanya ada nama Luhan yang ada di dalam pikiran ku mulai saat ini.

“Minseok-ah..hari ini kau ingin pergi kemana? Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi.”

“Aku tidak Lu. Aku bingung ingin pergi kemana sekarang. Kita pikirkan sambil berjalan saja.”

“Kita duduk saja Minseok. Aku sedikit lelah sekarang.”

“Baiklah.”

Aku dan Luhan duduk dibangku taman kota sekarang. Luhan terus saja menggenggam tangan ku tanpa mau melepaskannya. Dia juga terlihat selalu memperlihatkan senyumnya.

“Sudah kubilang jangan terlalu sering tersenyum. Kau terlihat seperti orang gila bila tersenyum terus Luhan.”

“Bukankah kau akan merindukan senyumanku bila aku tidak tersenyum seperti ini.”

“Memang benar, tapi kau tidak perlu melakukannya seperti itu. Aku akan selalu melihat mu meskipun kau tidak memperlihatkan senyuman mu Luhan karena kau sekarang adalah milik ku.”

“Kau terlihat seperti bahagia sekali setelah memiliki ku Minseok.”

“Tentu saja aku bahagia karena aku telah mendapatkan hati orang yang aku cintai dan aku telah milikinya sepenuhnya sekarang.”

Luhan mencium kening ku dan memeluk ku erat. Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin hari ini berlalu dengan cepat. Aku berharap waktu berjalan dengan sangat lambat agar hari ini tidak cepat berlalu. Aku sangat mencintainya. Akhirnya semua rasa sakit yang dulu aku pendam, yang dulu selalu membuatku tak bisa tidur tenang kini berubah menjadi mimpi indah setiap kali aku terlelap. Terima kasih Luhan kau sudah memberikan sinarmu kepadaku.


-End-


Maafin gue bila feelnya kgag dapet sama sekali :3 bahkan gue yang authornya pun kgag ngerti nih cerita apaan -___- bikin nih ff terlalu cepet dan tanpa adanya embel-embel imajinasi :v wkwkwk~

Terserah kalian para readers menilainya macem kek gmn sama nih ff (-___-“)(“-___-)



Pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*

Kamis, 27 November 2014

FF HunHan couple

Goodbye…


-
-
-
-
-
-


This is my first time writting story about HunHan couple ^^ but sorry if my story looks so absurd wkwkwk *sok bgt ngomong pake bhs inggris segala xD*
-
-

This is yaoi story. HunHan. Sehun-Luhan. Don’t like this story don’t read!! No bash!! Lebih enakan main damai ^^
-
-
-

Happy reading~
-
-
-

Tengah malam aku terbangun dari tidur ku. Aku mengambil gelas yang berada diatas laci disamping tempat tidurku. Aku melihat isinya telah kosong. Aku berdecak kesal dan dengan malas aku berdiri dan berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengisi kembali air di gelas ku. Sampainya di dapur, sebelum aku membuka kulkas, aku melihat banyak foto yang tertempel di pintu kulakas. Aku tersenyum melihat semua foto itu. Foto kenangan dengan semua member pada saat kami sedang berlibur ke pantai. “Kalian semua benar-benar bodoh.” Aku terkekeh pelan. Saat melihat satu foto di bagian akhir tempelan foto itu, aku melihat foto dirinya. Di foto itu dia terlihat begitu bahagia. Dia terlihat senang dan menikmati liburannya. Aku tersenyum kesal melihat foto dirinya yang seperti itu. Sebuah kenangan pahit muncul kembali dipikiran ku.

-Flashback on-

“Hyung ah..kau tidak bercanda dengan ucapan mu kan? kau tidak akan pergi meninggalkan ku sendirian kan hyung?”
Air mata ku terus menetes. Aku tidak peduli semua orang berkata bahwa aku adalah namja yang lemah yang mudah menangis. Tapi kenyataannya aku memang seperti itu terlebih ketika menyangkut tentang kekasihku. Luhan hyung. Dia tiba-tiba berkata kepada ku untuk pergi meninggalkan ku. Meninggalkan kami semua –EXO-. Dia tidak mengatakan apa alasannya sampai dia bersih keras untuk tetap keluar dan pergi meninggalkan ku meskipun aku sudah merengek seperti bayi memintanya agar jangan pergi.
“Maafkan aku Sehunnie. Meskipun kau tetap meminta ku jangan pergi, tapi aku akan tetap pergi. Kau pasti akan tahu alasan ku mengapa aku seperti ini. Maafkan aku.”
Hanya itu ucapan yang Luhan hyung keluarkan sebelum dia pergi meninggalkan ku juga semua member. Aku masih tidak percaya bahwa dia akan seperti ini.

