++_Playground_++
Main Cast :
- XiuHan/LuMin
Other Cast :
- Suho
Taman bermain
yang begitu ramai dipadati oleh anak-anak kecil. Bermain dengan begitu riang
gembira tanpa ada sedikit pun dari wajah mereka yang bersedih. Berkejar-kejaran.
Petak umpet. Ayunan. Sepak bola. Tetapi di sudut taman, yang dikelilingi oleh
bunga-bunga yang tumbuh dengan cantiknya, terlihat seorang namja kecil sedang
duduk disekitar bunga-bunga tersebut. Raut wajah yang terlihat sedih sedang
menemaninya saat ini. Terdengar suara tangis dibalik wajah yang dia
sembunyikan. Luhan. Itulah nama namja kecil yang sedang menangis saat ini.
Seorang namja
kecil yang berpipi bulat menghampiri Luhan. Dia duduk disampinya dan
memperhatikan Luhan yang sedang menangis. Xiumin. Itulah nama namja kecil
berpipi bulat tersebut. Luhan yang menyadari ada seseorang disampingnya,
langsung menoleh kearah Xiumin. Beberapa detik mereka berdua saling menatap.
Kemudian, Xiumin dengan wajah polosnya menyeka air mata Luhan yang membasahi
pipi Luhan.
“Uljima. Seorang
namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit apapun itu,
tapi dia harus bertahan.” Ucap Xiumin kecil seperti seorang namja yang sudah
dewasa. Luhan terlihat begitu kaget dan wajahnya sekarang terlihat memerah.
Luhan langsung menghentikan tangisannya setelah mendengar ucapakan Xiumin.
Xiumin kemudian tersenyum dan berkata, “Kau jangan sedih. Ada aku disini. Aku
akan menemanimu bermain.” Luhan hanya diam saja dan terus menatap ke arah
Xiumin. Xiumin berdiri dan mengulurkan tangang kecilnya kearah Luhan untuk
membantunya berdiri. “Kajja, kita bermain.” Luhan menerima uluran tangan
Xiumin. “Kau ingin bermain apa?” tanya Xiumin. Luhan hanya terus diam tanpa
mengeluarkan suaranya. “Bagaimana kalau kita bermain sepak bola saja? apakah kau
menyukainya?” tanya Xiumin lagi. Luhan tidak menjawab dan terus saja diam.
Tiba-tiba
terdengar suara perempuan setengah baya –Nyonya Kim- yang memanggil namanya
Xiumin dari kejauhan. “Xiumin-ah….ayo kita pulang. Hari sudah semakin sore.
Nanti Appa mu mencari kita berdua.” Kata Nyonya Kim sambil melambaikan
tangannya kearah Xiumin dan Luhan. “Ne eomma. Chakamanyo~” Xiumin kembali
melihat kearah Luhan yang daritadi terus memperhatikannya. “Mianhae~ Sepertinya
kita tidak bisa bermain hari ini. Kita bermain besok saja ya. Aku akan
menunggumu ditaman besok.” Luhan langsung menggelengkan kepalanya cepat.
“Waeyo? Apakah kau tidak bisa bermain sepak bola besok dengan ku?” tanya Xiumin
penasaran. “Xiumin-ah….palliwa~” suara Nyonya Kim membuyarkan lamunan Luhan.
“Baiklah, aku akan menunggumu besok sore ditaman. Aku pergi duluan.” Xiumin
berlari kecil meninggalkan Luhan yang sendirian menuju ibunya yang menunggunya
dipinggir taman.
Luhan terus saja
melihat kepergian Xiumin. Wajahnya menampakkan sebuah senyuman kecil dibalik
raut wajahnya yang sedih. “Mianhae, besok aku tidak akan datang ke taman ini
lagi dan bermain sepak bola dengan mu, Xiumin. Tapi aku akan terus mengingat
namamu. Xiumin.” Dan Luhan pergi meninggalkan tempat yang sedari tadi dia
tempati. Taman yang mempertemukan mereka berdua akan terus Luhan ingat selalu.
