Sabtu, 10 Januari 2015

FF XiuHan -Frost- Chapter 3

Frost

-
-

This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)

Yaoi! Romance+Fantasi

-
-
-

No suka, no baca!! :p

~Xiuminshock~

-
-
-

Lapangan basket sekarang dipenuhi dengan banyaknya perempuan yang sedang menjerit menyebutkan nama seseorang. Kris. Itulah nama yang mereka keluarkan hanya untuk sekedar menyemangati dia. Minseok yang sedang duduk di bangku penonton hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat pemandangan seperti itu. “Ternyata kau ada disini Minseok. Aku dari tadi mencari mu kemana-mana.” Minseok menoleh kearah sumber suara. Luhan datang menghampirinya dan duduk disebelah Minseok. Sebentar dia tersenyum melihat pemandangan yang saat ini ada di lapangan basket kemudian berpaling melihat kearah Minseok.

“Aku kira kau seperti mereka Minseok. Berteriak seperti orang gila memanggil nama Kris berkali-kali.” Luhan tertawa kecil. Minseok sedikit tersenyum mendengarnya. “Mengapa kau mencari ku Luhan? ada yang ingin kau bicarakan dengan ku.” Luhan mengangguk pelan kemudian menggenggam tangan Minseok. “Ayo ikut aku.” Minseok berdiri dan hanya mengikuti langkah Luhan menuntunnya. Dari kejauhan Kris terus mengekor dengan matanya melihat kedatangan Luhan saat menghampiri Minseok dan mengajaknya pergi. “Kemana mereka pergi?” pikir Kris. Kris menghentikan permainan basketnya dan itu disambut dengan rasa keluhan dari beberapa perempuan yang sudah terhipnotis dengan gaya permainan Kris tadi. “Aku pergi dulu. Kalian bermainlah.” Kris berkata kepada salah satu teman main basketnya.

Dengan tidak sabaran Kris berlari dengan terus menabrak orang yang ada di depannya. “Sial mereka berdua pergi kemana sebenarnya? Sehun dan Kai kemana kalian pergi bodoh?” Kris masih berusaha mencari kemana Luhan dan Minseok pergi.

-
-

Luhan mengajak Minseok ke belakang sekolah. Minseok melihat sekitarnya dan berpikir sepertinya tempat ini tidak pernah ada yang datang. Tempat ini sangat asing. Luhan mengajak Minseok duduk di bawah pohon yang selalu dibuat Luhan sebagai tempat istirahatnya.

“Kau tahu Minseok, aku sedikit cemburu dengan kedekatan mu dan Kris.”

“Benarkah? Mengapa demikian? Aku dan Kris hanya teman Luhan.”

Hening untuk beberapa menit. Tak ada suara lagi yang keluar dari mulut mereka berdua. Minseok terlihat bosan sekarang. Dia mengeluarkan handphonenya mencari kontak nama dan terlihatlah nama Kris di layar persegi itu. Luhan yang melihat langsung merampas handphone Minseok dengan kasar. Minseok terkejut dengan apa yang dilakukan Luhan padanya.

“Mengapa kau mengambil handphone ku Luhan? tolong kembalikan pada ku.” Minseok berusaha merebut handphonenya dari tangan Luhan.

“Mengapa kau mau menghubungi Kris? Bisakah kau tidak memikirkannya meskipun hanya sebentar.”

“Memangnya mengapa?”

“Bukankah tadi aku sudah mengatakannya kepadamu, aku cemburu melihat kedekatanmu dengan Kris.”

Minseok hanya terdiam. Dia menghentikan aksi berebut handphonenya dengan Luhan. “Lalu apa yang ingin kau bicarakan kepadaku Luhan?”

Luhan memasukan handphone Minseok kesalah satu saku celananya. “Bisakah kau menjauh dari Kris?” kini nada Luhan mulai terdengar serius.

“Mengapa aku harus menjauhinya? Apa karena kau cemburu melihatnya?”

“Salah satunya itu. Tapi ada alasan lainnya.”

“Apa alasan lainnya? Bolehkah aku tahu?”

Luhan menatap Minseok dengan tatapan yang mampu membuat Minseok tidak berani kembali menatapnya. Bola mata Luhan kini perlahan berubah menjadi kuning keemasan dan itu membuat Minseok sedikit terkejut melihatnya.