-Flashback off-


“It’s a same that it had to be this way
It’s not enough to say I’m sorry
It’s not enough to say I’m sorry”


Aku membuka kulkas dan mengambil sebotol air lalu aku menuangkannya ke dalam gelas ku. Kemudian aku meminumnya sampai habis. “Mengapa aku masih belum bisa melupakan mu hyung? Aku mencoba tapi tetap saja tidak bisa.” Aku kembali menuangkan air ke dalam gelas ku dan kembali meminumnya sampai habis.
Setelah selesai menyegarkan tenggorakanku yang kering aku berjalan menuju balkon ruang tv. Menghirup udara segar di tengah malam dan melihat bintang yang sangat banyak mengihiasi langit malam dan itu membuat ku kembali akan dia. Aku menutup mata ku mencoba kembali melihat wajah Luhan hyung dalam pikiran ku.

-Flashback on-

“Luhan hyung kau tahu semua fans sangat mendukung tentang hubungan kita.”
“Tentu aku tahu tentang itu Sehun-ah.”
“Aku harap kita akan selalu bersama seperti ini hyung. Aku tidak mau kita berpisah sedetik pun.” Aku memeluknya posesif tanpa ada orang lain yang boleh memeluknya kecuali aku. Aku sangat suka bila aku memeluknya seperti ini.
“Yahh kita akan selalu seperti ini. Kita berdua tidak akan berpisah.”
“Hyung janji tidak akan pergi meninggalkan ku kan?” aku merenggangkan pelukanku. Melihat sebentar kearahnya. Luhan hyung hanya memberikan senyuman saja dan itu membuatku kesal. Mengapa dia selalu menjawab dengan ukiran senyum seperti itu.
“Menurutmu apakah aku akan pergi meninggalkan mu atau tidak?”
Aku terkejut mendengar perkataan Luhan hyung seperti itu. Aku langsung melepaskan pelukkan posesifku dengan kasar dan menatapnya penuh tanya. “Mengapa hyung bertanya seperti itu? Apakah hyung akan meninggalkan ku?”
Dia tertawa. Apakah ada yang lucu? Apakah pertanyaan ku begitu lucu baginya? “Yakk Luhan hyung mengapa kau malah teryawa? Apakah pertanyaan ku begitu lucu bagimu?” aku memasang ekspresi wajah kesal padanya.
“Kau yang lucu Sehun-ah. Kau percaya bahwa aku akan pergi meninggalkan mu? Tentu saja jawabannya tidak. Aku tidak pergi meninggalkan mu Sehunnie.”
“Yakk hyung mengapa kau suka sekali membuatku kesal dengan lelucon mu yang sama sekali tidak lucu itu. Kau sudah membuatku sedikit marah padamu hyung.”
Dan akhirnya dia tersenyum dan memeluk ku dan berkata, “Aku tidak akan pergi meninggalkan mu Sehunnie. Aku menyayangimu.”
Sepertinya memang aku terlalu percaya dengan ucapan Luhan hyung seperti itu. Nyatanya dia tidak menepati perkataannya kepadaku. Dia tetap pergi meninggalkan ku seperti ini. Melupakan mu. Membenci mu. Aku selalu berusaha untuk melakukannya. Bahkan sampai sekarang dengan bantuan Tao hyung yang selalu ada bersama ku setelah Luhan hyung pergi aku masih belum bisa melupakannya.