-
-
-
Beberapa tahun
kemudian…..
-
-
-
“Yaaa, Tuan Muda
Xi Luhan. Ayo cepat bangun. Kalau kau tidak bangun, kau akan terlambat ke
sekolah, bukankah ini hari pertamamu masuk ke sekolah.” Suara Nyonya Xi bergema
di seluruh kamar Luhan. Luhan yang mendengarnya hanya bisa memaksakan untuk
bangun dari tempat tidurnya yang aslinya dia sangat enggan untuk meninggalkan
tempat tidurnya itu. “Ne eomma. Aku sudah bangun sekarang.” kata Luhan sambil
berjalan menuju ke kamar mandi dengan mata tertutup. “Cepat kau bersiap-siap
dan jangan lupa sarapanmu.” Nyonya Xi kemudian pergi meninggalkan kamar Luhan.
Luhan yang
sudah bersiap-siap berangkat ke sekolah langsung turun meninggalkan kamarnya.
Dia langsung bergabung dengan eomma dan appanya diruang makan. “Bisakah kau
makan dengan pelan, Luhan?” kata Tuan Xi. Luhan hanya tertawa kecil mendengar
perkataan appanya. “Luhan, eomma harap dihari pertamamu sekolah, jangan membuat
ulah. Jangan seperti dulu kau selalu membuat ulah disekolah lamamu.” Luhan
menghentikan aktivitas mengunyahnya. Dia berhenti sejenak mencerna perkataan
eommanya. Sambil tersenyum, dia berkata pada eommanya, “Ne eomma. Kau jangan
khawatir. Anakmu yang tampan ini tidak akan membuat ulah lagi.” Nyonya Xi hanya
tersenyum melihat kelakuan anak tunggalnya itu. “Baiklah anak tampan, kajja
kita berangkat. Nanti kau akan terlambat ke sekolah.” Tuan Xi berdiri dan
disusul Luhan. Mereka berdua kemudian berangkat meninggalkan Nyonya Xi
sendirian dirumah.
-Di Sekolah-
“Sudah sampai
disekolah barumu. Ingat apa yang eommamu katakan tadi.” kata Tuan Xi tegas. “Ne
appa. Aku sangat mengingat perkataan eomma tadi. Appa jangan
mengkhawatirkannya. Aku pergi dulu appa. Appa hati-hatilah berangkat ke
kantor.” Luhan keluar dari mobil. Beberapa detik Tuan Xi masih melihat Luhan
pergi masuk menuju kearea sekolah barunya kemudian dia menginjak gas mobil
setelah Luhan menghilang dibalik gerbang sekolah barunya.
-Luhan POV-
Aku berjalan di
lorong sekolah. Sepertinya jam pelajaran sudah dimulai. Batin ku. Aku melihat
seorang namja sedang berjalan kearah ku. Dia berhenti tepat didepan ku
sekarang. Dia menatap ku begitu tajam. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apakah
ada yang aneh dengan penampilanku? Tanya ku dalam hati.
“Apakah kau
anak baru itu?” tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk pelan padanya. “Namaku
Suho. Aku berada ditingkat tiga sekarang. Kau ikutlah dengan ku. Aku akan menunjukkan
ruang gurunya padamu.” Dia berbalik dan berjalan meninggalkan ku. Aku hanya
diam ditempat ku dan melihat dia berjalan meninggalkan ku. Sepertinya dia sadar
dengan ketidakhadiranku untuk mengikutinya berjalan. Dia menoleh kebelakang dan
melihatku. “Yaa…kenapa kau masih saja berdiri disitu? kajja kita pergi.” Aku
kemudian berjalan menyusulnya dari belakang.
