“Aku terus mengurung diri
dikamar. Entah sudah berapa minggu aku tidak keluar kamar ku. Aku merasa berada
didalam kamar membuatku bisa melupakanmu. Melupakan semua kenangan kita.
Melupakan semua kenangan yang sudah kita ukir setiap harinya. Melupakan semua
senyummu, suaramu, tawamu, dan wajah manismu. Aku mencoba untuk menutup kedua
mataku. Melupakan semua kejadian itu.”
-_The
Snow Man_-
Main Cast :
- Kim Minseok/Xiumin
- Oh Sehun
Other Cast :
- Park Chanyeol
- Xi Luhan
Sekolah yang
megah dengan bangunan setengah bergaya Eropa itu berdiri kokoh dihamparan luas
pertengahan hutan pohon-pohon oak yang begitu rimbun. “Yaaakk Oh Sehun. Aku
dari tadi mencari mu. Mengapa kau suka sekali disini?” tanya seorang namja
bertubuh tinggi dengan senyuman super lebarnya menampakan deretan gigi rapi dan
putihnya itu. Namja yang dipanggil dengan Oh Sehun itu hanya menoleh dan
menatap namja bertubuh tinggi dengan tatapan malas. Sehun menghela napas berat.
Dia kembali melihat kearah depan. Memandangi lukisan alam yang terlihat begitu
indah dengan banyak berdirinya pohon-pohon oak disekelilingi sekolahnya. “Mengapa
kau mencariku, Chanyeol?” tanya Sehun tetap dengan memandang arah depan. “Dia
kembali Sehun. Dia sekarang bersekolah disini.” Kata Chanyeol dengan nada
bersemangat.
Beberapa menit
mereka berdua terdiam. Hanya terdengar bunyi hembusan angin yang kencang. “Memang
siapa yang kembali?” pertanyaan Sehun membuyarkan keheningan. “Kau pasti tidak
percaya bila aku menyebutkan namanya.” Kini wajah Chanyeol menampakkan
keseriusan. “Nuguya?” tanya Sehun dengan malas. Chanyeol menghela nafas sebelum
menjawab pertanyaan Sehun. Dia menatap kearah Sehun dengan wajah seriusnya.
“Minseok hyung. Kim Minseok. Dia kembali lagi.”
Sehun yang
mendengar perkataan Chanyeol terbelalak kaget. Tidak biasanya Sehun menampakkan
ekspresi seperti itu setelah 2 tahun setelah kejadian itu. Setelah kejadian itu
Sehun selalu menampakkan ekspresi yang datar. Kejadian yang Sehun sudah lupakan
kini kembali menyusuri pikirannya lagi.
-Flashback (Sehun
POV)-
Musim dingin
yang menyerang kota Seoul semakin menjadi-jadi. Aku berjalan mencarinya disetiap
sudut kota. Terus mencarinya. Aku sekarang merasa seperti orang gila.
Mencarinya seperti orang gila dengan terus memanggil namanya. “Minseok hyung,
kau dimana? Kim Minseok…..” terus aku memanggil namanya. Tapi nihil tanpa ada
balasan darinya. ‘Apakah aku harus menyerah untuk mencarimu hyung?’ pikiran itu
terus berada di otak ku.
“Sehun-ah..”
aku mendengar suaranya memanggil namaku. Apakah itu hanya halusinasi ku saja
mendengar suaranya memanggil namaku. “Sehun-ah..” suara itu semakin dekat. Aku
merasakan ada tangan yang menyentuh pundakku. Aku menoleh dan mendapati orang
yang aku cari telah ada dihadapan ku sekarang. Dia tersenyum padaku. “Apa yang
kau lakukan disini? Salju yang turun hari ini begitu deras. Dan akan terjadi
badai salju kecil. Bila kau tidak pulang kau akan terkena badai salju itu.” Aku
mendengar suaranya tertawa pelan. Aku masih saja menatap ke arahnya dengan
tatapan gembira bercampur dengan ingin menangis. Aku juga tidak tahu harus
memasang wajah seperti apa lagi untuk melihatmu.
Aku langsung
menariknya, membawanya dalam dekapanku. Memeluknya dengan erat. Aku tidak
peduli dengan tatapan bertanya dia padaku. Yang aku inginkan sekarang hanya
memeluk mu agar kau tidak menghilang lagi dari hadapan ku. Aku ingin terus memelukmu agar kau tidak pergi
meninggalkan ku.
