Rabu, 06 Agustus 2014

-FF ChanBaek/BaekYeol Couple-

What Do I Do?

-
-
-
-

Nih ff aku buat ChanBaek or BaekYeol couple.
Ini ff kedua yg pairingnya ChanBaek or Baekyeol couple.
Semoga senang dengan hasil coretan yang kgag jelas ini. kkkk~

-
-
-
-

Happy reading~ J

-
-
-
-

Setiap hari dihidupku, aku habiskan hanya dengan mengurung diriku di dalam kamar yang gelap dan dingin. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Aku begitu bingung dengan hidupku saat ini. Separuh jiwa ku telah pergi meninggalkan ku. Meninggalkan ku selamanya. Mengapa engkau harus mengambilnya dari kehidupanku? Hanya dirimu saja yang bisa membuatku bertahan setiap harinya. Hanya denganmu lah aku terus hidup melihat dunia yang indah ini. Tapi sekarang semua itu hanyalah halusinasiku. Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?
Kaulah alasan ku untuk hidup
Tapi sekarang apa yang harus kulakukan?


Aku masih mengingat jelas bagaimana suaramu yang merdu itu memanggil namaku. Suaramu yang bisa membuatku tertawa, bahagia. Dan jangan lupakan hembusan nafasmu yang lembut selalu bisa membuatku tenang. Setiap hari suara-suaramu selalu menemaniku.

Suaramu, suara nafasmu
Aku dengar, aku dengar sepanjang  hari
Aku mendengarmu


Aku masih mengingat sentuhan tanganmu yang membelai lembut pipiku dan surai coklatku saat aku tertidur. Dekapanmu yang selalu membuatku hangat. Setiap kali aku mengingat itu semua, aku selalu menangis. Hati ku begitu sakit setiap kali kristal bening ini terus keluar dibalik mataku yang tertutup.

Sentuhanmu, pelukanmu, aku masih mengingatnya
Aku tak bisa melupakannya, air mata terus menetes


Didalam kamarku yang gelap dan dingin ini, semua kenangan kita yang dulu masih terlihat jelas dipikiran ku. Aku begitu lelah dengan semua ini. Berjuang sendirian melawan kenangan kita yang masih tertancap jelas dipikiran ku tiap hari. Aku masih belum bisa mempercayai bila kau telah pergi meninggalku secepat ini.

Di sepanjang hariku, kenangan kita masih tertinggal
Aku lelah dan berjuang sendirian
Kenapa hatiku masih tidak bisa percaya perpisahan kita?


Dalam hati aku terus berkata :

“Apa yang harus aku lakukan Baekhyun-ah? Apa yang harus aku lakukan?”

“Kau lah alasan ku untuk hidup Baekhyun.”

“ Tapi apa yang harus aku lakukan sekarang?”

“Bila kau telah pergi meninggalkan ku.”

“Kau lah alasan ku untuk hidup Beakhyun.”

“Bila kau pergi meninggalkan ku, aku pun akan pergi juga.”

“Menyusulmu.”

“Agar kita dapat bersama kembali.”

“Neomu saranghae Baekhyunie.”


-End-

Aku nulis nih ff cuma setengah jam doang :3 daebak! *prok prok prok*

Mian klo nih ff gaje ye. . -_- *biasa klo udah nulis nih tangan yg kerja bukan otaknya :v*

Pai~ pai~ J *aegyeo bareng Xiumin oppa*


Senin, 04 Agustus 2014

“Masa lalu yang sudah dilupakan kini muncul kembali menyerang kehidupan yang baru saja dimulai – Kim Minseok/Xiumin.”

“Cinta datang dari hal yang tak terduga – Oh Sehun.”
                                        
“Aku menyesal telah melepaskan mu karena ke-egois-an belaka – Xi Luhan.”
                  

===Little Memories===


Chapter 3 : Xi Luhan


Mengapa sekarang baozi semakin dekat dengan Sehun? Mengapa dia begitu perhatian sekali dengannya? Apakah mereka memang sedang dekat sekarang? Aishh….aku begitu frustasi setiap hari melihat kedekatan mereka berdua. Aku dan Sehun sampai sekarang masih memiliki status hubungan berpacaran. Rasa cemburu? Tentu saja ada rasa cemburu yang aku rasakan. Tapi bukan terhadap Sehun yang dekat dengan baozi, tetapi sebaliknya, aku cemburu bila melihat baozi begitu dekat dengan Sehun. Aku akui sekarang aku sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadap Sehun. Semenjak pertemuan pertama ku dengan baozi dulu, saat dia menjadi anak baru dikelas ku, perasaan yang dulu muncul kembali. Aku kembali menyukainya. Perasaan suka ku terhadap baozi telah muncul kembali. Aku begitu mencintainya. Hanya aku yang berhak memiliki baozi. Baozi ku, tidak ada yang boleh memilikinya kecuali aku.

Hari ini benar-benar membuatku muak melihat kedekatan mereka. Bagaimana tidak? Sehun terus saja bermanja-manja ria dengan baoziku. Dan yang tidak habis pikir, mengapa baozi terima saja perlakuan manja dari Sehun. Lebih baik aku pergi dari kelas ini daripada nanti aku mulai meluapkan emosiku terhadap Sehun.

“Sehun-ah…aku pergi dulu. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk berbicara dengan Luhan tentang masalahmu kemarin.”
“Baiklah hyung.”

Yahh disini lah aku sekarang. Diperpustakaan. Tempat yang paling aku sukai. Tempat yang selalu damai untuk tidur siang. Tapi sebelum aku bisa memulai tidur siang ku, aku melihat baozi berjalan masuk kedalam perpustakaan. Aku begitu senang melihat dia tidak bersama dengan Sehun. “Baozi…” aku memanggilnya dengan keras membuat penghuni seluruh perpustakan melihat kearah ku dan secara bersamaan mereka menyuarakan ‘sshhhtt’ kepadaku. Aku hanya tersenyum seraya meminta maaf atas perlakuanku tadi. Aku kembali focus pada baozi. Aku tidak mengira kalau dia sekarang sudah ada disampingku.

“Apakah kau ingin tidur siang lu?”
“Ya. Wae?”
“Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan untuk mu.”
“Kau ingin bertanya apa padaku? Jangan bilang kalau ini soal Sehun.”
“Ya memang ini soal Sehun. Ahh bukan. Ini soal kejelasan hubungan mu dengan Sehun.”
“Pergilah. Aku sedang tidak ingin membicarakan dia sekarang.”

