Sabtu, 26 Juli 2014

FF XiuHan/Lumin Couple

++_Playground_++


Main Cast :
  • XiuHan/LuMin
Other Cast :
  • Suho


Taman bermain yang begitu ramai dipadati oleh anak-anak kecil. Bermain dengan begitu riang gembira tanpa ada sedikit pun dari wajah mereka yang bersedih. Berkejar-kejaran. Petak umpet. Ayunan. Sepak bola. Tetapi di sudut taman, yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang tumbuh dengan cantiknya, terlihat seorang namja kecil sedang duduk disekitar bunga-bunga tersebut. Raut wajah yang terlihat sedih sedang menemaninya saat ini. Terdengar suara tangis dibalik wajah yang dia sembunyikan. Luhan. Itulah nama namja kecil yang sedang menangis saat ini.

Seorang namja kecil yang berpipi bulat menghampiri Luhan. Dia duduk disampinya dan memperhatikan Luhan yang sedang menangis. Xiumin. Itulah nama namja kecil berpipi bulat tersebut. Luhan yang menyadari ada seseorang disampingnya, langsung menoleh kearah Xiumin. Beberapa detik mereka berdua saling menatap. Kemudian, Xiumin dengan wajah polosnya menyeka air mata Luhan yang membasahi pipi Luhan.

“Uljima. Seorang namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit apapun itu, tapi dia harus bertahan.” Ucap Xiumin kecil seperti seorang namja yang sudah dewasa. Luhan terlihat begitu kaget dan wajahnya sekarang terlihat memerah. Luhan langsung menghentikan tangisannya setelah mendengar ucapakan Xiumin. Xiumin kemudian tersenyum dan berkata, “Kau jangan sedih. Ada aku disini. Aku akan menemanimu bermain.” Luhan hanya diam saja dan terus menatap ke arah Xiumin. Xiumin berdiri dan mengulurkan tangang kecilnya kearah Luhan untuk membantunya berdiri. “Kajja, kita bermain.” Luhan menerima uluran tangan Xiumin. “Kau ingin bermain apa?” tanya Xiumin. Luhan hanya terus diam tanpa mengeluarkan suaranya. “Bagaimana kalau kita bermain sepak bola saja? apakah kau menyukainya?” tanya Xiumin lagi. Luhan tidak menjawab dan terus saja diam.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan setengah baya –Nyonya Kim- yang memanggil namanya Xiumin dari kejauhan. “Xiumin-ah….ayo kita pulang. Hari sudah semakin sore. Nanti Appa mu mencari kita berdua.” Kata Nyonya Kim sambil melambaikan tangannya kearah Xiumin dan Luhan. “Ne eomma. Chakamanyo~” Xiumin kembali melihat kearah Luhan yang daritadi terus memperhatikannya. “Mianhae~ Sepertinya kita tidak bisa bermain hari ini. Kita bermain besok saja ya. Aku akan menunggumu ditaman besok.” Luhan langsung menggelengkan kepalanya cepat. “Waeyo? Apakah kau tidak bisa bermain sepak bola besok dengan ku?” tanya Xiumin penasaran. “Xiumin-ah….palliwa~” suara Nyonya Kim membuyarkan lamunan Luhan. “Baiklah, aku akan menunggumu besok sore ditaman. Aku pergi duluan.” Xiumin berlari kecil meninggalkan Luhan yang sendirian menuju ibunya yang menunggunya dipinggir taman.

Luhan terus saja melihat kepergian Xiumin. Wajahnya menampakkan sebuah senyuman kecil dibalik raut wajahnya yang sedih. “Mianhae, besok aku tidak akan datang ke taman ini lagi dan bermain sepak bola dengan mu, Xiumin. Tapi aku akan terus mengingat namamu. Xiumin.” Dan Luhan pergi meninggalkan tempat yang sedari tadi dia tempati. Taman yang mempertemukan mereka berdua akan terus Luhan ingat selalu.