“Sehun-ah
mianhae. Aku tidak bisa menjagamu dengan baik. Aku hanya bisa menyusahkanmu
saja. Dan memang ini sudah menjadi jalan ku bila aku pergi meninggalkanmu. Kau
tidak lagi merasa kesusahan untuk menjalani hari-harimu. Kau bisa keluar dengan
teman-temanmu tanpa sedikitpun memikirkanku.”
Aku tidak bisa
mengeluarkan sepatah katapun. Bibirku terasa seperti ada sebuah lem yang sedang
terukir rapi dibibirku. Aku hanya bisa menatap wajahnya yang kini memucat. Sekarang
aku merasakan air mataku keluar. Kristal bening itu terus keluar tanpa henti.
“Mianhae
Sehun-ah. Selama ini aku tidak bisa memberimu sesuatu yang berharga. Aku hanya
bisa memberimu kesusahan dengan merawatku terus setiap hari.”
Minseok hyung
memberikanku sesuatu. Aku membukanya. Sebuah snowglobe. Aku menatap kearahnya.
Dia tersenyum padaku. “Mianhae aku hanya bisa memberikan benda itu padamu. Kau
tahu kan kalau aku sangat menyukai salju. Aku memberikanmu benda itu karena aku
bisa melihatmu terus meskipun aku sudah tidak ada didunia ini lagi. Ingatlah
Sehun, setiap kali salju turun pada tahun pertama, aku akan datang padamu.”
“Kau tidak
benar-benar meninggalkanku kan hyung? Ucapanmu barusan tidak benar-benar
terjadi kan? Dan benda ini, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya membutuhkanmu
hyung. Aku yakin hyung tidak akan pergi meninggalkanku. Aku yakin kau tidak
akan pergi dari dunia ini. Dan berhentilah berkata maaf padaku. Aku yang
seharusnya berkata maaf padamu hyung. Aku yang selama ini sudah menyia-nyiakan
mu. Aku tidak menjagamu dengan baik. Aku yang selalu menyusahkanmu meskipun kau
sedang sakit parah saat itu. Mianhaeyo hyung.”
Aku berucap
dalam tangis ku yang semakin menjadi-jadi. Aku tidak peduli sekarang dengan
pandangan orang-orang kearah ku. Yang menatapku dengan tatapan aneh. Yang
menatap ku dengan tatapan bertanya. Aku tidak peduli. Yang jelas aku sudah
mengucapkan apa yang ingin aku ucapkan dari tadi kepadanya.
“Hyung jebal…
jangan tinggalkan aku. Aku tidak tahu harus hidup dengan siapa lagi kalau bukan
dengan kau, hyung. Kau satu-satunya orang yang selama ini selalu ada untuk ku.”
Aku terus memintanya agar jangan pergi meninggalkan ku. Sekarang aku merasakan
dadaku begitu sesak. Hatiku begitu sakit.
“Sehun-ah…masih
ada orang-orang yang menyayangimu. Teman-temanmu, orang tuamu, semuanya tidak
akan meninggalkanmu. Mereka semua masih ada disisimu Sehun-ah. Tapi kau tenang
saja, meskipun aku pergi jauh tapi aku selalu ada bersama dengan turunnya salju
ini.” Aku merasakan tangan Minseok hyung membelai kedua pipi ku. Menghapus air
mataku yang membasahi pipiku seperti aliran sungai kecil yang mengalir dari
kedua mataku.
“Berjanjilah
pada hyung, kau jangan bersikap seperti anak manja lagi kalau aku sudah tidak
ada. Bersikaplah dewasa. Bukankah kau tidak mau disebut dengan anak kecil
lagi?” Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataannya. Aku tidak bisa lagi
berkata. Lidahku kelu setiap kali ingin berbicara.
“Aku pergi dulu
Sehun-ah. Aku menyayangimu namdongsaeng.” Minseok hyung mencium kening ku dan
pergi meninggalkanku selamanya. Aku terus menangis meskipun air mataku sudah
kering. Aku menjerit memanggil namanya. Hatiku sakit. Dadaku begitu sesak. Dan
akhirnya semuanya menjadi begitu gelap.
-Flasback End (Sehun
POV End)-
“Kau jangan
bercanda Park Chanyeol? Sudah sering kali kau berkata seperti itu. Tapi
nyatanya semua perkataanmu adalah bohong.” Sehun pergi meninggalkan Chanyeol
yang masih setia ditempatnya. “Terserah kau saja bila kau tidak mempercayaiku
Oh Sehun. Kau hanya harus bertemu dengannya sendiri. Jangan mencariku bila kau
sudah melihatnya dengan kedua matamu sendiri.” teriak Chanyeol yang hanya
dijawab Sehun dengan lambaian tangannya pertanda dia pergi meninggalkan
Chanyeol.