-Flashback off-


“I’m alive but I’m losing all my drive
Cause everything we’ve been through
And everything about you
Seemed to be a lie
A guiltless twisted lie
It make me learn to hate you
Or hate myself for letting it pass by”


Aku membuka mata ku dan melihat bintang yang sepertinya sinar mereka sangat terang malam ini. Mungkin perlahan dengan berjalannya waktu yang terus berputar dan dengan kehadiran kesembilan hyung ku disini aku akan perlahan belajar melupakan mu hyung. Tao hyung bisa melepaskan kepergian Kris hyung meskipun aku tahu perasaan dia pasti sama seperti ku. Tao hyung dengan semangat dan terus belajar menerima kenyataan bahwa keputusan Kris hyung untuk pergi meninggalkannya dan juga semua member adalah keputusan yang tepat untuknya dengan berpikiran yang begitu keras. Aku pasti akan bisa seperti Tao hyung. Perlahan tapi pasti aku akan bisa menerima kepergian mu hyung tanpa mengingat semua kenangan yang pernah kita lalui bersama sebelumnya. Selamat tinggal Luhan hyung. Kami semua menyayangimu.


“All I had to say goodbye
It’s time to say goodbye
It’s time to say goodbye
Goodbye…”



-End-

Minggu, 23 November 2014

FF SeKai/HunKai couple [Sequel of Eternity]



ERROR

Judul sama isi cerita kgag ada nyambung-nyambungnya sama sekali jd diharap maklum ada apanya *ehh maklum apa adanya :v

This is yaoi story. Kgag suka mending kgag usah baca. No bash!! Alurnya kecepetan :v

This is story of SeKai. Sehun-seme! Kai-uke!

-
-
Happy reading~
-
-

Sepertinya aku merasakan kehadiran dia kembali. Aku tidak tahu mengapa aku bisa merasakannya. Aku bisa mendengar suaranya memanggil nama ku berkali-kali. “Kai! Kai! Kai!” suaranya sungguh merdu ditelingaku. Aku mendengar dengan baik suara Kyungsoo memanggil namaku. Apakah ini hanya mimpi belaka atau memang benar-benar terjadi? Sekarang aku merasakan ada yang mengguncang pelan tubuhku. Secara perlahan aku membuka mataku. Samar-samar seperti aku melihat wajah yang selalu aku rindukan. Wajah Kyungsoo. “Kai cepat bangunlah. Aku tidak mau terlambat ke sekolah lagi seperti kemarin.” Benar itu suaranya. Aku sangat merindukan suara merdu itu. Aku hanya tersenyum manis mendengar perkataannya. Tapi tiba-tiba aku merasakan kepala ku begitu sakit. “PLAAK!!” Aku langsung membulatkan mataku melihat seseorang yang ada di depan ku memukul kepalaku dengan keras. “Yaakk Kim Jongin cepatlah bangun!! Aku tunggu kau dibawah 10 menit lagi!! Cepatlah!!” masih dengan memegang kepala ku, aku masih belum mengerti apa yang baru saja aku lihat, aku dengar dan aku rasakan. “Dia bukanlah Kyungsoo. Dia tidak mungkin datang kembali kesini.” Aku hanya tersenyum miring lalu bergegas menuju kamar mandi dan bersiap untuk kesekolah bersama dengan kekasihku. Benar aku sudah memiliki kekasih sekarang. Mengapa aku masih saja mengingat akan dia?

-
-
-

Aku sangat malas mengikuti pelajaran hari ini. Aku pergi keluar kelas sebelum guru yang akan mengajar kelas ku masuk. Aku berjalan santai menuju kelas Sehun –kekasihku- yang hanya berjarak 2 kelas dari kelasku. “Mengapa dia selalu serius dalam hal pelajaran? Kau sama saja sepertinya cadel.” Aku mengumpat pelan sambil melihat kearah Sehun. “Sepertinya tidur di ruang kesehatan enak juga. Aku merasa mengantuk sekarang.” Setelah melihat Sehun sebentar aku kemudian langsung berjalan menuju ruang kesehatan. “Baguslah dokternya sedang tidak ada sekarang jadi aku bisa tidur sepuasku tanpa ada gangguan.” Aku merebahkan diriku diatas ranjang. Masih menatap langit-langit ruang kesehatan yang didominasi dengan warna putih yang akhirnya pikiranku kembali mengingat kejadian pagi tadi saat aku mengira Sehun adalah Kyungsoo. “Aishh…sebenarnya ada apa dengan ku hari ini? mengapa tiba-tiba aku mengingatnya kembali?” Aku mencoba menutup mataku. Tiba-tiba aku merasakam pening dikepalaku.