-
-
-
Beberapa tahun kemudian…..
-
-
-

“Yaaa, Tuan Muda Xi Luhan. Ayo cepat bangun. Kalau kau tidak bangun, kau akan terlambat ke sekolah, bukankah ini hari pertamamu masuk ke sekolah.” Suara Nyonya Xi bergema di seluruh kamar Luhan. Luhan yang mendengarnya hanya bisa memaksakan untuk bangun dari tempat tidurnya yang aslinya dia sangat enggan untuk meninggalkan tempat tidurnya itu. “Ne eomma. Aku sudah bangun sekarang.” kata Luhan sambil berjalan menuju ke kamar mandi dengan mata tertutup. “Cepat kau bersiap-siap dan jangan lupa sarapanmu.” Nyonya Xi kemudian pergi meninggalkan kamar Luhan.

Luhan yang sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah langsung turun meninggalkan kamarnya. Dia langsung bergabung dengan eomma dan appanya diruang makan. “Bisakah kau makan dengan pelan, Luhan?” kata Tuan Xi. Luhan hanya tertawa kecil mendengar perkataan appanya. “Luhan, eomma harap dihari pertamamu sekolah, jangan membuat ulah. Jangan seperti dulu kau selalu membuat ulah disekolah lamamu.” Luhan menghentikan aktivitas mengunyahnya. Dia berhenti sejenak mencerna perkataan eommanya. Sambil tersenyum, dia berkata pada eommanya, “Ne eomma. Kau jangan khawatir. Anakmu yang tampan ini tidak akan membuat ulah lagi.” Nyonya Xi hanya tersenyum melihat kelakuan anak tunggalnya itu. “Baiklah anak tampan, kajja kita berangkat. Nanti kau akan terlambat ke sekolah.” Tuan Xi berdiri dan disusul Luhan. Mereka berdua kemudian berangkat meninggalkan Nyonya Xi sendirian dirumah.


-Di Sekolah-

“Sudah sampai disekolah barumu. Ingat apa yang eommamu katakan tadi.” kata Tuan Xi tegas. “Ne appa. Aku sangat mengingat perkataan eomma tadi. Appa jangan mengkhawatirkannya. Aku pergi dulu appa. Appa hati-hatilah berangkat ke kantor.” Luhan keluar dari mobil. Beberapa detik Tuan Xi masih melihat Luhan pergi masuk menuju kearea sekolah barunya kemudian dia menginjak gas mobil setelah Luhan menghilang dibalik gerbang sekolah barunya.

-Luhan POV-

Aku berjalan di lorong sekolah. Sepertinya jam pelajaran sudah dimulai. Batin ku. Aku melihat seorang namja sedang berjalan kearah ku. Dia berhenti tepat didepan ku sekarang. Dia menatap ku begitu tajam. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan penampilanku? Tanya ku dalam hati.

“Apakah kau anak baru itu?” tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk pelan padanya. “Namaku Suho. Aku berada ditingkat tiga sekarang. Kau ikutlah dengan ku. Aku akan menunjukkan ruang gurunya padamu.” Dia berbalik dan berjalan meninggalkan ku. Aku hanya diam ditempat ku dan melihat dia berjalan meninggalkan ku. Sepertinya dia sadar dengan ketidakhadiranku untuk mengikutinya berjalan. Dia menoleh kebelakang dan melihatku. “Yaa…kenapa kau masih saja berdiri disitu? kajja kita pergi.” Aku kemudian berjalan menyusulnya dari belakang.

Sesampainya diruang guru, Suho menghampiri seorang guru muda yang sedang duduk menghadap layar komputernya. Aku melihat dia berbicara padanya. Sambil menunggu Suho selesai berbicara pada guru itu, aku melihat sekeliling ruangan guru. Mataku tiba-tiba tertuju pada salah satu murid yang baru saja masuk. Aku memperhatikan dia dari atas sampai bawah. Yaa..aku memperhatikan dia begitu detail. Aku melihat wajahnya. Dia begitu manis. Batinku. Aku tersenyum sendiri saat melihat wajahnya. Aku terus memperhatikannya sampai aku tidak sadar bahwa Suho memperhatikan ku daritadi.