Sesampainya
diruang guru, Suho menghampiri seorang guru muda yang sedang duduk menghadap
layar komputernya. Aku melihat dia berbicara padanya. Sambil menunggu Suho
selesai berbicara pada guru itu, aku melihat sekeliling ruangan guru. Mataku
tiba-tiba tertuju pada salah satu murid yang baru saja masuk. Aku memperhatikan
dia dari atas sampai bawah. Yaa..aku memperhatikan dia begitu detail. Aku
melihat wajahnya. Dia begitu manis. Batinku. Aku tersenyum sendiri saat melihat
wajahnya. Aku terus memperhatikannya sampai aku tidak sadar bahwa Suho memperhatikan
ku daritadi.
Aku yang sadar
kemudian langsung memperkenalkan diriku pada guru muda yang tadi sedang
berbicara pada Suho. “Annyeonghaseyo seonsangnim. Xi Luhan imnida.” Aku
mendengar guru muda itu berdeham kecil. “Panggil saja Jung seonsangnim. Baiklah
Suho-ssi, kau bisa mengantar Luhan ke kelasmu sekarang.” Suho yang mendengar
perkataan Jung seonsangnim langsung membungkuk mengerti dan meninggalkan ruang
guru. Aku langsung membungkuk kearah Jung seonsangnim mengikuti Suho keluar
ruang guru.
-
-
“Jadi namamu Luhan, eoh?” tanya
Suho.
“Ne. Xi Luhan.”
“Kau ternyata satu kelas dengan
ku. Sepertinya satu kelas akan sangat heboh dengan kedatanganmu hari ini Luhan.
Hahahahah…..” aku mendengar Suho tertawa kecil. Mendengarnya tertawa seperti
itu aku menjadi bertanya padanya. Heboh? Memang aku adalah seorang badut sampai
membuat seluruh kelas heboh?
“Memang kenapa dengan kedatangan
ku sampai kau berkata seperti itu? Apa yang membuatnya heboh?” tanya ku
penasaran. Suho menghentikan langkahnya. Dia menoleh karah ku dan menatap ku
sebentar lalu memalingkan wajahnya kedapan. Dia menghembuskan nafas kecil.
“Wajahmu. Wajahmu yang akan
membuatnya heboh.”
“Apa yang salah dengan wajahku?
Apakah wajahku terlihat aneh atau mengerikan?”
“Aniyo. Wajahmu tidak terlihat
aneh ataupun mengerikan, tetapi wajahmu begitu cantik, Luhan-ssi. Apakah kau
tidak menyadarinya?”
Lagi Suho
menoleh kearahku. Aku menatap Suho tak percaya. Dia berkata bahwa wajahku
begitu cantik. Kenapa semua orang berkata seperti itu setiap kali bertemu
dengan ku? Aku hanya bisa menghembuskan nafas ku dengan berat dan tersenyum
kecil padanya. Aku melanjutkan langkahku dengan pelan. Suho kemudian menyusulku
dan tiba-tiba dia merangkul pundakku.
“Mianhaeyo Luhan-ssi kalau tadi
perkataan ku membuatmu kecewa ataupun sedih.” Aku tersenyum kecil dan berkata,
“Gwaenchana Suho-ssi. Aku sudah sering mendengar perkataan seperti itu.”
“Tapi kau tenang saja. Tidak
hanya kau saja yang memiliki wajah cantik disini. Ada satu namja lagi yang sama
cantiknya dengan mu. Dia bahkan mengalahkan cantiknya yeoja yang ada disekolah
ini.”
Aku
menghentikan langkahku. Aku menoleh kearah Suho dengan tatapan bertanya.
Nuguya? Apakah namja yang tadi aku lihat diruang guru itu. Namja yang manis
yang memiliki pipi bulat itu. Batinku.
“Apakah kau penasaran dengannya?
Kau tenang saja. Kita satu kelas dengannya. Sebentar lagi kau akan bertemu
dengannya. “
“Bolehkah aku tahu namanya?”
“Kim Minseok. Namanya adalah Kim
Minseok.”