-Sehun POV-
Aku berjalan
menyusuri lorong yang sepi menuju perpustakaan. Yaa itu adalah tempat favoritku
untuk tidur disaat aku sedang malas masuk kelas. Aku melihat Luhan hyung sedang
berbicara pada seseorang. Dia melihatku dan melambaikan tangannya pada ku. Aku
menghampirinya.
“Beruntung aku
bertemu dengan mu. Perkenalkan, dia adalah teman sekelasku yang baru dari
China. Namanya adalah Xiumin.”
Aku menoleh
kearah namja yang ada disebelahku. Aku benar-benar terkejut. Aku tidak bisa berkata
apa-apa. Bibirku begitu rapat untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Badan ku
terasa begitu berat untuk digerakkan. ‘Apakah aku sedang bermimpi sekarang?’
tanya ku dalam hati.
“Annyeong
haseyo. Xiumin imnida.” Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum padaku. Aku
tidak bisa menggerakkan tangan ku. ‘Kenapa begitu berat hanya untuk membalas jabatan
tangannya?’ Luhan hyung menyenggolku dan aku tersadar dari lamunanku. “Sehun.
Oh Sehun imnida.” Aku merasakan tangannya begitu lembut saat aku dan dia
berjabat tangan.
Aku melihat
Luhan hyung berdiri disamping Xiumin. Merangkul pundaknya. “Sehunnie..kau harus
mendengar perkataanku dengan seksama ini. Xiumin atau biasa aku memanggilnya
dengan baozi, dia adalah milikku sekarang. Kau dan teman-temanmu jangan sampai
mengganggunya. Apalagi bila kau ingin mendekatinya. Bila akau mengetahuinya, kau
akan mendapatkan akibatnya bila aku melihat kau dan teman-temanmu itu menyentuh
baozi ku.”
“Yaak Lu~ kau
jangan seperti itu. Aku kan juga ingin
berteman dengan Sehun dan teman-temannya itu. “ Perkataan Luhan hyung tadi membuatku
ingin tertawa. Tapi aku menahannya karena aku melihat wajah Xiumin yang begitu
polos dengan perkataannya tadi pada Luhan hyung. Yaaa wajah itu benar-benar
sangat mirip dengannya. “Xiumin hyung yang bilang sendiri ingin berteman
denganku hyung. Dan mengapa kau over protektif sekali padanya? Kau bahkan bukan
kekasihnya kan?” Aku menjulurkan lidah ku mengejek kearah Luhan hyung. Aku
mendengar dia tertawa. Aku terkejut mendengar suara tawanya. Suara tawanya
begitu mirip dengan mu hyung. Mengapa kalian begitu mirip?
“Coba kau
lihat Lu. Salju pertama turun.” Aku mengikuti arah tangannya menunjuk kearah
jendela luar. Benar itu adalah salju pertama yang turun di tahun ini. “Kenapa
kau begitu menyukai salju baozi? Aku benci dengan dinginya salju.” Aku menoleh
kerah Xiumin. Menatap wajahnya dengan teliti. “Karena salju selalu membuatku gembira
Lu. Aku begitu menyukai salju karena salju selalu menemaniku saat kau tidak
ada.”
‘Dia juga
menyukai salju sama sepertimu hyung.’ Batinku. ‘Chakaman! Perkataan itu.
Perkataan itu selalu Minseok hyung katakana padaku waktu dulu. Dan apakah aku
tidak salah mendengar tadi? Salju pertama turun. Apakah benar kau kembali
hyung? Apakah ini benar kau hyung? Orang yang sekarang ada dihadapan ku adalah kau
hyung? Kau datang bersama dengan turunnya salju pertama.’ Tanpa pikir panjang
aku langsung memeluknya. Tidak peduli dengan tatapan Luhan hyung yang menatapku
begitu tajam saat aku memeluk Xiumin hyung. Memeluk hyung ku yang sudah pergi
meninggalkanku. Aku begitu merindukanmu hyung.
“Yaaak Oh
Sehun, apa yang kau lakukan? Mengapa kau memeluk baozi ku begitu erat?” Luhan
hyung memisahkan kami. Aku melihat wajah Xiumin hyung yang begitu polos dengan
tatapan bertanya pada Luhan. “Kau jangan memelukanya seperti tadi Oh Sehun. Bila
kau tidak ingin aku memukulmu, jangan ulangi lagi.” Luhan hyung menatapku
begitu tajam.