Aku mulai menutup kedua mataku. Sekarang telingaku tidak ingin mendengar namanya. Apalagi pikiran ku yang tidak ingin memikirkan namanya. Aishh…mengapa dia perhatian sekali dengan Sehun?

“Lu….aku tahu kau hanya pura-pura tidur saja. Aku hanya ingin membantu Sehun agar dia tidak bersedih lagi. Dia begitu sedih melihat sikapmu tiba-tiba berubah dingin padanya.” Aku bangun dari tidur ku. Menatap baozi dengan malas. Kemudian memalingkan muka ku kearah lain. Aku bosan mendengar baozi terus saja menyebut namanya.

“Kau…apakah kau tidak melihat kearah ku juga baozi? Apakah kau tidak mengetahui mengapa aku seperti ini padanya? Bukankah dulu kau selalu mengerti bila aku berubah sikap kau langsung mengetahui penyebabnya.”

“Apakah kau memiliki masalah lu? Mengapa kau tidak bercerita kepadaku?”

“Lihat sekarang! Apakah sekarang kau terlalu dekat dengan Sehun sampai kau tidak memperhatikan ku juga? Sepertinya Sehun menyukaimu baozi. Baiklah aku akan berbicara padanya.”

Aku berdiri dari tempat ku. “Kau ingin berbicara apa padanya?” aku menoleh kearah baozi. Melihat wajahnya yang begitu mengkhawatirkan keadaan Sehun. Aku benar-benar muak. Aku benci melihatnya.

“Meluruskan hubungan ku dengan Sehun.” jawabku datar. Aku merasakan tangannya menggenggam tanganku. Aku kembali duduk. “Wae? Apakah kau akan menahan ku sekarang?” baozi menyandarkan kepalanya dibahuku. Aku terkejut sesaat dengan perlakuannya.

“Aku tahu kau bersikap seperti ini karena kau cemburu bukan? Kau pasti akan memutuskan Sehun sekarang. Mianhae Lu. Bukannya aku tidak memperhatikan mu, aku tahu maksud dari sikapmu yang dingin terhadap Sehun. Tapi aku tetap diam. Setiap kali aku melihat Sehun sedih karena sikap dinginmu padanya membuatku begitu kasihan melihatnya. Dia benar-benar begitu sedih Lu.”

Aku menatap baozi lama. Wajah yang selalu aku rindukan. Senyum manis yang selalu terukir diwajah manisnya. Semuanya. Semua yang ada didirimu aku begitu merindukannya. Aku memalingkan wajahku kearah lain. Kembali menyusuri pikiran ku yang dulu. Pikiran yang berusaha untuk aku lupakan.

-Flashback-

Aku berjalan sambil menarik tangan Xiumin dengan erat. “Kita mau kemana Lu? Sebentar lagi kelas akan dimulai.” Dia terus saja berbicara dan itu membuatku muak. “Bisakah kau berhenti berbicara Xiumin? suaramu begitu menyakiti telingaku!” Perkataan ku sukses membuatnya langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

Sampai di belakang sekolah, aku langsung melepaskan tangannya. Aku melihat dia mengelus pergelangan tangannya yang terlihat merah akibat aku menariknya tadi. Sepertinya dia kesakitan? Tapi aku tidak peduli sekarang.

“Kita akhiri hubungan kita saja Xiumin. Aku tidak ingin melihatmu lagi.”
“Wae? Mengapa kau memutuskan hubungan kita Lu? Aku tidak ingin kita putus. Aku mohon padamu Lu. Jangan memutuskan hubungan kita. Jangan pergi meninggalkan ku Lu.”
“Pergilah Xiumin. Aku sudah tidak ingin melihatmu lagi.”
“Apa alasan mu memutuskan hubungan kita ini?”
“……”
“Lu…”
“Jangan lagi memanggil namaku. Dan jangan lagi menampakkan dirimu dihadapan ku. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku membencimu.”

Setelah perkataan terakhirku keluar aku langsung pergi meninggalkannya. Aku tidak peduli dia menangis atau tidak yang jelas sekarang aku sudah tidak ingin melihatnya lagi.

-Flashback End-

Aku menutup mataku memikirkan hal yang dulu aku lakukan terhadapnya. Rasa menyesal sekarang sedang menyelimutiku. Menyesal telah menyakitimu dan melepaskan mu begitu saja. “Yaaak Luhan! Mengapa dari tadi kau hanya diam saja? lalu bagaimana sekarang?” aku kembali menatapnya. Menatap kedua matanya.

“Seandainya dulu aku meminta maaf lebih cepat padamu, apakah kau akan memaafkan ku baozi?”

“Minta maaf? Tentu saja aku memaafkanmu. Memang awalnya aku begitu membencimu saat kau memutuskan ku, tapi setiap kali aku membencimu setiap kali itu juga rasa cintaku begitu besar terhadapmu. Meskipun aku berhasil melupakan mu, tapi perasaan ku terhadapmu masih belum bisa aku hilangkan dari hatiku.”

“Aku menyesal baozi. Sangat menyesal.”

“Sampai sekarang aku masih mengingat pertanyaan ku saat itu, ‘apa alasanmu memutuskan hubungan kita ini?’ aku tidak tahu mengapa pertanyaan itu tidak bisa aku hilangkan sampai sekarang dari otakku.”

“Apakah kau ingin tahu alasan dibalik aku memutuskan hubungan kita dulu?”

“Tentu saja. Alasan mu itu yang selalu membuat ku penasaran.”

“Saat itu aku tidak benar-benar menyukai mu baozi. Pada saat aku menyatakan perasaan ku padamu, itu hanya sebuah taruhan belaka antara aku dan teman-temanku. Bila aku bisa menjadikan mu kekasihku maka aku akan menang. Dan tanpa diduga kau menerimanya.”

“Tentu saja aku langsung menerimamu karena sejak pertama melihatmu aku sudah menyukaimu. Aku begitu terkejut saat kau menyatakan perasaan mu padaku. Dan tanpa pikir panjang aku pun langsung menerimamu menjadi kekasihku.”

“Tapi mengapa kau masih bersikap baik padaku meskipun aku tidak peduli padamu sedikitpun? Aku yang selalu saja memutuskan saat kapan kita akan keluar. Aku yang selalu memutuskan kau harus menemuiku kapan. Aku yang selalu memutuskan semuanya tanpa peduli pandapatmu lebih dulu. Dan kau hanya diam saja menerima semua keputusanku.”

“Aku diam karena memang aku tidak bisa melawan sikap egoismu Lu. Sikap mu yang keras kepala juga, aku tidak bisa melawannya. Sifatmu begitu keras. Aku hanya tidak ingin hubungan kita menjadi rusak karena masalah sepele. Jadi aku memilih untuk diam dan menerima semua keputusanmu itu.”