Aku tersenyum dan melanjutkan langkah ku
menuju kelas bersama dengan Suho. Kim Minseok. Aku jadi tidak sabar ingin
bertemu dengannya.
Sampainya
dikelas, aku langsung masuk bersama dengan Suho. Suho memberitahu kepada guru
yang sedang mengajar di depan kelas. Ternyata benar apa yang dikatakan Suho
tadi. Pada saat aku dan Suho masuk, kelas langsung heboh dan ramai dengan
kedatangan ku. Tapi aku tidak menghiraukan kehebohan yang terjadi dikelas dikarenakan
kehadiranku. Aku fokus menelusiru setiap sudut kelas mencari seorang namja yang
dikatakan Suho tadi padaku. Mataku menemukan satu namja berwajah manis duduk
dipojokan dekat dengan jendela. Dia melihat kearah luar jendela. Ternyata
dugaan ku benar, dia adalah namja yang tadi aku lihat diruang guru. Namja yang
memiliki pipi bulat. Namja yang sudah membuatku begitu terpana saat pertama
kali melihatnya. Namja yang sudah membuat hatiku berdebar untuk pertama
kalinya.
Aku melihat
Suho telah selesai berbicara pada guru yang sedang mengajar di depan kelas.
“Luhan-ssi, aku duduk duluan. Cho seonsangnim akan memperkenalkanmu.” Bisik
Suho padaku yang kemudian langsung pergi menuju ke tempat duduknya.
“Yaaa…bisakah kalian semua diam. Baiklah hari ini dikelas kita kedatangan murid
baru. Silahkan perkenalkan namamu.” Aku mengangguk kepada Cho seonsangnim.
“Annyeonghaseyo. Xi Luhan imnida. Aku pindahan dari China. Mohon bantuannya
semua.” setelah aku memperkenalkan diri di depan kelas, kelas kembali ramai.
“Yaaaa…apakah kalian tidak bisa diam?! Luhan, kau sekarang duduk di bangku
kosong itu.” Cho seonsangnim menunjuk bangku kosong dan mataku mengikuti arah
tangan Cho seonsangnim yang menunjuk bangku untukku. Sedikit ada rasa kecewa
dalam hati. Kenapa aku tidak mendapatkan tempat duduk tepat didepan namja
berpipi bulat itu. “Ne seonsangnim. Kamsahamnida.” Aku kemudian berjalan menuju
bangku ku sambil mencuri pandang kearahnya.
-Luhan POV End-
-Di Kantin-
Suasana di
kantin saat ini begitu ramai. Banyak murid-murid yang saling berdesakan hanya
untuk mengantri mengambil jatah makan siang mereka. Terlihat Luhan yang duduk
sendirian disudut kantin. Dia hanya bisa menghela nafas berat melihat tingkah
penggemar barunya terus saja mengelilinginya. Aku mohon siapa saja tolong aku.
Aku butuh bantuan untuk keluar dari kerimunan ini. Batinnya. Luhan tersenyum
menang saat melihat Suho datang menghampirinya. Suho mengusir kerumunan
penggemar Luhan dadakan dengan hanya sekali bentak. Pada akhirnya penggemar
Luhan dadakan tersebut pergi dengan mengomel tak karuan karena sudah diusir
oleh Suho.
“Gomawo sudah mengusir mereka
Suho-ssi.” Luhan tersenyum pada Suho dan Suho membalas dengan senyuman juga.
“Aku tahu apa yang kau rasakan Luhan. Hahahah…..” Suho kemudian duduk didepan
Luhan. “Apakah kau tidak memesan sesuatu?” Luhan hanya menjawab dengan gelengan
kepala.
Beberapa menit
hanya keheningan yang menemani mereka berdua. “Aku tidak melihat namja yang kau
sebut manis itu, Suho-ssi.” Perkataan Luhan membuyarkan keheningan diantara
mereka berdua. Beberapa detik Suho menatap Luhan lalu menjawab, “Kau sudah
melihatnya tadi. Saat diruang guru dan saat kau masuk ke kelas tadi. Aku tahu
kau terus memperhatikannya. Apakah kau tertarik padanya, Luhan?” Suho
memicingkan kedua matanya. Menatap Luhan tak percaya.