Aku merasakan
bahwa sikap Luhan hyung padanya begitu over protektif sekali. Tapi aku tidak
peduli sekarang. Yang pedulikan sekarang adalah orang yang sekarang ada
dihadapanku. Aku menatap wajah Xiumin hyung yang polos. Wajahnya benar-benar
mirip sekali denganmu hyung. Wajah yang sangat aku rindukan. Tatapan hangat
dari matamu begitu sama dengannya hyung. Apakah benar kau telah kembali lagi?
Tapi mengapa kau tidak mengenaliku hyung?
“Kajja kita
pergi saja baozi. Aku tidak ingin Sehun memelukmu lagi.” Aku melihat Luhan
hyung sudah pergi jauh meninggalkanku. Aku terus melihat kepergian mereka
sampai mereka tidak menampakkan bayangan mereka lagi dihadapanku. Aku berbalik
melihat kearah jendela yang memperlihatkan butiran lembut kristal yang turun
dengan perlahan. ‘Hyung jebal jangan meninggalkan ku lagi. Aku begitu
merindukanmu hyung.’ Tanpa sadar air mataku keluar begitu saja. Apa yang harus
aku lakukan sekarang hyung bila kau pergi meninggalkan ku lagi?
“Sehun-ah…”
samar-samar aku mendengar suaramu hyung. Suaramu yang lembut memanggilku. Suara
yang pernah aku dengar 2 tahun lalu. “Sehun-ah….” Lagi. Aku mendengar suaramu
memanggil namaku lagi. “Mungkin aku sudah gila akibat terus memikirkanmu hyung.
Tidak mungkin kau memanggil namaku seperti itu.” Aku tersenyum kesal memikirkan
hal itu. “Sehun-ah…” suara itu lagi. ‘Mengapa suara mu begitu jelas sekali
memanggil namaku hyung?’ “Sehun-ah…” aku menoleh kearah kiri dan mendapati
bahwa Xiumin hyung -dengan nafas yang tersengal-sengal akibat berlari-sekarang
ada dihadapan ku.
‘Aku tidak sedang bermimpi kan? Apakah tadi Xiumin hyung
yang memanggil namaku?’ “Sehun-ah, apakah kau tidak mendengarkan aku. Aku dari
tadi memanggil namamu, tapi mengapa kau tidak mendengarkan ku?” ‘Dia memanggil
namaku.’ Aku terbangun dari pikiranku. “Mianhaeyo hyung. Aku benar-benar tidak
mendengar kalau kau memanggil namaku tadi.” Aku sekarang benar-benar sudah
gila. Gila dengan semua tentangmu hyung.
Aku melihat sebuah senyum terukir diwajah polosnya.
Tiba-tiba dia membelai pipiku dengan lembut. “Kau jangan terus menghukum dirimu
sendiri Sehun-ah. Kau tidak bersalah. Aku tidak ingin melihatmu terus hidup
seperti ini. Dimana Oh Sehun yang dulu selalu ceria? Dimana senyuman Oh Sehun
yang begitu manis? Jebal. Jangan terus menghukum dirimu seperti ini. Kembalilah
seperti Oh Sehun yang dulu. Kau jangan mengkhawatirkan ku. Aku sudah bahagia
sekarang. Aku selalu menyayangimu Sehun-ah.”
Aku terkejut
dengan ucapannya. ‘Apakah benar Xiumin hyung adalah Minseok hyung?’ aku terus
berpikir dengan semua pikiran sadarku, apakah ini hanya sebuah mimpi disiang
bolong atau memang ini benar-benar terjadi? Aku merasakan kapalaku berdenyut
membuat ku begitu pusing memikirkan hal ini.
“Hyung…apakah benar ini kau? Kau
datang hyung? kau kembali hyung?”
“Tentu saja ini aku bodoh! Aku
kan pernah bilang kepadamu bahwa aku selalu datang mengunjungimu saat salju
pertama turun Sehun-ah. Apakah kau sudah lupa dengan perkataanku dulu?”
“Aku tidak melupakannya hyung.
Terima kasih kau sudah kembali lagi. Aku begitu merindukanmu. Sangat
merindukanmu. Jebal hyung, jangan pergi meninggalkanku lagi. Jebal.” Aku
memeluknya begitu erat. Aku bisa merasakan tubuhnya benar-benar ada. Ini bukan
hanya sebuah mimpi. Ini benar-benar kau hyung.