Aku yang sadar kemudian langsung memperkenalkan diriku pada guru muda yang tadi sedang berbicara pada Suho. “Annyeonghaseyo seonsangnim. Xi Luhan imnida.” Aku mendengar guru muda itu berdeham kecil. “Panggil saja Jung seonsangnim. Baiklah Suho-ssi, kau bisa mengantar Luhan ke kelasmu sekarang.” Suho yang mendengar perkataan Jung seonsangnim langsung membungkuk mengerti dan meninggalkan ruang guru. Aku langsung membungkuk kearah Jung seonsangnim mengikuti Suho keluar ruang guru.
-
-
“Jadi namamu Luhan, eoh?” tanya Suho.
“Ne. Xi Luhan.”
“Kau ternyata satu kelas dengan ku. Sepertinya satu kelas akan sangat heboh dengan kedatanganmu hari ini Luhan. Hahahahah…..” aku mendengar Suho tertawa kecil. Mendengarnya tertawa seperti itu aku menjadi bertanya padanya. Heboh? Memang aku adalah seorang badut sampai membuat seluruh kelas heboh?
“Memang kenapa dengan kedatangan ku sampai kau berkata seperti itu? Apa yang membuatnya heboh?” tanya ku penasaran. Suho menghentikan langkahnya. Dia menoleh karah ku dan menatap ku sebentar lalu memalingkan wajahnya kedapan. Dia menghembuskan nafas kecil.
“Wajahmu. Wajahmu yang akan membuatnya heboh.”
“Apa yang salah dengan wajahku? Apakah wajahku terlihat aneh atau mengerikan?”
“Aniyo. Wajahmu tidak terlihat aneh ataupun mengerikan, tetapi wajahmu begitu cantik, Luhan-ssi. Apakah kau tidak menyadarinya?”
                                                            
Lagi Suho menoleh kearahku. Aku menatap Suho tak percaya. Dia berkata bahwa wajahku begitu cantik. Kenapa semua orang berkata seperti itu setiap kali bertemu dengan ku? Aku hanya bisa menghembuskan nafas ku dengan berat dan tersenyum kecil padanya. Aku melanjutkan langkahku dengan pelan. Suho kemudian menyusulku dan tiba-tiba dia merangkul pundakku.

“Mianhaeyo Luhan-ssi kalau tadi perkataan ku membuatmu kecewa ataupun sedih.” Aku tersenyum kecil dan berkata, “Gwaenchana Suho-ssi. Aku sudah sering mendengar perkataan seperti itu.”
“Tapi kau tenang saja. Tidak hanya kau saja yang memiliki wajah cantik disini. Ada satu namja lagi yang sama cantiknya dengan mu. Dia bahkan mengalahkan cantiknya yeoja yang ada disekolah ini.”

Aku menghentikan langkahku. Aku menoleh kearah Suho dengan tatapan bertanya. Nuguya? Apakah namja yang tadi aku lihat diruang guru itu. Namja yang manis yang memiliki pipi bulat itu. Batinku.

“Apakah kau penasaran dengannya? Kau tenang saja. Kita satu kelas dengannya. Sebentar lagi kau akan bertemu dengannya. “
“Bolehkah aku tahu namanya?”
“Kim Minseok. Namanya adalah Kim Minseok.”
 Aku tersenyum dan melanjutkan langkah ku menuju kelas bersama dengan Suho. Kim Minseok. Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya.

Sampainya dikelas, aku langsung masuk bersama dengan Suho. Suho memberitahu kepada guru yang sedang mengajar di depan kelas. Ternyata benar apa yang dikatakan Suho tadi. Pada saat aku dan Suho masuk, kelas langsung heboh dan ramai dengan kedatangan ku. Tapi aku tidak menghiraukan kehebohan yang terjadi dikelas dikarenakan kehadiranku. Aku fokus menelusiru setiap sudut kelas mencari seorang namja yang dikatakan Suho tadi padaku. Mataku menemukan satu namja berwajah manis duduk dipojokan dekat dengan jendela. Dia melihat kearah luar jendela. Ternyata dugaan ku benar, dia adalah namja yang tadi aku lihat diruang guru. Namja yang memiliki pipi bulat. Namja yang sudah membuatku begitu terpana saat pertama kali melihatnya. Namja yang sudah membuat hatiku berdebar untuk pertama kalinya.

Aku melihat Suho telah selesai berbicara pada guru yang sedang mengajar di depan kelas. “Luhan-ssi, aku duduk duluan. Cho seonsangnim akan memperkenalkanmu.” Bisik Suho padaku yang kemudian langsung pergi menuju ke tempat duduknya. “Yaaa…bisakah kalian semua diam. Baiklah hari ini dikelas kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan namamu.” Aku mengangguk kepada Cho seonsangnim. “Annyeonghaseyo. Xi Luhan imnida. Aku pindahan dari China. Mohon bantuannya semua.” setelah aku memperkenalkan diri di depan kelas, kelas kembali ramai. “Yaaaa…apakah kalian tidak bisa diam?! Luhan, kau sekarang duduk di bangku kosong itu.” Cho seonsangnim menunjuk bangku kosong dan mataku mengikuti arah tangan Cho seonsangnim yang menunjuk bangku untukku. Sedikit ada rasa kecewa dalam hati. Kenapa aku tidak mendapatkan tempat duduk tepat didepan namja berpipi bulat itu. “Ne seonsangnim. Kamsahamnida.” Aku kemudian berjalan menuju bangku ku sambil mencuri pandang kearahnya.

-Luhan POV End-

-Di Kantin-

Suasana di kantin saat ini begitu ramai. Banyak murid-murid yang saling berdesakan hanya untuk mengantri mengambil jatah makan siang mereka. Terlihat Luhan yang duduk sendirian disudut kantin. Dia hanya bisa menghela nafas berat melihat tingkah penggemar barunya terus saja mengelilinginya. Aku mohon siapa saja tolong aku. Aku butuh bantuan untuk keluar dari kerimunan ini. Batinnya. Luhan tersenyum menang saat melihat Suho datang menghampirinya. Suho mengusir kerumunan penggemar Luhan dadakan dengan hanya sekali bentak. Pada akhirnya penggemar Luhan dadakan tersebut pergi dengan mengomel tak karuan karena sudah diusir oleh Suho.

“Gomawo sudah mengusir mereka Suho-ssi.” Luhan tersenyum pada Suho dan Suho membalas dengan senyuman juga. “Aku tahu apa yang kau rasakan Luhan. Hahahah…..” Suho kemudian duduk didepan Luhan. “Apakah kau tidak memesan sesuatu?” Luhan hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Beberapa menit hanya keheningan yang menemani mereka berdua. “Aku tidak melihat namja yang kau sebut manis itu, Suho-ssi.” Perkataan Luhan membuyarkan keheningan diantara mereka berdua. Beberapa detik Suho menatap Luhan lalu menjawab, “Kau sudah melihatnya tadi. Saat diruang guru dan saat kau masuk ke kelas tadi. Aku tahu kau terus memperhatikannya. Apakah kau tertarik padanya, Luhan?” Suho memicingkan kedua matanya. Menatap Luhan tak percaya.

“Ne, aku tertarik padanya. Saat aku melihatnya pertama kali masuk keruang guru, aku langsung menyukainya.” Luhan tersenyum kecil dan melihat Suho dengan ekspresi ingin tertawa. “Apa yang lucu dengan perkataan ku? Kenapa kau seperti ingin tertawa, eoh?” tanya Luhan yang kemudian disambut tawa Suho yang meledak. “Wahh kau benar-benar menyukai Minseokie. Kau harus berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Dia sangat sulit untuk didekati. Kalau tidak salah, kemarin dia telah mendapatkan pernyataan cinta dari Kris, anak kelas sebelah. Dia menyatakan cintanya kepada Minseok dihadapan seluruh kelas ku. Dan kau tahu apa yang dijawab oleh Minseok? Dia menolaknya. Dia menolak cinta dari Kris. Setelah itu dia pergi meninggalkan kelas tanpa adanya kata maaf buat Kris.” Kata Suho panjang lebar. Luhan yang mendengar perkataan Suho langsung semangat.

Sepertinya ini akan sangat menarik. Lihat lah Minseok, pasti aku orang pertama yang akan menaklukkanmu. Batinnya. Luhan hanya senyum-senyum sendiri dengan pikiran akan rencana bagaimana untuk mendekati Minseok keesokkan harinya.

***

-Luhan POV-

Setiap hari aku terus memperhatikan Minseok. Aku terus berusaha setiap hari untuk mendekatinya. Berteman dengannya. Yahh tentu saja sangat sulit untuk hanya sekedar berbicara padanya. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku terus berada disekitarnya setiap hari. Seperti hari ini aku menemaninya untuk membersihkan kelas karena memang hari ini adalah gilirannya untuk piket membersihkan kelas.
                             
“Aku akan membantumu membersihkan kelas, baozi.” Kataku dengan menujukkan senyuman padanya. Tentang aku memanggil namanya dengan sebutan baozi, dia sama sekali tidak marah padaku saat aku pertama memanggilnya seperti itu. Aku sempat merasa takut saat aku memanggilnya seperti itu pertama kali, tapi kemudian aku melihat Minseok seperti tersenyum menerima panggilan itu. Alasan ku memanggilnya seperti itu karena memang dia memiliki pipi yang bulat dan kulitnya yang begitu putih seperti susu.

“Kau tidak perlu membantuku lagi Luhan-ah.” Seperti itulah jawabannya bila setiap kali aku akan membantunya piket membersihkan kelas. “Gwaenchana baozi. Aku membantumu karena aku ingin. Dan kau tidak bisa memaksaku untuk pulang lebih dulu. Aku tidak akan pulang. Aku akan pulang bila sudah selesai membantumu.” Kataku dengan nada memaksa. Aku melihat ekspresi wajahnya berubah. Berubah menjadi kesedihan yang sekarang mendominasi menutupi wajah imutnya. Aku mendekatinya.

“Gwaenchana?” tanya ku. Minseok hanya menatapku dengan tatapan seperti ingin menyuruhku pergi dari kelas ini. Aku membelai pipinya lembut. “Aku tidak akan pergi dari sini meskipun kau memaksaku untuk pergi. Aku akan membantumu dan menemanimu sampai kau selesai membersihkan kelas ini. Aku tidak ingin pergi jauh darimu, baozi.” Aku berkata dengan nada yang sangat lembut. Aku sangat senang melihat wajahnya sekarang menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman yang selalu berhasil membuat debaran jantung selalu berdetak tak karuan.

“Gomawo Luhan-ah. Kau begitu baik padaku.” Minseok menggenggam tangan ku lembut. Aku tersenyum melihat sikapnya yang akhir-akhir ini sepertinya sudah mulai memberikan respon baik padaku. “Nanti setelah kita selesai membersihkan kelas, aku akan mentraktirmu makan. Bagaimana?” tanya ku. Dan tanpa basa-basi Minseok langsung memeluk ku. Aku begitu keget dengan sikapnya yang begitu tiba-tiba. Dalam pelukannya dia berkata, “Luhan-ah~ terima kasih kau sudah mau menjadi teman ku. Kau begitu baik padaku.” Minseok melepaskan pelukannya dan melanjutkan berbicara padaku. “Padahal aku selalu bersikap dingin padamu. Tapi kau terus saja berusaha mendekatiku. Gomawo Luhan.” Dia kembali memeluk ku. Pelukan yang begitu erat.

Aku tidak peduli dengan debaran jantung ku yang sedaritadi terus berdebar dengan cepat. Aku membalas pelukkannya. Menenggelamkan wajahku dipundaknya. Aku berharap hari ini tidak berakhir begitu cepat. Aku ingin terus seperti ini dengan mu, Minseok.
-
-
Aku mengajaknya makan disebuah kedai masakan China. Dia begitu terkejut saat aku mengajaknya masuk. “Tenang saja. Aku yakin kau akan menyukai masakannya.” Minseok tersenyum dan kembali berjalan masuk ke kedai. Aku memesan dua buah mangkuk jajangmyun. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memberanikan diri bertanya padanya tentang orang yag dia sukai. Dengan malu-malu aku bertanya padanya.

“Orang yang kusukai? Aku menyukainya saat pertama kali bertemu dengannya. Saat itu umurku masih 7 tahun. Tapi aku tidak tahu mengapa aku sudah merasakan sebuah perasaan suka padanya. Lalu, bagaimana dengan mu Luhan? Apakah ada seseorang yang kau sukai?”
“Sama dengan mu baozi. Aku juga menyukai seseorang pada umur 7 tahun. Tapi saat itu juga aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Aku pergi meninggalkannya.”
“Waeyo? Kenapa kau pergi meninggalkannya?”
“Karena keluargaku akan pindah ke China. Satu hari terakhir saat berada di Korea, saat itu juga aku bertemu dengannya. Cinta pertamaku.”
“Apakah kau tidak berusaha untuk mencarinya?”
“Ani. Emmo melarangku untuk pergi lagi. Saat itu aku langsung menangis seperti orang gila. Aku merasakan saat itu air mataku sudah tidak ada yang keluar lagi. Tapi aku terus saja menangis.”
“Apakah sampai sekarang kau masih menyukainya?”
“Ne. Aku masih menyukainya. Tapi aku juga bingung untuk saat ini. Tiba-tiba aku menyukai orang lain selain dirinya.”
“Wahh~ apakah kau akan melupakannya?”
“Mollayo~”

Perbincangan kami berhenti ketika seorang pelayan datang membawa pesanan kami. Aku dan Minseok langsung memakan jajangmyun dengan lahap karena sedari tadi memang perut kami sudah menahan lapar setelah membersihkan kelas tadi.
                  
“Xiumin.” tiba-tiba aku mendengar ada seseorang memanggil nama yang tidak asing bagiku. Aku langsung mengongakkan kepalaku dan melihat sumber suara yang memanggil nama itu. Nama yang terus aku ingat sampai sekarang. Aku melihat Minseok tersenyum pada seseorang.

“Xiumin. Kau benar Xiumin hyung kan?” seseorang menghampiri meja kami dan duduk diantara Minseok dan aku. “Ne. Tentu saja aku Xiumin. Kau kira siapa huh?” aku melihat kearah Minseok dengan muka tidak mengerti  sekaligus tidak percaya. Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini membuat ku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Dan sekarang dia ada dihadapan ku. Jadi Minseok adalah Xiumin. Apakah aku sedang bermimpi sekarang?

“Xiumin. Mengapa dia memanggilmu Xiumin, baozi?” pertanyaan ku memotong pembicaraan Minseok dan orang itu. Minseok menatap ku beberapa detik. Mengerjap-ngerjapkan matanya. Dan itu membuatnya terlihat begitu menggemaskan.

“Xiumin. Itu adalah nama panggilan ku saat aku kecil, Luhan-ah. Memangnya kenapa?”
“Ahh begitu. Ani. Tidak apa-apa.” Aku menggaruk belakang kepala ku yang memang tidak gatal sama sekali. Aku menatap Minseok dengan tatapan yang terus bertanya-tanya.

Kalau memang benar Minseok adalah orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini sudah terdiam dihatiku sejak umur ku 7 tahun. Sekarang dia telah berada tepat dihadapan ku. Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mencarimu lagi, Xiumin. Aku tersenyum sendiri memikirkan tentangnya.

                                                                        ***

Sudah beberapa bulan sejak aku mengetahui bahwa Minseok adalah Xiumin. Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini membuatku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Aku begitu gembira melihat kenyataan bahwa selama ini orang yang aku cari ternyata ada dihadapanku saat ini. Aku dan dia semakin dekat sekarang.

Hari ini aku mengajak Minseok keluar untuk jalan-jalan berkeliling kota. Entah mengapa setiap hari bila tidak bersamanya aku merasa sangat tidak betah. Aku merasa kesepian tanpanya. Seperti aku kehilangan sebuah benda berharga dalam hidupku. Memang aku sangat menyanginya dan begitu mencintainya. Aku rela melakukan apapun demi untuk bertemu dengannya. Aku berfikir, aku akan menyatakan perasaan ku padanya hari ini. Aku sudah berpikir dari semalaman tentang pernyataan cintaku padanya. Aku juga sudah menyiapkan hatiku bila dia menolak ku. Yahhh aku sudah prepare dengan semua itu. Dengan semua keputusan Minseok yang dia berikan padaku.