“Bola matamu berubah menjadi kuning keemasan Luhan. Ada apa dengan dirimu huh?” Tanya Minseok khawatir.

“Sudahlah kau tidak perlu mengetahuinya.” Luhan bangkit dari posisi duduknya. Saat dia akan berjalan pergi, Minseok menahan tangan Luhan dan menggenggamnya begitu erat. Luhan menoleh kearah Minseok. Melihat wajah Minseok yang polos seperti bayi membuat Luhan ingin kembali duduk ke posisi semula tapi dia urungkan niatnya itu. “Lepaskan aku Minseok.” Minseok menggeleng pelan dan tetap menggenggam tangan Luhan.

“Aku tidak tahu apa masalah mu dengan Kris. Bila kau memiliki masalah dengannya tolong jangan bawa aku juga. Kalau memang masalah ini ada hubungannya dengan ku, mengapa aku tidak boleh mengatahuinya? Asal kau tahu Luhan, kemarin aku tidak sengaja mendengar percakapan mu dengan Kris saat aku berada di toilet. Aku tidak mengerti maksud pembicaraan mu dengan Kris kemarin.”

Minseok berdiri menghadap Luhan dan menatapnya dengan memohon. “Aku tidak akan bertanya maksud dari pembicaraan kalian berdua kemarin. Aku akan menganggap tidak pernah mendengarnya.”

Luhan menarik tubuh Minseok pelan lalu memeluknya. Memeluknya cukup lama. Setelahnya dia melepaskan pelukannya kemudian dia menangkupkan kedua tangannya pada pipi Minseok. “Baiklah aku akan menceritakannya kepadamu Minseok. Semuanya. Tapi aku berharap kau tidak akan terkejut setelah mendengarnya.” Minseok mengangguk mengerti. “Aku akan terima resikonya Luhan.” Luhan tersenyum dan kembali memeluk Minseok.

-
-
-

Malam harinya Kris mendatangi rumah Minseok. Dia benar-benar begitu khawatir dengan keadaan Minseok setelah kejadian dia melihat Luhan mengajak Minseok pergi saat istirahat. Pikiran Kris terus tidak fokus. Dia begitu gelisah. Melihat kelakuan Kris seperti itu Minseok hanya diam mengerjapkan matanya bingung.

“Kau tidak apa-apa Kris? Apa kau ada masalah?”

“Siang tadi, saat istirahat kau dan Luhan pergi kemana huh? Aku mencari mu tapi kau tidak ada dimana-mana.”

“Maafkan aku Kris. Tadi siang Luhan mengajak ku ke belakang sekolah. Entahlah aku juga baru pertama kali kesana. Sepertinya tempat itu hanya Luhan yang tahu.”

“Aku sangat mengkhawatirkan mu Minseok. Tolonglah jangan pernah lagi membuatku seperti ini. Aku tidak mau kehilangan mu.”

Minseok terdiam sebentar. Sedikit mencerna perkataan Kris barusan. “Maafkan aku sudah membuatmu khawatir Kris. Kau tenang saja Luhan tidak akan pernah macam-macam dengan ku. Dia sangat baik kepada ku.”

“Aku tidak ingin kau terus-terusan dekat dengan Luhan. Kalau bisa kau menjauh darinya.”

“Mengapa kau menyuruhku menjauhi Luhan? apakah salah aku berteman dengannya? Luhan juga berkata kepada ku untuk menjauhi mu. Sebenarnya apa masalah kalian berdua? Mengapa aku tidak boleh berteman dengan mu dan juga Luhan?”

“Aku tidak bisa mengatakan alasannya Minseok. Maafkan aku.”

“Kris kumohon, bila ini memang ada sangkut pautnya dengan ku seharusnya aku juga boleh tahu tentang alasannya.”

Kris terdiam menatap Minseok. “Bila kalian berdua tidak mengatakan alasannya aku akan menjauhi kalian berdua. Aku hanya akan berteman dengan Sehun dan Kai saja.” Minseok berdiri dan sedikit menjaga jarak dengan Kris.

“Ohh tolonglah Minseok kau jangan seperti ini. Baiklah aku akan mengatakan alasannya kepadamu tapi tidak sekarang.”

“Mengapa tidak sekarang saja kau mengatakannya Kris?”

“Semuanya butuh proses Minseok. Aku tidak tahu harus memulainya dari mana untuk menjelaskannya kepadamu.”

“Baiklah aku akan menunggu penjelasann mu Kris.”