“Jadi dulu aku hanya bersikap seperti anak kecil?”

“Benar. Bisa dibilang begitu. Bahkan sekarang sifat egoismu tidak hilang juga. Kau seharusnya memikirkan perasaan Sehun. Jangan membuat dia sedih seperti apa yang kau lakukan kepadaku dulu. Setidaknya kau harus berbicara yang sejujurnya pada Sehun.”

“Baiklah aku akan mengatakan sejujurnya pada Sehun. Meskipun itu membuat dia sedih dan mungkin dia akan terkejut bila aku mengatakan yang sebenarnya padanya.”

“Terkejut? Mengapa Sehun terkejut dengan perkataanmu?”

“Baiklah aku akan mengatakan terlebih dahulu padamu. Aku menyukaimu baozi. Maukah kau kembali melanjutkan hubungan kita yang dulu?”

“Yakk! Apakah hal itu yang akan kau katakana kepada Sehun?”

“Iya. Itu yang akan aku katakana kepadanya. Apakah kau tidak menyukai perkataanku tadi?”

“Kau benar-benar rusa bodoh. Tentu saja aku menyukainya. Dan aku mau melanjutkan hubungan kita.”

Aku tersenyum dan memeluknya. Mulai sekarang aku tidak akan menyia-nyiakan mu lagi baozi. Kau adalah milikku. Kau adalah segalanya bagiku. Sekarang dan selamanya kita akan selalu bersama.

“Saranghae rusa bodoh.”

“Nado saranghae baozi.”

Aku dan Minseok kembali ke kelas setelah mendengar bel masuk berbunyi. Aku mengambil posisi duduk kembali kesemula. Duduk sebangku dengan Sehun. Aku melirik kearah Sehun sebentar. Dia terlihat terkejut saat aku duduk bersebelahan dengannya. Aku memberikan sebuah senyum pada Sehun. Senyum seperti biasa yang selalu aku nampakkan padanya.

Beruntung sepertinya Cha seonsaengnim akan sedikit terlambat memasuki kelas. Kesempatan ini aku gunakan untuk berbicara pada Sehun. Sebelum semuanya terlambat.

“Sehunnie…aku minta maaf selama ini telah bersikap dingin dan tak peduli padamu.”

“Mwo? Luhan hyung berkata apa tadi? aku tidak mendengarnya.”

“Bodoh! Memang telingamu kemana huh? Aku tadi berkata maaf padamu. Aku minta maaf atas sikapku yang kelewat dingin dan tak peduli denganmu.”

“Oohhh…iya hyung. Aku sudah memaafkanmu.”

Aku terkejut saat melihat ada sebuah senyum terukir diwajah Sehun. Sehun yang biasanya memasang wajah dingin tanpa pernah tersenyum sekarang menampakkan senyuman padaku.

“Kau tersenyum Sehunnie?”

“Hyung pasti terkejut kan saat melihatnya?”

“Tentu saja terkejut. Sehunnie yang biasanya memasang wajah dingin sekarang tersenyum manis padaku. Siapa orang yang sudah membuatmu seperti itu?”

“Sebenarnya hyung ada yang ingin aku katakana padamu. Ini tentang orang yang sudah membuatku tersenyum. Sepertinya aku menyukainya hyung. Orang itu membuatku merasa nyaman.”

“Aku juga Sehunnie. Aku menyukai seseorang juga.”

“Jadi kita sama-sama menyukai seseorang hyung. Lalu hubungan kita lebih baik berakhir sampai disini. Kita akan sama-sama menjalani kisah cinta dengan orang yang kita sukai.”

Kembali dia menampakkan senyum manisnya padaku. Sepertinya sekarang predikat Sehun sebagai namja dingin dan pendiam sudah hilang. Berganti dengan namja yang manis karena senyum yang terukir diwajah dinginnya itu.

“Baiklah. Mulai sekarang kita akan membahagiakan pasangan kita masing-masing.”

“Tentu saja.”

Tanpa disadari aku dan Sehun sama-sama melihat kearah dimana Minseok sedang duduk sekarang. Dia menoleh kearah ku dan Sehun. Menampakkan senyum manisnya. Senyum itu selalu bisa membuatku bahagia dan merasa nyaman berada didekatnya.

“Kau sudah menjadi milik ku baozi. Selamanya.” – Luhan-

“Minseok hyung…sepertinya aku tidak bisa melupakanmu. Aku pasti akan menjadikanmu pengganti Luhan hyung. tunggulah waktu yang tepat saat aku akan menyatakan perasaaku pada mu hyung.” –Sehun-


-End-

Mian klo nih ff gaje nya sangat. .gag nyambung sama summery-nya bang Luhan -_- nih tangan yg kerja tp otak kgag konek sama sekali. . :v

Semoga readers suka ne meskipun nih ff gajenya kyk gitu. . :3

Pai~ Pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*



-FF EXO-

-Love Letter-


Ini adalah ff pertama ku yang ditulis cuma dlm waktu 1 jam doang :3 *tumben cepet* *tepuk tangan bahagia* *big smile :D*


Disini terserah kalian para readers nentuin sendiri siapa yang jadi main castnya disini. Yang jelas ini ff member EXO. Tapi ada nama Chanyeol yg jd lawan main si ‘aku’ ini :3 Terserah kalian mau couple-in si orang jangkung itu dengan siapa. Tapi udah jelas pan klo kebanyakan couplenya si abang Chanyeol itu adalah si abang tukang eyeliner. Wkwkwkwk……


Okee~ cukup sekian cuap-cuapnya J


Happy reading yeoreobun~



Setelah aku putus dari kekasihku beberapa bulan yang lalu. Aku mendapatkan sebuah surat di loker sekolah ku. Aku tidak tahu siapa pengirim surat tersebut. Setiap kali aku buka selalu tanpa ada nama. Aku berpikir, mungkin ini hanya sebuah keisengan anak-anak saja. tapi setelah aku membaca isi surat tersebut, aku berpikir kembali, bila ini keisengan anak-anak mengapa isi suratnya begitu menyentuhku.

Aku membaca surat pertama yang ada di loker ku. Si penulis berkata :

“Bahkan jika aku bukan pembicara yang baik, tolong mengerti aku.
Aku akan memberitahumu semua kebenaran yang sudah kusimpan.”

Aku tidak mengerti sama sekali maksud dari isi surat tersebut. Malas aku berpikir, aku hanya menaruh surat itu kembali dalam lokerku.