Sudah pukul 4 sore. Aku menunggunya disebuah taman dekat sekolah. Apakah aku yang terlalu cepat atau memang waktu yang berjalan begitu lambat. Kenapa aku begitu gugup sekarang? apakah karena hari ini aku akan mengungkapkan semua perasaan ku padanya? Molla.

Aku melihat Minseok berjalan kearah ku. Aku tersenyum melihat dia datang. Dan dengan tetap mempertahankan debaran jantungku ini. Dia duduk disampingku sekarang. Aku menatap kearahnya begitu lekat. Aku sedang mempersiapkan hatiku sekarang.

“Baozi-yah~ sebelum kita pergi jalan-jalan, ada hal yang mau aku katakan padamu.”
“Mwoya?”
“Orang yang kemarin aku ceritakan padamu. Orang yang aku sukai saat ini.”
“Ahhh tentang itu. Memangnya ada apa dengannya? Apakah kau akan menyatakan perasaan mu padanya?”
“Ne. Hari ini aku berencana menyatakan perasaan ku padanya. Dan aku juga sangat senang mendengar bahwa orang yang aku sukai saat ini adalah orang yang aku cari dari dulu. Orang yang kusukai saat aku berumur 7 tahun.”
“Jinjjayo? Nuguya? Bisakah aku mengenalnya Luhan-ah?”
“Kau baozi. Kau orang yang selama ini aku cari. Orang yang sudah membuatmu menunggu di taman itu adalah aku.”

Aku melihat ekspresi Minseok bingung. Pada akhirnya aku menceritakan kejadian saat aku bertemu dengannya ditaman dulu. Minseok hanya menatapku dengan tatapan tidak percaya. Setelah aku selesai bercerita, Minseok menatapku beberapa detik. Aku merasa sepertinya dia tidak akan menerima perasaan ku. Aku bisa melihat dari tatapan matanya yang seperti berkata itu tidak mungkin. Aku menghelas nafas dengan berat.

“Baiklah. Lebih baik kita pergi saja dari sini. Hahahah….” Aku berdiri dan tertawa kecil. Aku sekarang tidak berani menatapnya. Aku takut bila Minseok akan menertawaiku tentang cerita masa laluku. Aku merasakan tangan Minseok menahan lengan ku. Aku menoleh kearahnya. “Min-“ belum selesai aku berkata, Minseok sudah memeluk ku. Aku mendengar suara isakan dibalik pelukannya. Aku membalas pelukannya dengan erat. Untuk saat ini aku tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku membiarkan Minseok mengeluarkan air matanya.

Minseok melepaskan pelukannya. Aku menatap wajah Minseok yang memerah karena tangisannya tadi. Aku menghapus air matanya yang membanjiri kedua pipi bulatnya dengan lembut.

“Uljima. Seorang namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit apapun itu, tapi dia harus bertahan.” Minseok melebarkan kedua matanya. Benar. Itulah kata-katamu saat kau menghiburku dulu Minseok. Kata-kata yang tak pernah aku lupakan. Kau pasti sangat terkejut bahwa aku masih mengingat kata-kata itu.

Minseok kembali memeluk ku. Dia tersenyum manis dibalik pelukanku. “Saranghaeyo Luhan-ah~” aku tersenyum mendengar sebuah kata yang dari dulu ingin aku dengar darinya. Dan sekarang aku begitu gembira telah mendengar ucapan itu keluar dari mulut manisnya. “Nado saranghaeyo baozi.” Aku memeluknya dengan erat. Membelai rambutnnya lembut. Mengecup pucuk kepalanya dengan lembut. Aku tidak akan meninggalkan mu untuk kedua kalinya baozi. Aku akan terus berada disampingmu selamanya.


***

10 komentar:

  1. Omoooooo!!!!! Ini fluff-nya kerasa banget >/////< daebak!!!

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Wwahh pas bgt tgl komennya sama Lahirnya OA Lumin di Line wkwkwk xD btw makasih yaa~ :)

      Hapus
  3. waah seneng bacanya~ lumin emang best couple bgt bgt dah !!
    daebak author-nim

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumin mah emang best couple diantara crack couple lainnya/gag wkwkwk makasih yaa udah review/? :)

      Hapus