“Ne, aku
tertarik padanya. Saat aku melihatnya pertama kali masuk keruang guru, aku
langsung menyukainya.” Luhan tersenyum kecil dan melihat Suho dengan ekspresi
ingin tertawa. “Apa yang lucu dengan perkataan ku? Kenapa kau seperti ingin
tertawa, eoh?” tanya Luhan yang kemudian disambut tawa Suho yang meledak. “Wahh
kau benar-benar menyukai Minseokie. Kau harus berusaha keras untuk mendapatkan
hatinya. Dia sangat sulit untuk didekati. Kalau tidak salah, kemarin dia telah
mendapatkan pernyataan cinta dari Kris, anak kelas sebelah. Dia menyatakan
cintanya kepada Minseok dihadapan seluruh kelas ku. Dan kau tahu apa yang
dijawab oleh Minseok? Dia menolaknya. Dia menolak cinta dari Kris. Setelah itu
dia pergi meninggalkan kelas tanpa adanya kata maaf buat Kris.” Kata Suho
panjang lebar. Luhan yang mendengar perkataan Suho langsung semangat.
Sepertinya ini
akan sangat menarik. Lihat lah Minseok, pasti aku orang pertama yang akan
menaklukkanmu. Batinnya. Luhan hanya senyum-senyum sendiri dengan pikiran akan
rencana bagaimana untuk mendekati Minseok keesokkan harinya.
***
-Luhan POV-
Setiap hari
aku terus memperhatikan Minseok. Aku terus berusaha setiap hari untuk mendekatinya.
Berteman dengannya. Yahh tentu saja sangat sulit untuk hanya sekedar berbicara
padanya. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku terus berada disekitarnya
setiap hari. Seperti hari ini aku menemaninya untuk membersihkan kelas karena
memang hari ini adalah gilirannya untuk piket membersihkan kelas.
“Aku akan
membantumu membersihkan kelas, baozi.” Kataku dengan menujukkan senyuman
padanya. Tentang aku memanggil namanya dengan sebutan baozi, dia sama sekali
tidak marah padaku saat aku pertama memanggilnya seperti itu. Aku sempat merasa
takut saat aku memanggilnya seperti itu pertama kali, tapi kemudian aku melihat
Minseok seperti tersenyum menerima panggilan itu. Alasan ku memanggilnya
seperti itu karena memang dia memiliki pipi yang bulat dan kulitnya yang begitu
putih seperti susu.
“Kau tidak
perlu membantuku lagi Luhan-ah.” Seperti itulah jawabannya bila setiap kali aku
akan membantunya piket membersihkan kelas. “Gwaenchana baozi. Aku membantumu
karena aku ingin. Dan kau tidak bisa memaksaku untuk pulang lebih dulu. Aku
tidak akan pulang. Aku akan pulang bila sudah selesai membantumu.” Kataku
dengan nada memaksa. Aku melihat ekspresi wajahnya berubah. Berubah menjadi
kesedihan yang sekarang mendominasi menutupi wajah imutnya. Aku mendekatinya.
“Gwaenchana?”
tanya ku. Minseok hanya menatapku dengan tatapan seperti ingin menyuruhku pergi
dari kelas ini. Aku membelai pipinya lembut. “Aku tidak akan pergi dari sini
meskipun kau memaksaku untuk pergi. Aku akan membantumu dan menemanimu sampai
kau selesai membersihkan kelas ini. Aku tidak ingin pergi jauh darimu, baozi.”
Aku berkata dengan nada yang sangat lembut. Aku sangat senang melihat wajahnya
sekarang menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman yang selalu berhasil membuat
debaran jantung selalu berdetak tak karuan.