Besok paginya saat aku membuka lokerku, ada sebuah surat muncul kembali. Si penulis berkata :

“Apakah kau ingat hari pertama kita bertemu?
Bibirmu yang cantik tersenyum padaku.
Setelah hari itu aku bertekad, bahwa aku tidak pernah ingin kehilanganmu dari pelukanku.
Bahwa aku akan pergi hingga akhir.”

Pertama kita bertemu? Tersenyum padanya? Sejak kapan? Aku bahkan setiap hari selalu tersenyum kepada semua orang. Aku berfikir, apakah si penulis ini salah satu orang yang memperhatikan ku dari kejauhan? Dan seperti hari kemarin, surat ini kutaruh begitu saja didalam lokerku.

Hari selanjutnya surat ini muncul lagi. Aku hanya menghela nafas berat kemudian mengambil surat itu dan membacanya dengan malas. Si penulis berkata :

“Mengatakan aku mencintaimu dengan kata-kata mungkin tidak cukup.
Tapi, tetap aku akan mengaku padamu hari ini.”

Terkejut aku membaca isi surat itu. “aku akan mengaku padamu hari ini.” Apa maksud dari kata-kata ini? Apakah dia akan mengaku siapa dirinya padaku hari ini? Kembali aku meletakkan surat itu kedalam loker.

Sore hari saat aku selesai dengan kegiatan club ku, aku membuka lokerku. Dan yang aku temukan adalah sebuah surat itu lagi. Ternyata si penulis mengirim surat dua kali dalam sehari ini. Dia berkata :

“Aku ingin bersama mu, selalu dari selangkah dibelakangmu.
Jangan lupa akan ada orang yang akan melindungimu.”

Aku celingukan kesegala arah berharap menemukan sosok yang menjadi dalang dari surat ini. Surat ini benar-benar sudah membuat ku kesal. Aku tidak suka bila ada orang yang mengerjaiku seperti ini. Ini namanya pengecut. Mengapa dia bermain dengan sebuah surat seperti ini? Bila ingin bertemu dengan ku dan berbicara padaku, mengapa tidak langsung saja berhadapan dengan ku?

Seperti biasa pagi hari yang selalu disambut dengan sebuah surat didalam lokerku. Aku membacanya dengan malas. Si penulis berkata :

“Setelah aku bertemu dengan mu, aku menemukan sesuatu untuk dilakukan.
Yaitu membuatmu tersenyum sepanjang hari, setiap hari.”

Membuatku tersenyum setiap hari? Siapa orang yang melakukan hal seperti itu kepadaku? Semua teman-teman ku selalu bisa membuat ku tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Chen? Kyungsoo? Suho hyung? Luhan hyung? ataukah si tiang tinggi itu, Chanyeol? Apakah dia orangnya?

Bisa-bisa aku menjadi gila memikirkan siapa penulis surat ini. Aku mengacak rambutku kesal. Meletakkan kembali surat itu kedalam lokerku. Menutupnya. Dan berjalan menuju kelasku masih dengan perasaan kesal.

Aku mencari buku ku yang kutaruh di lokerku. Saat aku mencari ada sebuah surat jatuh. Jangan bilang kalau surat ini lagi. Aku menghela nafas ku dengan malas. Ku pungut surat itu dan kubaca. Dia mengatakan :

“Mungkin ada saat-saat ketika aku benar-benar sibuk.
Tapi, dalam kepala ku hanya ada pikiran tentangmu.”

Aku mengernyitkan dahi ku. Sudah dua hari ini si penulis mengirimiku surat dua kali, pagi dan sore. Sudahlah lupakan saja. Ku letakkan surat itu ditumpukan surat-suratnya yang dulu dia kirimkan. Aku kemudian mengambil buku yang kucari dan menutup lokerku. Kembali berjalan menuju kelas ku yang berikutnya.
-
-
-
-
Sudah empat hari berturut-turut insiden surat yang tidak kuketahui siapa pengirimnya itu tiba-tiba saja berhenti. Pagi ini saat aku membuka lokerku aku tidak melihat adanya sebuah surat yang tergeletak didalam lokerku. Sempat ada rasa kecewa karena meskipun aku kesal dengan si penulis yang setiap hari mengirimiku surat tapi sepertinya sekarang aku sudah terbiasa dengan perlakuan dia setiap paginya.

Aku mengambil buku ku dan berjalan menuju kelas dengan rasa kecewa. Sekarang aku benar-benar menikmati perlakuan si penulis itu. Tapi tunggu dulu! mengapa aku harus kecewa seperti ini? Seharusnya aku bahagia karena hari ini dia tidak mengirimiku surat yang tidak jelas isinya itu. Mengapa aku menjadi seperti ini sekarang?
-
-
-
-
Sudah seminggu ini si penulis surat tidak mengirimiku surat lagi. Apakah dia memang sudah berhenti mengirimiku surat itu? Atau dia hanya sedang sibuk saja sekarang. Tapi aku berharap dia kembali mengirim surat itu lagi kepadaku. Jujur saja setiap kalimat yang dia tulis membuatku bahagia meskipun isi suratnya selalu sukses membuatku berfikir keras.

Aku mangambil surat yang dulu dia kirimkan. Yang selalu aku simpan rapi di dalam loker ku. Aku kembali membaca dari surat pertama yang dia kirimkan padaku.

Bahkan jika aku bukan pembicara yang baik, tolong mengerti aku.
Aku akan memberitahumu semua kebenaran yang sudah kusimpan.
               
Apakah kau ingat hari pertama kita bertemu?
Bibirmu yang cantik tersenyum padaku.
Setelah hari itu aku bertekad, bahwa aku tidak pernah ingin kehilanganmu dari pelukanku.
Bahwa aku akan pergi hingga akhir.

Mengatakan aku mencintaimu dengan kata-kata mungkin tidak cukup.
Tapi, aku akan mengaku padamu hari ini.

Aku ingin bersama mu, selalu selangkah dari belakangmu.
Jangan lupa ada orang yang akan melindungimu.

Setelah aku bertemu dengan mu, aku menemukan sesuatu untuk dilakukan.
Yaitu membuatmu tersenyum sepanjang hari, setiap hari.

Mungkin ada saat-saat ketika aku benar-benar sibuk.
Tapi, dalam kepalaku hanya ada pikiran tentangmu.

Aku membaca ulang kembali surat itu. Aku begitu terkejut dengan surat yang di kirimkan padaku. Apakah surat ini memang berurutan isinya? Mengapa isi dari surat ke surat lainnya begitu pas? Apakah si penulis sengaja atau bagaimana?