-
-
-

Keesokan harinya, saat pulang sekolah Luhan mengajak Minseok kebelakang sekolah lagi. Luhan memberikan sekaleng minuman bersoda kepada Minseok lalu memposisikan dirinya duduk disamping Minseok.

“Setiap kali saat Kris menyentuhmu, apakah kau merasa pergelangan tangan mu seperti terbakar? Tanda itu kemudian bersinar secara tiba-tiba.”

“Entahlah Luhan. Saat pertama kali aku dan Kris bertemu, aku merasakan hal seperti itu. Tapi mengapa Kris?”

“Kris juga sama dengan kita Minseok. Dia juga terpilih.”

Minseok menoleh kearah Luhan seperti tak mempercayai ucapannya barusan. “Benarkah? Kris juga memiliki tanda seperti kita?”

Luhan mengangguk pasti. “Benar. Dia seorang dragon. Kau tahu kan pengguna api.”

Minseok masih belum bisa mempercayai perkataan Luhan. Dia masih menatap Luhan tak percaya. “Jadi selama ini dia sudah tahu kalau aku adalah seorang frost.”

“Iya dia sudah tahu. Entahlah mengapa dia masih keras kepala untuk tetap melindungimu padahal sudah sangat jelas sekali kalau dia akan mencelakai mu bahkan bisa membunuhmu.”

Mata Minseok membulat sempurna dan mulutnya terbuka lebar. “Membunuh ku? Kau tidak bercanda dengan ucapan mu itu kan?”

“Mengapa aku harus berkata bohong kepada mu huh?”

“Tapi bila benar dia akan membunuhku, mengapa dia tidak melakukannya saat pertama kali bertemu dengan ku? Bahkan sekarang dia mulai mengkhawatirkan keadaan ku Luhan. Aku tidak mengerti dengan sikap Kris kepadaku akhir-akhir ini.”

“Apakah kau tidak merasa kalau Kris itu menyukaimu Minseok?”

“Kris menyukai ku? Sejak kapan dia menyukai ku?”

“Dari awal dia sudah tahu akan kedatangan mu kemari. Dia terus menunggu kehadiran mu dan pada akhirnya kau muncul dihadapannya. Dia tahu kalau kau selalu merasakan pergelangan mu terbakar setiap kali dia menyentuhmu. Dia tahu segalanya tentang mu”

Minseok menghirup oksigen dalam-dalam. Ekspresinya masih menunjukkan ketidakpercayaan tentang apa yang Luhan katakana padanya. “Lalu kau sendiri bagaimana Luhan? apakah kau juga tahu kalau aku akan datang kemari?”

“Aku sama sekali tidak tahu. Aku hanya merasakan saat datang ke sekolah ada perasaan aneh yang muncul kemudian aku mencari tahu. Perasaan ku tertuju pada mu lalu aku terus mengikutimu sampai aku datang menolong mengontrol tanda mu ini.”

“Mengapa aku selalu merasakan tanda ini seperti membakar pergelangan tangan ku bila bersentuhan dengan Kris?”

“Dari dulu seorang dragon dan seorang frost memang tidak akur dan tidak akan pernah cocok. Mereka sama-sama akan saling membunuh. Seorang dragon menggunakan api untuk melawan sedangkan  seorang frost bisa menggunakan air dan membekukan semuanya. Seorang dragon bisa mati ditangan seorang frost begitupun sebaliknya. Kalian berdua bisa saling membunuh satu sama lain pada akhirnya.”

“Lalu mengapa Kris terus saja mendekatiku bila dia tahu tentang hal itu?”

“Bukankah aku tadi sudah bilang kalau Kris menyukai mu. Alasan itulah yang Kris gunakan untuk mendekatimu terus. Dia akan rela melakukan apapun demi untuk bisa dekat dengan mu. Bahkan dia merelakan dirinya melawan keluarga dragon sekalipun. Tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi Minseok. Kris tidak akan pernah mendapatkan mu meskipun dia berusaha sampai mati pun.”

“Mengapa kau berkata seperti itu?”

“Apakah kau tidak pernah membaca tentang leluhurmu jaman dulu huh? Kau seperti tidak tahu apa-apa tentang hal seperti ini.”