-
-

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Aku bergegas menuju kelas Sehun untuk mengajaknya berjalan-jalan sebentar sepulang sekolah. Aku akan memaksa Sehun mengajaknya jalan-jalan meskipun dia pasti tidak akan mau dan menolak ajakan ku. Yahh aku mengerti bahwa Sehun adalah tipe orang yang tidak suka kemana-mana atau lebih tepatnya dia lebih suka berdiam diri dirumah sambil berkutat dengan semua buku pelajaran dan tugas-tugas dari guru. Tapi ayolah didunia ini pasti setiap pasangan ingin sekali jalan berdua dengan kekasihnya meskipun itu hanya sebentar.

“Sehun-ah setelah ini kita jalan-jalan sebentar ya? Aku sedang jenuh sekarang.”

Sehun hanya memandang ku dengan ekspresi datarnya. Satu yang selalu aku suka dari Sehun adalah dia selalu tidak pernah menampakkan ekspresi diwajahnya. Itu membuat ku selalu penasaran padanya. Aku selalu mengatakan padanya “tersenyumlah meskipun itu jarang terlihat diwajahmu” tapi dia tidak memperdulikan perkataan ku. Aku hanya bisa tersenyum melihat Sehun seperti itu.

“Baiklah. Kau harus janji ini hanya sebentar. Tugas dari Jung seonsaengnim tadi begitu banyak.”

Aku tersenyum senang mendengar perkataannya meskipun tugas selalu menjadi alasan utama untuk Sehun. Tapi aku tidak perduli yang jelas Sehun mau menerima ajakan ku. Tapi maaf saja Sehun aku tidak berjanji kalau kita akan berjalan-jalan sebentar.

“Kajja kita pergi.”

Dalam perjalanan entah mau kemana, aku terus menggenggam tangan Sehun. Sudah lama sekali aku dan Sehun tidak jalan berdua seperti ini. Aku merasa seperti pasangan yang baru saja jadian. Aku terus menyunggingkan senyum ku.

“Bisakah kita duduk? Aku sangan lelah Kai.”

“Baiklah. Kita duduk ditaman itu saja.”

Saat aku dan Sehun berjalan menuju taman, aku langsung menghentikan langkahku. Aku melihat seseorang yang mirip dengan Kyungsoo. Tiba-tiba jantungku berdebar kencang. “Aku tidak salah lihat bukan? Tidak mungkin kalau dia adalah Kyungsoo?” kataku dalam hati.

“Ada apa? Mengapa kau berhenti?”

“Tidak. Sepertinya aku salah lihat orang.”

“Salah lihat orang? Memang orang mana yang kau lihat Kai-yah?”

Aku menatap Sehun bingung. “Apakah Sehun tidak melihat ada seseorang di depan sana?” aku kembali melihat kearah depan. Seseorang yang mirip dengan Kyungsoo tiba-tiba hilang. Aku sedikit terkejut.

“Mungkin kau juga lelah karena berjalan terlalu lama.” Aku hanya mengangguk pelan menanggapi perkataan Sehun. “Mungkin kau benar.”

Sehun merebahkan tubuhnya dirumput taman. Aku melihat sekeliling taman. Tumben sekali taman ini tidak banyak orang. Aku melihat Sehun menutup matanya. Sepertinya dia memang sangat lelah. Aku mengelus rambutnya pelan. Menatap wajah Sehun yang sangat polos seperti ini benar-benar membuatku berfikir mengapa aku bisa memiliki kekasih sepertinya? Aku beranggapan bahwa aku menilai diriku sangat tidak pantas menjadi kekasihnya. Mengapa aku beranggapan seperti itu? Karena aku adalah tipe orang yang sangat malas dan tidak betah melihat orang-orang layaknya seperti Sehun. Aku salalu melihat tipe orang seperti Sehun layaknya kutu buku yang cupu yang suka sekali hidup dengan buku, buku dan buku. Seperti mereka tidak bisa hidup tanpa adanya buku disampingnya. Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa betah melihat sikap Sehun yang seperti itu.