Mendengar bel tanda kelas akan dimulai, aku segera memasukkan surat-surat itu ke dalam tas ku dan berlari kecil menuju kelas.
-
-
-
-
Pagi ini aku dikejutkan dengan adanya sebuah surat di dalam lokerku. Dengan cepat aku mengambil surat tersebut. Aku tidak tahu mengapa tiba-tiba jantungku berdebar dengan kencang saat aku melihat surat itu tergeletak di lokerku lagi. Sepertinya si penulis kembali mengirimi ku surat lagi. Aku tersenyum senang mendapati surat ini lagi. Dengan tetap jantungku berdebar kencang, aku langsung membaca surat ini. Dia berkata :

“Ketika kau mengatakan padaku untuk bersemangat.
Ketika matamu menatapku.
Hal-hal yang membuatku ada hingga sekarang.
Aku tidak punya apa-apa lagi untuk ku katakana padamu.
Tapi aku mencintaimu.”

Deg. Sesaat nafasku berhenti. Membaca kalimat terakhir. “Tapi aku mencintaimu.” Mencintaiku? Si penulis ini mencintaiku? Siapa sebenarnya dia? Mengapa dia tidak menampakkan sosoknya dihadapan ku? dengan sedikit kecewa kumasukkan surat ini kedalam tas ku.
-
-
-
-
Sengaja aku berangkat lebih pagi dari biasanya karena aku ingin melihat siapa orang yang menulis surat untuk ku. Sekolah masih sangat sepi sekali. Tapi aku tidak peduli. Sekarang seperti seorang pencuri, aku mengintai dari jauh tempat lokerku berada.

Sudah setengah jam aku menunggu tapi tidak ada seseorang yang aku lihat sedang menaruh surat di lokerku. Merasa usahaku begitu sia-sia, dengan cepat aku berjalan menuju lokerku.

Sebelum aku membuka loker, aku mengatur nafasku terlebih dahulu. Mengapa jantungku berdebar seperti ini? kubuka lokerku ku dan aku mendapati surat itu sudah ada di loker ku sekarang. Sebenarnya kau siapa? Aku menunggumu untuk melihat sosok mu tapi kau tidak terlihat oleh ku?

Ku buka surat itu. Isi surat ini lebih banyak dari biasanya. Ku baca dengan perlahan. Dia menulis :

“Terima kasih banyak kau telah menunggu ku hingga akhir.
Untuk menatapku tanpa gemetar.
Bersandarlah padaku, percaya pada cintaku.
Mari bersama selalu, selamanya.”

“I love you, I need you….
I love you, I need you…
Ini hanya untuk mu selalu.
Tetap disisiku, aku akan membuatmu nyaman.
Mari saling mencintai seakan dunia berhenti seketika.
Terima kasih untuk menjadi dirimu.”

Nafasku berhenti seketika. Jantungku serasa ingin lepas sekarang. Apakah dia memang benar mencintaiku? Dia benar-benar sudah membuatku gila. Gila dengan semua maksud dari isi surat ini. Tanpa sadar kristal bening keluar perlahan dari kedua mataku. Aku menangis. Menangis menerima semua surat yang kau kirimkan kepadaku. Aku marah padamu karana kau tidak mengatakan langsung padaku tentang semua perasaanmu. Mengapa harus melalui sebuah surat seperti ini? bila kau berkata , kau mencintaiku, maka aku akan bilang aku juga mencintaimu. Mencintai sosok yang tidak pernah muncul dihadapan ku.

“Mengapa kau menangis pagi-pagi seperti ini?” aku terkejut mendengar suara seseorang bertanya padaku. Aku menoleh kearah sumber suara. Dan aku mendapati si tiang tinggi ini sekarang ada dihadapanku. Cepat-cepat kumasukkan surat yang kubaca tadi ke dalam saku celanaku.

“Chanyeol? Mengapa kau datang sepagi ini?” aku mengusap air mataku dengan cepat. Kuhentikan tangisku. “Aku datang sepagi ini karena aku belum mengerjakan tugas ku dari Kim seonsaengnim.” Seperti biasa dia selalu menampakkan senyum bahagianya. Menunjukkan deretan giginya yang rapi. “Kau tadi belum menjawab pertanyaan ku. Mengapa kau menangis pagi-pagi seperti tadi?” dia mengulangi pertanyaannya lagi. “Kau jangan menangis. Bila kau menangis, maka aku tidak bisa melihat matahari bersinar dengan terang. Sinarnya redup bila kau menangis seperti itu.” Aku tidak mengerti dengan perkataan Chanyeol. Tidak biasanya dia berkata seperti ini padaku.

Aku begitu terkejut dengan tiba-tiba Chanyeol memelukku. “Jangan lupa ada orang yang akan melindungimu.” Perkataan ini? bukankah yang diucapkan Chanyeol tadi adalah kata-kata si penulis surat itu. Mengapa dia mengetahui kata-kata itu?

Aku kembali menangis dalam pelukannya. Jika benar Chanyeol adalah si penulis surat itu, maka aku akan menjawab surat darinya sekarang. “Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu.” Aku merasakan pelukan Chanyeol semakin erat. “Perkataan mu membuatku bahagia. Sekarang terjawab sudah semuanya. Terima kasih banyak telah menungguku hingga akhir.” Dalam tangis ku ini, aku tersenyum bahagia dan memeluknya dengan erat.

-End-

Semoga crita ini berkenan dihati para readers semua J

Terakhir dari ku,


pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*

Jumat, 01 Agustus 2014

FF XiuHunHan (Xiumin, Sehun, Luhan) - Chapter 2

“Masa lalu yang sudah dilupakan kini muncul kembali menyerang kehidupan yang baru saja dimulai – Kim Minseok/Xiumin.”

“Cinta datang dari hal yang tak terduga – Oh Sehun.”

“Aku menyesal telah melepaskan mu karena ke-egois-an belaka – Xi Luhan.”


===Little Memories===


Chapter 2 : Oh Sehun

Tak terasa sudah setengah semester Minseok menjalani hari-hari yang penuh suka dan duka bersama teman-teman barunya. Baekhyun, Chanyeol, Kyungsoo, Kai, dan Suho selalu menjadi teman Minseok yang hadir dan menemani Minseok disaat suka dan duka. Dan jangan lupakan duo HunHan yang tiba-tiba menjadi akrab dengan gerombolan Suho dkk berkat kedatangan Minseok menjadi anak baru. Tanpa disadari hubungan Luhan dan Minseok semakin hari semakin baik. Minseok sepertinya sudah melupakan posisi Luhan yang dulu pernah menempati ruang hatinya. Minseok kini menganggap Luhan adalah teman dekatnya selain Suho dkk itu. Dan jangan lupakan namja yang tampan namun dingin itu. Oh Sehun. Dia tetap saja dengan sikap dinginnya tanpa banyak bicara semakin dekat dengan Suho dkk dan Minseok.

Tapi entah mengapa tiba-tiba beberapa bulan ini duo HunHan itu tidak menunjukkan sikap yang saling menyayangi. Mereka cenderung seperti menjauh satu sama lain. Bahkan sekarang Luhan berpindah tempat duduk. Tetap dibelakang tapi berpindah 2 jarak bangku dengan bangku Sehun. Suho dkk yang melihat duo HunHan itu hanya bisa diam tanpa ada yang menanyakan alasan mereka bersikap seperti itu satu sama lain. Bukan mereka tidak peduli tetapi mereka memang tidak ingin ikut campur dalam hubungan duo HunHan ini. Terlebih lagi sikap Sehun yang kelewat sangat dingin dan Luhan yang selalu gila dengan terus saja senyum-senyum manis pada Minseok membuat Suho dkk tidak ingin menanyakannya. Luhan selalu senyum-senyum manis pada Minseok? tentu saja Suho dkk begitu penasaran mengapa Luhan seperti itu pada Minseok. tapi mereka merenungkan untuk bertanya maksud dari sikap Luhan itu. Sedangkan kekasihnya sendiri –Sehun- tidak pernah dia memberikan senyum manis itu beberapa bulan ini. Suho dkk tetap hanya bisa diam seribu bahasa.

“Minseok-ah kita duluan. Annyeong.” Baekhyun, Chanyeol, dan Suho pergi meninggalkan Minseok. Minseok hanya tersenyum. “Hyung kami pergi duluan. Sampai bertemu besok.” Kai dan D.O juga pergi meninggalkan Minseok. Minseok kembali tersenyum. Kini dikelas hanya ada duo HunHan dan Minseok. Jangan tanyakan mengapa Minseok ditinggal pergi duluan oleh teman-temannya. Yahh alasannya karena hari ini adalah jadwal piket kelas Minseok. “Hyung apakah kau ada waktu hari ini? Aku ingin mengajakmu jalan.” Perkataan Sehun membuat pecah keheningan kelas. Luhan berdiri dari bangkunya. “Aku tidak bisa. Hari ini aku ada latihan futsal.” Lalu Luhan berlalu pergi meninggalkan Sehun dan Minseok dikelas. Minseok yang mendengar perkataan Luhan tadi terkejut. Luhan benar-benar menjawab pertanyaan Sehun begitu dingin.

Minseok telah selesai dengan piket kelasnya. Kini dia bersiap-siap untuk pulang. Dia menoleh kebelakang melihat Sehun. “Sehun-ah aku pulang duluan. Apakah kau tidak pulang?” pertanyaan Minseok membuat Sehun terbangun dari lamunannya. Sehun menoleh kearah Minseok. “Apakah kau ada waktu hyung? hari ini aku ingin jalan-jalan. Apakah kau mau menemaniku?” Minseok terkejut dengan ajakan Sehun. Yahh tentu saja dia terkejut. Baru kali ini Sehun mengajaknya keluar tanpa Luhan. Biasanya dia tidak mau berjalan-jalan tanpa adanya Luhan disampingnya. Sehun yang merasa ajakannya tidak terjawab segera, dia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kelas. “Tentu saja aku akan menemanimu.” Sehun menghentikan langkahnya. Menoleh kearah Minseok. “Kau ingin jalan-jalan kemana Sehun-ah?” Minseok tersenyum dan melangkah mendekati Sehun. “Terserah. Aku hanya ingin jalan-jalan saja.” tetap dengan sikap dinginnya. “Baiklah. Tapi sebelumnya kita makan dulu ya. Aku sangat lapar sekarang.” Sehun hanya diam saja dan kembali melanjutkan langkahnya keluar kelas. Minseok hanya tersenyum melihat sikap sehun yang benar-benar sangat dingin itu.

Sasampainya dikedai makanan, Minseok dan Sehun memesan makanan mereka. Suasana diantara keduanya kini begitu canggung. Hanya hening yang ada. Minseok hanya senyum-senyum sendiri karena suasana yang benar-benar canggung. “Apakah kau memang suka sekali tersenyum hyung? kau sama saja seperti Luhan hyung.” perkataan Sehun memecah keheningan disekitar mereka. Saat Minseok ingin berkata tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan mereka. Saat pelayan ingin pergi meninggalkan mereka, terdengar Minseok mengucapkan terima kasih pada pelayan itu yang kemudian pelayan tersebut telah benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Minseok dan Sehun makan dalam diam. Bukankah yang benar memang seperti itu? Makan memang harus diam. Tapi ini tidak seperti yang Minseok rasakan setiap kali makan bersama teman-temannya. Bila mereka sudah makan bersama pasti begitu ramai tidak seperti sekarang. Hanya ada Minseok dan Sehun yang keduanya benar-benar diam. Minseok merasa benar-benar begitu canggung dengan suasanya saat ini.

“Sehun-ah….” Panggilan Minseok membuat Sehun mengdongakkan kepalanya. Minseok tersenyum. “Wae? Apakah ada yang ingin kau katakana padaku hyung?” Minseok masih setia dengan senyuman manis dibibirnya. Minseok menggeleng kecil dan langsung mengelab mulut Sehun yang belepotan oleh makanannya. Sehun langsung terkejut dengan perlakuan Minseok. “Kau makan seperti anak kecil saja Sehun-ah.” Minseok terkekeh kecil. Sedangkan Sehun? Diam masih setia dengan shock terapi akibat perlakuan Minseok tadi. Dan tanpa disadari tiba-tiba jantung Sehun berdebar kencang.

Setelah selesai makan Minseok dan Sehun kembali melanjutkan jalan-jalan mereka berkeliling kota Seoul. “Hyung…apakah kau mau bubble tea?” Minseok melihat ada kedai yang menjual bubble tea disebrang jalan. “Tentu saja.” Mereka berdua berjalan menyebrangi jalan menuju kedai bubble tea. Setelah sampai mereka berdua masuk dan memesan bubble tea. Minseok dan Sehun duduk dimeja yang berhadapan dengan kaca yang menampakkan suasana jalanan saat ini.

“Sehun-ah, apakah kau tidak ingin menceritakan sesuatu kepadaku?”
“Tidak ada yang ingin aku ceritakan hyung.”
“Sedingin apapun sikap mu pasti ada yang ingin kau ceritakan. Apakah kau tidak ingin berbagi cerita kepadaku?”

Sehun menatap Minseok lekat-lekat. Dia tediam sesat. ‘Mungkin aku bisa melepaskan rasa sesak di dada ku ini. Kupikir Minseok hyung orang yang hangat dan lembut.’ Batin Sehun. Sehun kembali menerawang kearah luar jendela. Sesekali mengaduk bubble tea nya dan menyedot minuman favoritnya itu.

“Baiklah kalau memang tidak ada yang ingin kau ceritakan kepadaku. Aku tidak memaksa mu untuk bercerita. Hanya saja aku sangat mengkhawatirkan mu sekarang. Dibalik sikap dingin dan pendiam mu itu kau memang terlihat baik-baik saja tapi nyatanya tidak. Itu terlihat seperti topeng.”

Minseok tersenyum melihat kearah Sehun. Membelai surai kecoklatan Sehun dengan lembut. “Jangan terus menyiksa dirimu seperti ini Sehun-ah. Kau malah mambuat semua teman-teman mu khawatir.” Sehun menoleh kearah Minseok. Dan lagi Sehun merasakan jantungnya berdebar kencang. ‘Melihat senyumnya seperti ini mengapa membuatku begitu tenang? Senyumnya begitu manis dan terlihat sangat tulus.’ Batin Sehun. Minseok menghentikan membelai surai Sehun. “Baiklah tuan dingin dan pendiam, selanjutnya kau ingin berjalan kemana lagi?” pertanyaan Minseok membuyarkan lamunan Sehun.

Tanpa disadari Sehun tersenyum. Tersenyum untuk pertama kalinya. Minseok terkejut melihat senyum Sehun yang kelewat manis itu. Sehun yang diberi gelar oleh teman-temannya sebagai namja yang sangat dingin dan pendiam itu sekarang tersenyum. Memberikan senyum langkahnya saat seperti ini. Ohh ayolah Minseok kau jangan terus terkejut memandangi Sehun dengan senyumannya itu. Sehun bisa malu bila kau terus melihat Sehun seperti itu.

“Yaakk hyung…jangan memandangku seperti itu.”
“Wahh aku tidak menyangka kau bisa tersenyum seperti itu Sehun-ah. Ini benar-benar sangat langkah. Seorang Oh Sehun yang dingin bisa tersenyum manis seperti tadi.”
“Sudahlah hyung jangan terus membahas itu.”
“Apakah Luhan pernah melihatmu tersenyum seperti tadi?” Sehun menggeleng kecil.
“Jadi aku adalah orang pertaman yang melihat mu tersenyum manis tadi. Sungguh beruntung sekali.”

Sehun berdiri dan pergi meninggalkan Minseok sendiri di dalam kedai bubble tea. “Yaa hyung, apakah kau masih ingin duduk disitu terus?” panggilan Sehun membuat Minseok berdiri dari kursinya dan pergi mengikuti langkah Sehun.

Dalam perjalan jantung Sehun terus berdebar tak karuan. Dia terus gelisah dengan debaran jantungnya. ‘Mengapa terus seperti ini? Aku kira hanya sekilas ternyata masih terus berlanjut sampai sekarang.’ batin Sehun. Tanpa Sehun sadari kini ia mengacak-ngacak surainya dari tadi saat berpikir tentang debaran jantungnya. Minseok yang melihat kelakuan Sehun menatap Sehun heran. Minseok memegang tangan Sehun bermaksud untuk menghentikan kelakuan Sehun yang terus mengacak rambutnya itu. Sehun menoleh kearah Minseok. “Hentikan. Jangan terus kau lakukan Sehun-ah.” Minseok melihat sekelilingnya. Dia melihat ada bangku kosong di dekat taman kota. Minseok menarik Sehun untuk mengikutinya menuju bangku kosong itu.

Masih terus memegang tangan Sehun. Minseok menatap Sehun khawatir. Sehun hanya bisa menundukkan kepalanya seraya menahan debaran jantungnya yang sekarang berdetak lebih kencang. Minseok melepaskan genggamannya. “Sekarang ceritakan padaku, ada apa sebenarnya? Mengapa kau terlihat seperti sedang ada beban pikiran yang begitu berat di otak mu itu?” nada bicara Minseok terlihat tegas. Sehun yang mendengar sempat terkejut. Dia mengdongak dan sedikit melirik kearah Minseok.

‘Yaa Tuhan..sebenarnya apa yang terjadi dengan ku ini? Mengapa jantungku terus berdebar kencang?’ Sehun terus saja membatin dalam hati. “Sekarang kau kembali ke Sehun yang dingin dan pendiam. Kau tahu, aku dari tadi mengkhawatirkan keadaan mu. Mengapa kau seperti ini huh?” Sehun menoleh kearah Minseok. Dia melihat mata Minseok yang benar-benar menujukkan kekhawatiran lebih.

-Sehun POV-

Aku tidak tahu kalau Minseok hyung benar-benar begitu mengkhawatirkan keadaan ku sekarang. Apa aku harus menceritakan semuanya padanya? Ohh ayolah Sehun. Dia terus mengkhawatirkanmu. Kau tinggal menceritakan apa yang ada dikepala mu saat ini. Apa susahnya untuk bercerita? Toh kalau aku sudah bercerita tentu saja sikapnya akan sama seperti yang lain. Hanya menggumamkan kata ‘oohhh’ dan tidak menunjukkan adanya sikap membantu sama sekali. Tapi baiklah dia terus saja memaksaku untuk menceritakan masalah ku ini.

“Baiklah hyung. aku akan menceritakan kepadamu.” Aku menoleh kearahnya dengan malas. Aku melihat Minseok hyung begitu antusias saat aku mengucapkan kata menceritakan padanya.

“Luhan hyung…….” aku sedikit menggantungkan kata-kata ku. Menghela nafas sebentar dan melanjutkan bercerita. “Dia sudah tidak hangat seperti dulu. Sikap dia berubah dingin padaku. Tidak ada senyuman dia yang manis. Tidak ada pelukan dia yang hangat. Tidak ada tawa dia yang merdu. Dan tidak ada tatapan khawatir yang dia tunjukkan padaku. Aku begitu frustasi dengan sikap Luhan hyung yang tiba-tiba dingin seperti itu. Setiap kali aku bertanya ‘mengapa kau menjadi dingin seperti ini hyung?’ dia hanya diam tidak memperdulikan ku. Aku terus bersabar menghadapi sikap dia yang akhir-akhir ini begitu dingin.”

Aku melirik sebentar kearah Minseok hyung. Dia masih terus saja antusias mendengarkan ceritaku. Sepertinya dia begitu tertarik dengan ceritaku ini. Aku menghela nafas ku dengan malas. Ya tetap antusias seperti yang lainnya lalu saat aku selesai bercerita dia akan bingung dengan solusi yang akan dia berikan padaku.

“Aku begitu merindukan Luhan hyung yang dulu. Menurut hyung, apa yang membuat sikap Luhan hyung tiba-tiba berubah dingin kepadaku?” pertanyaan ku membuatnya sedikit merubah ekspresi diwajahnya. Menunjukkan ekspresi berpikir.

“Mungkin Luhan sedang kesal padamu. Apakah kau membuat dia marah?” yaahh tetap pertanyaan yang sama yang aku dengar. ‘mungkin Luhan sedang kesal padamu? Apakah kau membuat dia marah?’ yakkk…sejak kapan aku membuat Luhan hyung marah. Aku sama sekali tidak pernah membuat dia marah bahkan membuat dia menangis pun tidak pernah. Aku mengacak rambutku kesal.

“Sudah kubilang jangan membuat rambutmu berantakan Sehun-ah.” Dia memegang tangan ku untuk menghentikan ku mengacak surai coklat ku yang sekarang sudah terlihat berantakan. Minseok hyung tersenyum manis kepadaku. Senyuman yang selalu bisa membuat ku tenang. Senyumannya begitu manis seperti milik Luhan hyung. Minseok hyung menata rambutku dan membelai pipiku dengan lembut. Tatapan matanya begitu hangat. ‘Sial! Berhentilah berdetak dengan cepat! Bisakah jantungku berdetak seperti biasanya? Ohh ayolah apa sekarang aku sudah mulai menyukai hyung berpipi bulat ini?’ Sehun terus melawan debaran jantungnya yang semakin lama semakin berdetak dengan kencang.

“Sepertinya Luhan sedang ada masalah yang membuat dia bersikap seperti itu padamu. Sikap dinginnya tidak hanya dia tunjukkan padamu saja. Suho dkk pun juga merasakan hal yang sama seperti mu. Aku pun juga sama. Rusa bodoh itu sedang merahasiakan sesuatu kepada kita semua.” Minseok hyung kembali menata rambutku. “Hyung apakah kau pernah merasakan jantungmu berdebar kencang saat ada seseorang sedang ada bersama denganmu?” pertanyaanku membuatnya menge]hentikan aktifitasnya menata rambutku.

“Membuat jantung berdebar kencang? Tentu saja aku pernah merasakannya. Dan aku berpikir bahwa aku menyukai orang itu. Orang yang membuat jantungku terus berdebar kencang saat berada didekatnya. Wae? Apakah kau saat ini sedang merasakan hal itu?” dia menatapku dengan memperlihatkan senyum manisnya. Ohh ayolah hyung kau jangan terus-terusan menunjukkan senyum seperti itu. Apakah kau ingin membuat jantungku copot saat ini juga?

“Ti-ti-tidak hyung. A-aku hanya bertanya saja padamu.” Aku tertawa kikuk. Sial! Sial! Sial! Kau sungguh bodoh Sehun! Mengapa kau bertanya seperti itu? Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku terus merutuki diri ku sendiri.

“Gwaenchana Sehun-ah. Bila kau menyukai orang lain selain Luhan. Tapi kau harus memutuskan Luhan terlebih dahulu. Jangan sampai kau membuatnya tambah marah karena kau menyukai seseorang selain dia sekarang.”

Yaa tentu saja. Aku menyukai seseorang selain Luhan hyung. Dan itu kau hyung. Sekarang aku tidak tahu lagi harus memasang ekspresi seperti apa. Aku benar-benar dibuat salah tingkah oleh jantungku ini. Sial! Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini bila menyukai seseorang. Ck! Minseok hyung kau sudah berhasil membuatku seperti orang bodoh sekarang.

“Tentang Luhan yang tadi kau ceritakan padaku, sebaiknya kau harus bersikap tegas padanya. Kau jangan mau terus-terus diabaikan oleh Luhan seperti itu. Meskipun kau dan Luhan sama-sama bersikap dingin, tapi salah satu diantara kalian harus ada yang mengalah biar masalah ini cepat selesai.” Aku melihat Minseok hyung menghela nafasnya sebentar sebelum melanjutkan perkataanya. “Baiklah. Aku akan membantumu berbicara pada Luhan. Mungkin bila aku yang berbicara dia akan sedikit luluh dan mau bersikap baik padamu.”

Aku hanya mengangguk saja mengikuti saran Minseok hyung. Yaa saran Minseok hyung Aku terkejut mendapati sikap Minseok hyung yang ternyata berbeda sekali dengan orang-orang yang pernah aku ceritakan masalahku ini. Sepertinya memang jangan melihat orang dari tampilan luarnya tapi lihatlah dari tampilan dalamnya.

“Baiklah. Sekarang sebaiknya kita pulang. Besok kita masih harus ke sekolah bukan? Kajja kita pergi dari sini.” Minseok hyung merangkul pundakku yang sontak membuat ku sedikit terkejut.  Aku kembali menampakkan senyum ku padanya. Sepertinya sekarang aku begitu senang akan melakukan hal yang disebut dengan ‘tersenyum’ ini. Ini semua berkat hyung berpipi bulat ini. Dia sudah berhasil membuat ku menjadi orang bodoh dan menampakkan senyum manis seperti ini.

“Aigooo~ coba lihat sekarang. Kau tersenyum lagi huh? Ckck~ terlihat begitu manis.” apa-apaan dia. Mengapa dia menggoda seperti ini. Aku langsung berdiri yang membuat rangkulan Minseok hyung dipundakku terlepas dengan paksa. “Kau jangan menceritakan hal ini kepada siapa pun hyung.” aku berjalan pergi meninggalkan dia yang masih tertawa geli. Mungkin Minseok hyung menertawakan ku. Sudahlah aku tidak tahu.

Sekarang aku benar-benar akan menjauhimu hyung. Aku tidak akan mendekatimu lagi. Kau sudah membuat ku begitu bodoh dihadapanmu karena debaran jantung ku yang terus berdetak kencang saat ada didekatmu. Yahh aku mengakui kalau aku menyukaimu, Kim Minseok.

-End-

Akhirnya chaper ke 2 telah selesai ^^

Tunggu chapter selanjutnya ne. . chapter terakhir di cerita ini.

Pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*