Minseok menggeleng pelan. “Tidak sejak ayah ku meninggal. Saat kecil dia selalu menceritakan tentang keluarga frost, tapi dia tidak pernah mencerikan hal ini kepadaku. Entahlah aku juga tidak tahu. Maafkan aku Luhan.” Minseok sedikit terkekeh. Luhan hanya tersenyum manis menanggapinya.

“Aku sangat bahagia bisa bertemu dengan mu Minseok. Kau tahu, keluaga frost dan keluarga telekinensis sejak dulu berteman sangat baik. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menikah dan memiliki keluarga penerus. Tapi itu sudah berlalu saat keluarga dragon terus mengeluarkan api mereka untuk membunuh semua keluarga yang terpilih.”

“Jadi karena hal itu kau dan Kris saling bermusuhan?”

Luhan mengangguk pelan. “Benar. Jadi bisakah kau tidak mendekati Kris lagi? Sedikit menjauh darinya. Aku juga tidak mau melihat mu terluka hanya karena Kris mencelakai mu bila dia terus-terusan ada di dekat mu. Aku akan melindungimu.”

“Apakah kau juga menyukai ku Luhan?”

“Aku sudah menyukai mu lebih dulu sebelum Kris menyukaimu seperti sekarang. Kau tidak ingat pernah memiliki teman dari China saat kecil dulu?”

“Aku pernah memiliki satu teman saat kecil di China dulu. Aku sudah lupa dengan namanya. Tapi yang aku ingat dia selalu memanggilku dengan sebutan….” Sebelum Minseok berkata Luhan menyahut tiba-tiba. “Baozi. Dia memanggil mu dengan sebutan baozi.” Luhan tersenyum menatap Minseok yang sedikit terkejut dengan apa yang Luhan ucapkan.


Tbc……

Senin, 05 Januari 2015

FF XiuHan -Frost- Chapter 2

Frost

-
-

This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)

Yaoi! Romance+Fantasi

-
-
-

No suka, no baca!! :p

~Xiuminshock~

-
-
-


“Baru kali ini aku melihat seorang frost setelah sekian lama tidak melihatnya.” Namja kurus ini tiba-tiba meraih pergelangan tangan kiriku. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku.” Dia hanya memandangiku saja dan setelah beberapa detik dia menampakkan senyumnya kepadaku. Dia menggenggam tangan kiri ku dan secara tiba-tiba dia mencium kening ku. Aku benar-benar terdiam seperti batu. Tidak bisa bergerak, tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Aku hanya bisa memandanginya saja. “Sekarang mata mu kembali normal.” Perasaan aneh apa ini? Mengapa tiba-tiba jangtung ku berdetak dengan cepat. Namja kurus itu melepaskan genggamannya dan sedikit mundur untuk memberi jarak dengan ku. Aku melihat tanda itu sudah tidak bersinar lagi dan aku merasakan pergelangan tangan ku tidak terbakar lagi. Aku kembali melihat kearah namja kurus itu.

“Sebenarnya kau ini siapa?”

“Perkenalkan namaku Luhan. Xi Luhan.”

“Kau tahu darimana kalau aku seorang frost?”

“Aku juga sama seperti mu. Aku juga memiliki tanda ditubuh ku. Dipunggung ku tepatnya. Aku seorang telekinesis. Bisa menggerakkan apapun sesuai dengan pikiranku.”

“Benarkah? Aku tidak percaya setelah sekian lama aku bertemu seseorang yang sama seperti ku.”

“Lalu kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”

“Nama ku Kim Minseok tapi kau bisa memanggil ku Xiumin. Itu adalah nama panggilanku dari keluarga frost. Aku hari ini baru pindah kemari. Senang bertemu dengan mu Luhan.”

“Tentu saja Xiumin. Senang bertemu dengan mu juga.”

Bel masuk terlah berbunyi. Aku menyudahi percakapan ku dengan Luhan. “Kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak mau telat masuk kelas di hari pertama ku. Aku duluan.”

“Baiklah. Sampai bertemu lagi Minseok.”

-
-
-

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua penghuni kelas berhamburan dengan senang hati. “Minseok-ah apakah kau akan langsung pulang?” Tanya Kris. “Iya. Aku tidak ingin membuat khawatir ibu ku di rumah. Memang ada apa Kris?” tiba-tiba Sehun dan Kai menghampiri mereka berdua. “Sebelum pulang bisakah kita makan dulu. Aku sangat lapar sekali.” Kai memasang wajah memelas sambil memegang perutnya agar lebih terlihat seperti benar-benar orang yang sedang kelaparan. “Baiklah kita makan dulu.” Kris berjalan keluar kelas duluan. Kai dengan semangat langsung mengekor dibelakang Kris. “Ayo Minseok kita makan.” Sehun merangkul pundak Minseok lalu berjalan menyusul di belakang Kris dan Kai.

Sampai di depan gerbang sekolah Minseok melihat Luhan sedang berdiri –seperti menunggu seseorang- kemudian dia menghampirinya. “Luhan, apa yang kau lakukan disini? Sedang menunggu jemputan mu datang?” Kris, Kai dan Sehun langsung menghampiri Minseok setelah melihatnya pergi berjalan menuju kearah Luhan.

“Minseok-ah apa yang kau lakukan huh?” bisik Sehun.

“Aku hanya ingin menyapa Luhan saja. Apakah kalian mengenal Luhan?”

“Ya kami sangat mengenalnya Minseok.” Ucap Kai dengan tatapan tajam kearah Luhan.

“Kalian berdua ajaklah Minseok makan duluan nanti aku akan menyusul.” Ucap Kris dan disambut anggukan mengerti dari Kai dan Sehun.

“Luhan aku duluan. Sampai bertemu besok.”

Setelah kepergian Minseok, Kai dan Sehun kini hanya Kris dan Luhan yang saling menatap satu sama lain. Tatapan yang tajam seperti ada sebuah amarah yang mereka pendam.

“Aku peringatkan padamu Luhan, jangan sekali-kali kau mendekati Minseok.”

“Mengapa aku tidak boleh mendekatinya? Bukankah dia juga butuh teman.”

“Dia sudah memiliki teman. Dan orang seperti mu tidak cocok berteman dengan Minseok.”

“Seharusnya aku yang berkata seperti itu Kris bukan kau. Kau yang akan mencelakai Minseok. Entah kapan kau akan melakukannya tapi tentu saja sudah sangat jelas kau akan membunuh Minseok seperti yang kau lakukan pada Lay dulu.”

Kris terkejut dengan ucapan Luhan dan emosi mulai menyelimuti Kris. Dia mencengkram kerah seragam Luhan. “Apa maksudmu berkata seperti itu Luhan? bukan aku yang membunuh Lay.”

“Memang benar bukan kau tapi keluargamu yang membunuhnya. Tapi asal kau tahu Kris, bukankah sebentar lagi kau akan menjadi seperti keluargamu itu. Membunuh semua keluarga yang terpilih agar keluargamulah yang bisa leluasa menjadi pemimpin.”

Kris mulai panas dan dia mulai meluncurkan sebuah pukulan sangat keras kewajah Luhan. “Jaga bicara mu Luhan jangan sampai aku memukulmu lagi untuk kesekian kalinya.” Kris kemudian pergi meninggalkan Luhan yang terjatuh ditanah akibat pukulan darinya. Luhan hanya tersenyum mengejek melihat kepergian Kris. “Aku yang akan memukulmu bahkan aku tidak segan-segan untuk membunuhmu bila kau membunuh Xiumin.”

-
-
-

Malam harinya di keluarga Kim, ibu Xiumin -Kim Nana- sedang menyiapkan makan malam di dapur seperti biasanya. Minseok turun dari kamarnya menuju dapur untuk melihat apakah makan malam sudah siap. “Xiumin, bisakah kau membantu ibu menata piring dan sendok di meja makan?” Xiumin mengangguk pelan. “Baiklah ibu.” Xiumin langsung mengambil piring dari dalam laci yang ada di dapur lalu menatanya di meja makan. Ibunya datang kearah meja makan dengan membawa sepanci sup kentang kesukaan Xiumin. “Ayo kita makan.” Ajak Kim Nana.

“Xiumin-ah..bagaimana hari pertamu di sekolah? Apakah kau mendapatkan teman yang baik?”

“Aku mendapatkannya. Mereka sangat baik kepadaku. Namanya adalah Kris, Sehun dan Kai. Tapi ada satu anak yang membuatku benar-benar terkejut ibu. Dia sama seperti ku. Dia juga memikili tanda. Namanya adalah Luhan.”

“Sama seperti mu? Memang dia memiliki tanda apa?”

“Dia adalah seorang telekinesis. Tadi secara tiba-tiba tanda ini membakar pergelangan tanganku lalu mata ku juga berubah menjadi biru. Aku merasa sangat panik dan aku tidak bisa mengontrol tanda ini kemudian dia datang, menggenggam pergelangan tangan ku dan mencium keningku. Setelah itu mataku kembali normal. Aku tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi kepada ku ibu.”

“Seorang telekinesis. Ayah mu dulu pernah bercerita kepada ibu kalau dia memiliki seorang teman dari keluarga telekinesis. Tapi ibu sudah lupa siapa namanya.”

“Benarkah ibu? Jadi aku bisa berteman dengannya kalau begitu.”

“Kau bisa berteman dengannya tapi kau juga harus berhati-hati dengannya. Siapa tahu dibalik itu semua dia akan mencelakaimu. Ibu tidak ingin kehilangan mu Xiumin.”

“Tentu aku akan aku berhati-hati ibu.”

-
-
-

Seminggu setelah Minseok menjadi murid baru di sekolahnya, dia benar-benar tidak ingin kehilangan teman-temannya, terutama Luhan. Dia semakin dekat dengan Luhan dan itu membuat ketiga teman Minseok –Kris, Sehun, Kai- semakin genjar untuk memisahkan mereka berdua.

“Minseok kau mau kemana? Sebentar lagi guru akan datang.” Kris menarik tangan Minseok pelan. Sedikit terkejut dengan perlakuan Kris, pergelangan tangan Minseok mulai memanas. Minseok menarik pelan tangannya menjauhi Kris. “Aku mau ke toilet sebentar Kris. Kau mau ikut?” Kris tersenyum lalu menggeleng, “Tidak. Kai saja yang menemanimu. Kai kemari sebentar.” Kai yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh kearah Kris dan langsung menghampirinya.

“Ada apa kau memanggilku?”

“Temani Minseok sebentar ke toilet.”

“Baiklah. Ayo kita pergi.”

“Tidak. Kau tidak perlu menemaniku Kai. Kris kau terlalu berlebihan sekali. Aku bukan anak kecil yang perlu ditemani ke toilet. Aku pergi sendiri saja.”

Tiba-tiba Kris menarik Minseok mengajak dia keluar kelas. “Baiklah aku akan menemanimu.”

-
-

Kris menunggu Minseok diluar toilet, berjaga-jaga siapa tahu Luhan tiba-tiba muncul. Dan benar saja dugaan Kris, benar bahwa dari kejauhan terlihat Luhan sedang berjalan menuju toilet. Saat Luhan akan masuk, Kris menahan Luhan.

“Benar bukan kau dan Minseok telah berjanji untuk bertemu disini.”

Luhan menoleh ke arah Kris. “Apa maksud perkataan mu Kris? Aku tidak tahu.”

“Minseok ada di dalam, kau tidak boleh masuk sebelum dia keluar.”

Luhan tertawa pelan lalu berdiri di depan Kris. “Kau benar-benar tahu cara bagaimana melindungi orang Kris. Asal kau tahu meskipun kau terus mengekor pada Minseok, kau terus berada disampingnya, aku akan tetap bisa bertemu dengannya. Kenyataan akan berkata pada Minseok bahwa dia akan menjauhi mu.”

“Minseok menjauhi ku? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan melindungi dia sampai kapan pun juga.”

“Bagaimana bila dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak tahu apa-apa dan berteman denganku, apakah kau akan tetap melindunginya?”

Kris menatap Luhan geram. Kedua tangannya mulai mengepal keras yang akan siap untuk memukul wajah Luhan bila dia berkata lagi. Tapi dibalik itu, Minseok mendengar semua pembicaraan Kris dan Luhan. Minseok yang tidak tahu  apa-apa maksud perkataan mereka berdua tetap bersembunyi di toilet.

“Tentu aku akan tetap melindunginya.”

“Kau lihat saja Kris, siapa yang akan menjauhi siapa. Kau atau Minseok yang pergi menjauh. Astaga ini semakin menarik saja. Aku tidak sabar untuk melihat sebuah realita yang sebenarnya.”

Luhan kemudian pergi meninggalkan Kris yang masih tetap menahan amarahnya. Setelah melihat Luhan pergi, Minseok keluar dari toilet. “Maaf Kris kau pasti lama menunggu ku. Lebih baik kita segera kembali ke kelas.” Minseok berjalan mendahului Kris kembali ke kelas dengan perasaan bertanya-tanya.


Tbc………...