“Uljima Sehun-ah. Aku tidak
meninggalkanmu. Kau harus terus ingat bahwa salju pertama ini selalu
menemanimu.”
Aku melepaskan pelukanku. Melihat
wajahnya. Menatap kedua mata hangatnya. “Lalu apa yang terjadi dengan salju
kedua? Apakah kau akan pergi saat salju kedua turun hyung?”
Aku hanya melihat sebuah senyuman
simpul yang dia berikan padaku. “Hyung, apakah benar kau akan pergi saat salju
kedua turun?” aku kembali mengulang pertanyaan ku. Tapi tetap saja dia hanya
tersenyum padaku.
“Aku selalu menyayangimu Sehun-ah. Selalu menyayangimu.”
Kata itu yang
terakhir dia ucapkan padaku setelah dia pergi meninggalkanku. “Jebal hyung.
Jangan meninggalkanku. Aku masih ingin melihatmu lagi. Jangan pergi
meninggalkanku hyung. Kumohon jangan pergi hyung.” Aku terus menangis dan terus
menangis. Aku tidak peduli air mataku akan kering atau habis, atau apapun itu, aku
tidak peduli. Aku merasakan sesak didadaku. Begitu sulit untukku bernafas.
Sekarang aku merasakan semuanya menjadi gelap dan aku tidak melihat apapun
lagi.
=
=
=
=
“Syukurlah kau
sudah sadar.” Samar-samar aku mendengar suara Chanyeol. Aku masih
mengerjap-ngerjapkan kedua mataku. Mengapa disini begitu terang sekali? “Aku
ada dimana?” aku melihat Luhan hyung mendekatiku. “Kau ada kamarmu Sehun-ah.
Apakah kau sudah tidak apa-apa?” mengapa sikap Luhan hyung menjadi seperti ini?
Bukankah tadi dia begitu marah padaku karena aku memeluk Xiumin hyung begitu
erat.Ahh benar. Xiumin hyung. Dia ada dimana sekarang? mengapa aku tidak
melihatnya disini? “Xiumin hyung. Dia dimana sekarang?” tanya ku lirih pada
Luhan hyung.
“Mengapa aku
tidak melihat Xiumin hyung?” aku kembali bertanya padanya. Aku menyusuri setiap
sudut kamarku mencari sosok Xiumin hyung. “Xiumin hyung? siapa yang kau maksud
dengan Xiumin hyung, Sehun-ah?” pertanyaan Chanyeol membuat ku terkejut.
Sekarang aku memposisikan diriku duduk bersandar ditempat tidurku. “Xiumin
hyung bukankah tadi bersama mu hyung. Sekarang dia dimana? Mengapa aku tidak
melihatnya bersamamu hyung?” aku melihat ekspresi wajah Luhan hyung begitu
bingung dengan pertanyaanku. “Siapa yang kau maksud dengan Xiumin? aku dari
tadi terus bersama Chanyeol, Sehun-ah. Apakah kau yakin, kau baik-baik saja
sekarang?” aku melihat kearah Chanyeol. Dia memasang ekspresi yang sama dengan
Luhan hyung sekarang.
“Xiumin hyung,
dia adalah murid baru dikelasmu hyung. Dia berasal dari China. Dan kau
memanggilnya dengan sebutan baozi. Apakah kau tidak mengenalnya? Tadi kau yang
memperkenalkanku disekolah hyung.” aku meyakinkan Luhan hyung. Tapi Luhan hyung
sepertinya tidak mengerti apa yang aku katakan tadi. “Dikelas ku tidak ada
murid baru dari China. Dan aku tidak pernah memanggil sesorang dengan sebutan
baozi.”
“Bukankah tadi
kau mendatangiku keatap sekolah, Chanyeol? Dan kau yang mengatakan padaku bahwa
dia telah kembali. Kau yang sudah bertemu dengannya.” Chanyeol menggelengkan
kepalanya. “Siapa yang kau sebut aku sudah bertemu dengannya?” Chanyeol
mengangkat sebelah alisnya. Aku melihat kearah Luhan hyung. Dia hanya
menggelengkan kepalanya sama seperti yang dilakukan Chanyeol tadi. “Kau kenapa
Sehun-ah? Mengapa kau tiba-tiba bertanya sesuatu yang tidak kami mengerti sama
sekali?” aku berdiri dan berjalan menuju jendela. Mengapa ini membuatku menjadi
bingung? Mengapa mereka semua tidak mengerti apa yang ku maksud tadi?