Sehun dan Kyungsoo, mereka sama-sama kutu buku yang sangat mencintai akan dunia buku-bukuannya sampai aku selalu dinomer duakan. Cemburu jelas aku merasakannya. Tapi sikap mereka sangat berbeda saat melihatku mulai cemburu dengan dunia bukunya. Kyungsoo akan tersenyum manis kepadaku dan mengajakku pergi kesuatu tempat dengan gaya manjanya. Dan itu selalu sukses membuatku luluh padanya. Sedangkan Sehun, ingin rasanya aku tertawa setiap kali dia melakukan hal itu kepadaku. Melihat Sehun yang selalu memasang wajah datarnya yang melakukan aegyeo disaat aku sedang kesal pada dunia bukunya. Dibalik flat facenya dia menyimpan sebuah keimutan yang selalu bisa mengembalikan mood ku menjadi baik.

Tapi sampai sekarang aku masih belum mengerti bahkan aku juga tidak tahu mengapa aku terus memikirkan Kyungsoo. Apakah aku merindukannya?

“Kai-yah…”

“Hemm…” Sehun menggenggam tangan ku.

“Kau berbohong kepadaku bahwa kita akan berjalan-jalan sebentar saja.”

Aku tertawa kecil mendengar ucapannya. “Maafkan aku Sehun-ah. Hari ini aku hanya ingin berdua saja dengan mu. Aku sangat merindukanmu. Kita sudah jarang seperti ini bukan? Berjalan berdua seperti ini.”

“Kau benar. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu.”

“Apakah karena hal seperti itu kau tidak merengek untuk memaksa kita pulang seperti dulu?” Aku mendengar Sehun tertawa. Dia tersenyum dan menatapku. Kami berdua saling menatap. Mata kami saling beradu melihat satu sama lain.

“Maafkan aku Kai. Aku sama saja seperti Kyungsoo yang selalu sibuk dengan urusan buku-buku itu. Aku sangat egois tidak memperhatikanmu. Kau adalah kekasihku tapi aku tidak memperlakukan mu layaknya seorang kekasih. Aku tahu kau pasti sudah lelah dengan sikap egois ku seperti itu. Aku bukanlah seperti Kyungsoo yang bisa memberikan perhatian bila kau sudah cemburu dengan dunia buku ku. Tapi aku akan mencoba menjadi yang lebih baik darinya agar kau tidak terus memikirkannya.”

Beberapa menit hanya hening yang ada. Aku masih belum bisa mengeluarkan suaraku. Pikiran ku masih mencerna akan apa yang tadi Sehun ucapkan.

“Aku sangat mencintaimu Kai. Dibalik dunia buku ku seperti itu aku selalu terus mengingat mu. Kau yang selalu bisa membuatku semangat setiap kali aku jenuh. Kau adalah tongkat ku untuk berdiri disaat aku sedang jatuh. Aku tidak menginginkan akan kehadiran orang lain disisi ku. Aku hanya menginginkan kehadiranmu Kai. Aku tahu selama ini kau masih mengingat Kyungsoo. Tadi saat kau sedang tidur di ruang kesehatan aku mendengar mu terus menyebutkan namanya. Perlu kau tahu Kai, aku juga bisa merasakan cemburu. Dan saat itulah hati ku sangat sakit mendengar kau menyebut namanya.”

Aku benar-benar sudah membuat kesalahan besar. Aku sudah membuat Sehun menangis. Membuat hatinya sakit. Aku menghapus pelan air mata yang turun ke pipi pucat Sehun. Pikiran ku masih terus mencerna perkataan Sehun tadi. Astaga aku merasakan pening dikepalaku lagi.

“Sehun-ah aku benar-benar minta maaf kepadamu. Sungguh aku tidak bermaksud menyakiti mu. Aku juga tidak tahu mengapa hari ini aku terus saja memikirkan Kyungsoo. Mungkin kau benar aku merindukan akan perhatian dari kekasihku. Aku terus berusaha saharian ini untuk tidak memikirkannya tapi aku tidak bisa. Aku sudah salah menjadi kekasihmu Sehun-ah. Aku sudah menyakiti hati mu dengan terus memikirkan Kyungsoo.”

Sehun tiba-tiba memeluk ku. Menyembunyikan wajahnya didadaku. Aku mendengar dia mulai terisak. Aku memeluk dia erat dan mengelus kepalanya lembut.

“Aku tidak mau berpisah dengan mu Kai. Hanya kau yang mengerti akan diriku luar dalam. Akan sangat sulit untuk mencari seseorang seperti mu. Seseorang yang menerima ku apa adanya seperti ini.”

“Siapa yang berkata kita akan berpisah cadel? Kita tidak akan berpisah. Aku sudah berjanji untuk menjagamu sampai akhir bukan.”

Sehun melepaskan pelukannya. Dibalik wajahnya yang merah akibat menangis dia tersenyum manis. Aku menghapus air matanya pelan. Ingin aku tertawa melihatnya menangis seperti ini. Untuk pertama kalinya aku melihat wajah datar Sehun menampakkan segala ekspresinya sekarang.

“Kau benar-benar bodoh Kai.”

Aku menarik Sehun ke dalam pelukan ku. Memeluknya sangat erat sampai aku tidak ingin melepaskannya. Aku ingin seperti ini hanya sebantar saja. Melewatkan senja sore yang menemani ku dan Sehun.

“Aku memang sangat bodoh sudah membuat seorang cadel seperti mu menangis seperti ini. Tapi si bodoh ini mencintai cadel dan tidak ingin berpisah darinya. Aku ingin terus bersama mu Sehun-ah.”

Sehun melepaskan –lagi- pelukanku. Sehun menatapku sebentar lalu dia mendekatkan wajahnya kepadaku dan semakin dekat sehingga tidak ada jarak yang memisahkan wajah kami berdua. Aku mulai menutup kedua mataku dan merasakan sentuhan bibir Sehun yang mulai mencium bibirku lembut. Aku membalas ciumannya dan mengalungkan tanganku dileher Sehun untuk memperdalam ciuman kami. Untuk pertama kalinya aku dan Sehun berciuman seperti ini. Dulu yang selalu aku rasakan hanyalah sebuah kecupan singkat darinya dan sekarang kami benar-benar berciuman.

Ciuman Sehun mulai turun ke leherku. Menjilat. Menggigit. Menghisap. Mencium sampai memberikan sebuah tanda berwarna merah keunguan dileherku. Aku tidak menyangka seorang kutu buku seperti Sehun bisa melakukan hal seperti ini. Dia terus saja memberikan tanda itu dileherku. Aku benar-benar sangat menikmatinya tapi aku menahan tubuh Sehun untuk tidak melanjutkannya lagi. Aku tidak mau pandangan semua orang terdahap apa yang sudah aku lakukan dengan Sehun bila kami sampai melewati batas. Meskipun ini sangat berat untuk diakhiri aku dan Sehun akhirnya menghentikan ciuman panas kami. Sampai akhirnya aku dan Sehun saling tertawa mengingat kejadian yang barusan kami lakukan di taman ini.

“Baiklah untuk hari ini aku akan melupakan sejenak tugas yang diberikan oleh Jung seonsangnim tadi. Aku ingin melanjutkannya dirumah saja. Ayo kita pulang Kai.”

“Wah aku tidak menyangka kekasihku hari ini benar-benar semangat sekali untuk melanjutkan hal yang tadi.” Aku tertawa senang.

“Untuk malam ini kita berdua akan menjadi pasangan yang paling bahagia Kai. Kita akan manjadi satu dengan malam yang cerah ini.”

“Baiklah. Sepertinya kau sudah tidak sabar Sehun.”

“Tentu saja. Kau akan menjadi mangsaku malam ini Kai.”

Sehun tertawa keras sekali. Untuk kali ini aku akan membiarkannya dia melakukan semaunya. Aku akan menuruti apa kata hatinya. Hanya dengan begitu hubungan ku dengan Sehun akan terbuka kembali yang awalnya kelam menjadi cerah hanya dengan melewati malam ini saja.

-End-



Ini ff apaan coba -___- sumpah gara-gara pengangguran geje dikamar gue mutusin buat nulis sequelnya “Eternity” yg kgag ada imajinasinya sama sekali -____-

Tapi ini ff udah terlanjur jadi yahh mau gmn lagi….

Terakhir dari gue……..

Pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*