“Gomawo
Luhan-ah. Kau begitu baik padaku.” Minseok menggenggam tangan ku lembut. Aku
tersenyum melihat sikapnya yang akhir-akhir ini sepertinya sudah mulai
memberikan respon baik padaku. “Nanti setelah kita selesai membersihkan kelas,
aku akan mentraktirmu makan. Bagaimana?” tanya ku. Dan tanpa basa-basi Minseok
langsung memeluk ku. Aku begitu keget dengan sikapnya yang begitu tiba-tiba.
Dalam pelukannya dia berkata, “Luhan-ah~ terima kasih kau sudah mau menjadi
teman ku. Kau begitu baik padaku.” Minseok melepaskan pelukannya dan
melanjutkan berbicara padaku. “Padahal aku selalu bersikap dingin padamu. Tapi
kau terus saja berusaha mendekatiku. Gomawo Luhan.” Dia kembali memeluk ku.
Pelukan yang begitu erat.
Aku tidak
peduli dengan debaran jantung ku yang sedaritadi terus berdebar dengan cepat.
Aku membalas pelukkannya. Menenggelamkan wajahku dipundaknya. Aku berharap hari
ini tidak berakhir begitu cepat. Aku ingin terus seperti ini dengan mu,
Minseok.
-
-
Aku
mengajaknya makan disebuah kedai masakan China. Dia begitu terkejut saat aku
mengajaknya masuk. “Tenang saja. Aku yakin kau akan menyukai masakannya.”
Minseok tersenyum dan kembali berjalan masuk ke kedai. Aku memesan dua buah
mangkuk jajangmyun. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memberanikan diri
bertanya padanya tentang orang yag dia sukai. Dengan malu-malu aku bertanya
padanya.
“Orang yang kusukai? Aku
menyukainya saat pertama kali bertemu dengannya. Saat itu umurku masih 7 tahun.
Tapi aku tidak tahu mengapa aku sudah merasakan sebuah perasaan suka padanya.
Lalu, bagaimana dengan mu Luhan? Apakah ada seseorang yang kau sukai?”
“Sama dengan mu baozi. Aku juga
menyukai seseorang pada umur 7 tahun. Tapi saat itu juga aku tidak bisa lagi
bertemu dengannya. Aku pergi meninggalkannya.”
“Waeyo? Kenapa kau pergi
meninggalkannya?”
“Karena keluargaku akan pindah ke
China. Satu hari terakhir saat berada di Korea, saat itu juga aku bertemu
dengannya. Cinta pertamaku.”
“Apakah kau tidak berusaha untuk
mencarinya?”
“Ani. Emmo melarangku untuk pergi
lagi. Saat itu aku langsung menangis seperti orang gila. Aku merasakan saat itu
air mataku sudah tidak ada yang keluar lagi. Tapi aku terus saja menangis.”
“Apakah sampai sekarang kau masih
menyukainya?”
“Ne. Aku masih menyukainya. Tapi
aku juga bingung untuk saat ini. Tiba-tiba aku menyukai orang lain selain
dirinya.”
“Wahh~ apakah kau akan
melupakannya?”
“Mollayo~”
Perbincangan
kami berhenti ketika seorang pelayan datang membawa pesanan kami. Aku dan
Minseok langsung memakan jajangmyun dengan lahap karena sedari tadi memang
perut kami sudah menahan lapar setelah membersihkan kelas tadi.
“Xiumin.” tiba-tiba
aku mendengar ada seseorang memanggil nama yang tidak asing bagiku. Aku
langsung mengongakkan kepalaku dan melihat sumber suara yang memanggil nama
itu. Nama yang terus aku ingat sampai sekarang. Aku melihat Minseok tersenyum
pada seseorang.