Sebelum aku
membuka gorden jendela, aku bertanya pada mereka berdua. “Hari ini apakah salju
sedang turun?” Chanyeol langsung menyahut, “Iya. Salju sedang turun sekarang.
Salju kedua ditahun ini.” Setelah mendengar jawaban dari Chanyeol, aku langsung
membuka gorden jendela dan melihat salju turun dengan derasnya diluar sana.
‘Apakah tadi
aku sedang bermimpi bertemu dengan mu hyung? apakah aku harus mempercayai bahwa
salju pertama yang turun itu, kau juga turut kembali datang padaku hyung?’ Aku
menutup mataku mencoba untuk mengingat kejadian yang aku alami tadi. ‘Apakah
tadi aku benar-benar bertemu dengan mu hyung? apakah tadi itu benar-benar kau?’
“Kau tidak
apa-apa Sehun-ah?” pertanyaan Luhan hyung membuyarkan semua ingatanku. Aku
membuka kedua mataku. Sepertinya memang kau telah kembali lagi hyung. Aku
memelukmu dengan erat tadi. Meskipun hanya sebentar, aku mempercayai kalau
salju pertama turun, kau juga akan datang kembali. Aku juga menyayangimu hyung.
Dan juga aku mencintaimu.
Aku menutup
gorden jendela dan berbalik melihat kearah Luhan hyung. Sepertinya mereka
berdua benar-benar mengkhawatirkanku sekarang. Apakah mereka berpikir aku gila
sekarang? Aku memperlihatkan senyum manisku pada Luhan hyung. “Aku tidak
apa-apa hyung. Aku baik-baik saja. Tentang perkataan ku tadi, aku berharap
kalian jangan berpikiran yang tidak-tidak terhadapku. Anggap saja aku tidak
pernah menanyakan hal tadi.” Mereka berdua hanya saling menatap seperti orang
kebingungan.
Aku hanya
tersenyum geli melihat ekspresi Luhan hyung dan Chanyeol saat ini. Aku
menghampiri mereka berdua. Duduk ditengah-tengah mereka. “Aku begitu menyayangi
kalian berdua. Sangat menyayangi kalian. Sekarang bisakah kita makan? Aku
begitu lapar setelah bermimpi indah tadi.” Aku bergantian menoleh kearah
Chanyeol dan Luhan hyung. “Memang kau tadi bermimpi apa? Apakah bertemu dengan
seorang yeoja cantik huh?” pertanyaan Chanyeol membuatku geli. “Bukan seorang
yeoja cantik. Hanya seorang malaikat yang selama ini selalu berada dihatiku
setiap hari. Malaikat yang sudah lama aku nantikan kedatanganya. Malaikat yang
sudah membuatku sadar akan kehadiran dia.” Aku tersenyum setiap kali menyebutkan
nama malaikat. Yaa benar. Minseok hyung adalah malaikat ku sekarang. Malaikat
yang selalu berada dihatiku sekarang.
“Seorang malaikat? Bisakah aku bertemu dengan
malaikatmu itu? Sepertinya malaikatmu sangat cantik.” Aku berdiri dan menarik
tangan Chanyeol dan Luhan hyung. “Aku tidak bisa memperkenalkan malaikatku
padamu Luhan hyung. Malaikatku ini hanya milikku seorang.” Dan aku merasakan
Luhan hyung memukul kepala ku. “Sudahlah. Kajja kita pergi ke tempat biasanya.
Aku juga merasa lapar sekarang”
Sebelum keluar
dari rumah, aku melihat salju turun begitu deras dari jendela rumahku. Aku
tersenyum mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Entah itu benar terjadi
atau memang hanya sekedar mimpi belaka, yang jelas aku mempercayai kalau dia
telah kembali. Kembali bersama dengan datangnya salju pertama yang turun.
Kau memang
malaikatku Minseok hyung. Malaikat yang selalu ada dihatiku. Malaikat yang
selalu memberikan kehangatan dihatiku lagi. Malaikat yang selalu menyayangiku.
Aku menyayangimu hyung. Aku selalu mencintaimu. Bila kita bertemu disalju
pertama tahun depan, aku akan mengatakannya. Mengatakan bahwa aku selalu
menyayangi dan mencintainya. Aku akan selalu menunggu kedatangan salju
pertama yang turun setiap tahun. Dan menunggu kedatanganmu kembali, Minseok
hyung.
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar