-Love Letter-
Ini adalah ff pertama
ku yang ditulis cuma dlm waktu 1 jam doang :3 *tumben cepet* *tepuk tangan
bahagia* *big smile :D*
Disini terserah kalian para
readers nentuin sendiri siapa yang jadi main castnya disini. Yang jelas ini ff
member EXO. Tapi ada nama Chanyeol yg jd lawan main si ‘aku’ ini :3 Terserah
kalian mau couple-in si orang jangkung itu dengan siapa. Tapi udah jelas pan
klo kebanyakan couplenya si abang Chanyeol itu adalah si abang tukang eyeliner.
Wkwkwkwk……
Okee~ cukup sekian
cuap-cuapnya J
Happy reading yeoreobun~
Setelah aku
putus dari kekasihku beberapa bulan yang lalu. Aku mendapatkan sebuah surat di
loker sekolah ku. Aku tidak tahu siapa pengirim surat tersebut. Setiap kali aku
buka selalu tanpa ada nama. Aku berpikir, mungkin ini hanya sebuah keisengan
anak-anak saja. tapi setelah aku membaca isi surat tersebut, aku berpikir
kembali, bila ini keisengan anak-anak mengapa isi suratnya begitu menyentuhku.
Aku membaca surat pertama yang
ada di loker ku. Si penulis berkata :
“Bahkan jika aku bukan pembicara yang baik, tolong mengerti aku.
Aku akan memberitahumu semua kebenaran yang sudah kusimpan.”
Aku tidak
mengerti sama sekali maksud dari isi surat tersebut. Malas aku berpikir, aku
hanya menaruh surat itu kembali dalam lokerku.
Besok paginya
saat aku membuka lokerku, ada sebuah surat muncul kembali. Si penulis berkata :
“Apakah kau ingat hari pertama kita bertemu?
Bibirmu yang cantik tersenyum padaku.
Setelah hari itu aku bertekad, bahwa aku tidak pernah ingin kehilanganmu
dari pelukanku.
Bahwa aku akan pergi hingga akhir.”
Pertama kita
bertemu? Tersenyum padanya? Sejak kapan? Aku bahkan setiap hari selalu
tersenyum kepada semua orang. Aku berfikir, apakah si penulis ini salah satu
orang yang memperhatikan ku dari kejauhan? Dan seperti hari kemarin, surat ini
kutaruh begitu saja didalam lokerku.
Hari
selanjutnya surat ini muncul lagi. Aku hanya menghela nafas berat kemudian
mengambil surat itu dan membacanya dengan malas. Si penulis berkata :
“Mengatakan aku mencintaimu dengan kata-kata mungkin tidak cukup.
Tapi, tetap aku akan mengaku padamu hari ini.”
Terkejut aku
membaca isi surat itu. “aku akan mengaku padamu hari ini.” Apa maksud dari
kata-kata ini? Apakah dia akan mengaku siapa dirinya padaku hari ini? Kembali
aku meletakkan surat itu kedalam loker.
Sore hari saat
aku selesai dengan kegiatan club ku, aku membuka lokerku. Dan yang aku temukan
adalah sebuah surat itu lagi. Ternyata si penulis mengirim surat dua kali dalam
sehari ini. Dia berkata :
“Aku ingin bersama mu, selalu dari selangkah dibelakangmu.
Jangan lupa akan ada orang yang akan melindungimu.”
Aku celingukan
kesegala arah berharap menemukan sosok yang menjadi dalang dari surat ini.
Surat ini benar-benar sudah membuat ku kesal. Aku tidak suka bila ada orang
yang mengerjaiku seperti ini. Ini namanya pengecut. Mengapa dia bermain dengan
sebuah surat seperti ini? Bila ingin bertemu dengan ku dan berbicara padaku,
mengapa tidak langsung saja berhadapan dengan ku?
Seperti biasa
pagi hari yang selalu disambut dengan sebuah surat didalam lokerku. Aku
membacanya dengan malas. Si penulis berkata :
“Setelah aku bertemu dengan mu, aku menemukan sesuatu untuk dilakukan.
Yaitu membuatmu tersenyum sepanjang hari, setiap hari.”
Membuatku
tersenyum setiap hari? Siapa orang yang melakukan hal seperti itu kepadaku?
Semua teman-teman ku selalu bisa membuat ku tersenyum bahkan tertawa
terbahak-bahak. Chen? Kyungsoo? Suho hyung? Luhan hyung? ataukah si tiang
tinggi itu, Chanyeol? Apakah dia orangnya?
Bisa-bisa aku
menjadi gila memikirkan siapa penulis surat ini. Aku mengacak rambutku kesal.
Meletakkan kembali surat itu kedalam lokerku. Menutupnya. Dan berjalan menuju
kelasku masih dengan perasaan kesal.
Aku mencari
buku ku yang kutaruh di lokerku. Saat aku mencari ada sebuah surat jatuh.
Jangan bilang kalau surat ini lagi. Aku menghela nafas ku dengan malas. Ku
pungut surat itu dan kubaca. Dia mengatakan :
“Mungkin ada saat-saat ketika aku benar-benar sibuk.
Tapi, dalam kepala ku hanya ada pikiran tentangmu.”
Aku mengernyitkan
dahi ku. Sudah dua hari ini si penulis mengirimiku surat dua kali, pagi dan
sore. Sudahlah lupakan saja. Ku letakkan surat itu ditumpukan surat-suratnya
yang dulu dia kirimkan. Aku kemudian mengambil buku yang kucari dan menutup
lokerku. Kembali berjalan menuju kelas ku yang berikutnya.
-
-
-
-
Sudah empat
hari berturut-turut insiden surat yang tidak kuketahui siapa pengirimnya itu
tiba-tiba saja berhenti. Pagi ini saat aku membuka lokerku aku tidak melihat
adanya sebuah surat yang tergeletak didalam lokerku. Sempat ada rasa kecewa
karena meskipun aku kesal dengan si penulis yang setiap hari mengirimiku surat
tapi sepertinya sekarang aku sudah terbiasa dengan perlakuan dia setiap
paginya.
Aku mengambil
buku ku dan berjalan menuju kelas dengan rasa kecewa. Sekarang aku benar-benar
menikmati perlakuan si penulis itu. Tapi tunggu dulu! mengapa aku harus kecewa
seperti ini? Seharusnya aku bahagia karena hari ini dia tidak mengirimiku surat
yang tidak jelas isinya itu. Mengapa aku menjadi seperti ini sekarang?
-
-
-
-
Sudah seminggu
ini si penulis surat tidak mengirimiku surat lagi. Apakah dia memang sudah
berhenti mengirimiku surat itu? Atau dia hanya sedang sibuk saja sekarang. Tapi
aku berharap dia kembali mengirim surat itu lagi kepadaku. Jujur saja setiap
kalimat yang dia tulis membuatku bahagia meskipun isi suratnya selalu sukses
membuatku berfikir keras.
Aku mangambil
surat yang dulu dia kirimkan. Yang selalu aku simpan rapi di dalam loker ku.
Aku kembali membaca dari surat pertama yang dia kirimkan padaku.
Bahkan jika aku bukan pembicara yang baik, tolong mengerti aku.
Aku akan memberitahumu semua kebenaran yang sudah kusimpan.
Apakah kau ingat hari pertama kita bertemu?
Bibirmu yang cantik tersenyum padaku.
Setelah hari itu aku bertekad, bahwa aku tidak pernah ingin
kehilanganmu dari pelukanku.
Bahwa aku akan pergi hingga akhir.
Mengatakan aku mencintaimu dengan kata-kata mungkin tidak cukup.
Tapi, aku akan mengaku padamu hari ini.
Aku ingin bersama mu, selalu selangkah dari belakangmu.
Jangan lupa ada orang yang akan melindungimu.
Setelah aku bertemu dengan mu, aku menemukan sesuatu untuk dilakukan.
Yaitu membuatmu tersenyum sepanjang hari, setiap hari.
Mungkin ada saat-saat ketika aku benar-benar sibuk.
Tapi, dalam kepalaku hanya ada pikiran tentangmu.
Aku membaca
ulang kembali surat itu. Aku begitu terkejut dengan surat yang di kirimkan
padaku. Apakah surat ini memang berurutan isinya? Mengapa isi dari surat ke
surat lainnya begitu pas? Apakah si penulis sengaja atau bagaimana?
Mendengar bel
tanda kelas akan dimulai, aku segera memasukkan surat-surat itu ke dalam tas ku
dan berlari kecil menuju kelas.
-
-
-
-
Pagi ini aku
dikejutkan dengan adanya sebuah surat di dalam lokerku. Dengan cepat aku
mengambil surat tersebut. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba jantungku berdebar
dengan kencang saat aku melihat surat itu tergeletak di lokerku lagi.
Sepertinya si penulis kembali mengirimi ku surat lagi. Aku tersenyum senang
mendapati surat ini lagi. Dengan tetap jantungku berdebar kencang, aku langsung
membaca surat ini. Dia berkata :
“Ketika kau mengatakan padaku untuk bersemangat.
Ketika matamu menatapku.
Hal-hal yang membuatku ada hingga sekarang.
Aku tidak punya apa-apa lagi untuk ku katakana padamu.
Tapi aku mencintaimu.”
Deg. Sesaat
nafasku berhenti. Membaca kalimat terakhir. “Tapi aku mencintaimu.”
Mencintaiku? Si penulis ini mencintaiku? Siapa sebenarnya dia? Mengapa dia
tidak menampakkan sosoknya dihadapan ku? dengan sedikit kecewa kumasukkan surat
ini kedalam tas ku.
-
-
-
-
Sengaja aku
berangkat lebih pagi dari biasanya karena aku ingin melihat siapa orang yang
menulis surat untuk ku. Sekolah masih sangat sepi sekali. Tapi aku tidak
peduli. Sekarang seperti seorang pencuri, aku mengintai dari jauh tempat
lokerku berada.
Sudah setengah
jam aku menunggu tapi tidak ada seseorang yang aku lihat sedang menaruh surat
di lokerku. Merasa usahaku begitu sia-sia, dengan cepat aku berjalan menuju
lokerku.
Sebelum aku
membuka loker, aku mengatur nafasku terlebih dahulu. Mengapa jantungku berdebar
seperti ini? kubuka lokerku ku dan aku mendapati surat itu sudah ada di loker
ku sekarang. Sebenarnya kau siapa? Aku menunggumu untuk melihat sosok mu tapi
kau tidak terlihat oleh ku?
Ku buka surat
itu. Isi surat ini lebih banyak dari biasanya. Ku baca dengan perlahan. Dia
menulis :
“Terima kasih banyak kau telah menunggu ku hingga akhir.
Untuk menatapku tanpa gemetar.
Bersandarlah padaku, percaya pada cintaku.
Mari bersama selalu, selamanya.”
“I love you, I need you….
I love you, I need you…
Ini hanya untuk mu selalu.
Tetap disisiku, aku akan membuatmu nyaman.
Mari saling mencintai seakan dunia berhenti seketika.
Terima kasih untuk menjadi dirimu.”
Nafasku
berhenti seketika. Jantungku serasa ingin lepas sekarang. Apakah dia memang
benar mencintaiku? Dia benar-benar sudah membuatku gila. Gila dengan semua
maksud dari isi surat ini. Tanpa sadar kristal bening keluar perlahan dari
kedua mataku. Aku menangis. Menangis menerima semua surat yang kau kirimkan
kepadaku. Aku marah padamu karana kau tidak mengatakan langsung padaku tentang
semua perasaanmu. Mengapa harus melalui sebuah surat seperti ini? bila kau
berkata , kau mencintaiku, maka aku akan bilang aku juga mencintaimu. Mencintai
sosok yang tidak pernah muncul dihadapan ku.
“Mengapa kau
menangis pagi-pagi seperti ini?” aku terkejut mendengar suara seseorang
bertanya padaku. Aku menoleh kearah sumber suara. Dan aku mendapati si tiang
tinggi ini sekarang ada dihadapanku. Cepat-cepat kumasukkan surat yang kubaca
tadi ke dalam saku celanaku.
“Chanyeol? Mengapa
kau datang sepagi ini?” aku mengusap air mataku dengan cepat. Kuhentikan
tangisku. “Aku datang sepagi ini karena aku belum mengerjakan tugas ku dari Kim
seonsaengnim.” Seperti biasa dia selalu menampakkan senyum bahagianya. Menunjukkan
deretan giginya yang rapi. “Kau tadi belum menjawab pertanyaan ku. Mengapa kau
menangis pagi-pagi seperti tadi?” dia mengulangi pertanyaannya lagi. “Kau
jangan menangis. Bila kau menangis, maka aku tidak bisa melihat matahari
bersinar dengan terang. Sinarnya redup bila kau menangis seperti itu.” Aku
tidak mengerti dengan perkataan Chanyeol. Tidak biasanya dia berkata seperti
ini padaku.
Aku begitu
terkejut dengan tiba-tiba Chanyeol memelukku. “Jangan lupa ada orang yang akan
melindungimu.” Perkataan ini? bukankah yang diucapkan Chanyeol tadi adalah
kata-kata si penulis surat itu. Mengapa dia mengetahui kata-kata itu?
Aku kembali menangis dalam
pelukannya. Jika benar Chanyeol adalah si penulis surat itu, maka aku akan
menjawab surat darinya sekarang. “Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu.”
Aku merasakan pelukan Chanyeol semakin erat. “Perkataan mu membuatku bahagia.
Sekarang terjawab sudah semuanya. Terima kasih banyak telah menungguku hingga
akhir.” Dalam tangis ku ini, aku tersenyum bahagia dan memeluknya dengan erat.
-End-
Semoga crita ini berkenan
dihati para readers semua J
Terakhir dari ku,
pai~ pai~ *aegyeo
bareng Xiumin oppa*