“Xiumin. Kau
benar Xiumin hyung kan?” seseorang menghampiri meja kami dan duduk diantara
Minseok dan aku. “Ne. Tentu saja aku Xiumin. Kau kira siapa huh?” aku melihat
kearah Minseok dengan muka tidak mengerti
sekaligus tidak percaya. Orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama
ini membuat ku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Dan sekarang dia ada
dihadapan ku. Jadi Minseok adalah Xiumin. Apakah aku sedang bermimpi sekarang?
“Xiumin.
Mengapa dia memanggilmu Xiumin, baozi?” pertanyaan ku memotong pembicaraan
Minseok dan orang itu. Minseok menatap ku beberapa detik. Mengerjap-ngerjapkan
matanya. Dan itu membuatnya terlihat begitu menggemaskan.
“Xiumin. Itu adalah nama panggilan
ku saat aku kecil, Luhan-ah. Memangnya kenapa?”
“Ahh begitu. Ani. Tidak apa-apa.”
Aku menggaruk belakang kepala ku yang memang tidak gatal sama sekali. Aku
menatap Minseok dengan tatapan yang terus bertanya-tanya.
Kalau memang
benar Minseok adalah orang yang selama ini aku cari. Orang yang selama ini
sudah terdiam dihatiku sejak umur ku 7 tahun. Sekarang dia telah berada tepat
dihadapan ku. Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mencarimu lagi, Xiumin.
Aku tersenyum sendiri memikirkan tentangnya.
***
Sudah beberapa
bulan sejak aku mengetahui bahwa Minseok adalah Xiumin. Orang yang selama ini
aku cari. Orang yang selama ini membuatku merasakan cinta untuk pertama kalinya.
Aku begitu gembira melihat kenyataan bahwa selama ini orang yang aku cari
ternyata ada dihadapanku saat ini. Aku dan dia semakin dekat sekarang.
Hari ini aku
mengajak Minseok keluar untuk jalan-jalan berkeliling kota. Entah mengapa
setiap hari bila tidak bersamanya aku merasa sangat tidak betah. Aku merasa
kesepian tanpanya. Seperti aku kehilangan sebuah benda berharga dalam hidupku.
Memang aku sangat menyanginya dan begitu mencintainya. Aku rela melakukan
apapun demi untuk bertemu dengannya. Aku berfikir, aku akan menyatakan perasaan
ku padanya hari ini. Aku sudah berpikir dari semalaman tentang pernyataan
cintaku padanya. Aku juga sudah menyiapkan hatiku bila dia menolak ku. Yahhh
aku sudah prepare dengan semua itu. Dengan semua keputusan Minseok yang dia
berikan padaku.
Sudah pukul 4
sore. Aku menunggunya disebuah taman dekat sekolah. Apakah aku yang terlalu
cepat atau memang waktu yang berjalan begitu lambat. Kenapa aku begitu gugup
sekarang? apakah karena hari ini aku akan mengungkapkan semua perasaan ku
padanya? Molla.
Aku melihat Minseok
berjalan kearah ku. Aku tersenyum melihat dia datang. Dan dengan tetap
mempertahankan debaran jantungku ini. Dia duduk disampingku sekarang. Aku
menatap kearahnya begitu lekat. Aku sedang mempersiapkan hatiku sekarang.
“Baozi-yah~ sebelum kita pergi
jalan-jalan, ada hal yang mau aku katakan padamu.”
“Mwoya?”
“Orang yang kemarin aku ceritakan
padamu. Orang yang aku sukai saat ini.”
“Ahhh tentang itu. Memangnya ada
apa dengannya? Apakah kau akan menyatakan perasaan mu padanya?”
“Ne. Hari ini aku berencana
menyatakan perasaan ku padanya. Dan aku juga sangat senang mendengar bahwa
orang yang aku sukai saat ini adalah orang yang aku cari dari dulu. Orang yang
kusukai saat aku berumur 7 tahun.”
“Jinjjayo? Nuguya? Bisakah aku
mengenalnya Luhan-ah?”
“Kau baozi. Kau orang yang selama
ini aku cari. Orang yang sudah membuatmu menunggu di taman itu adalah aku.”
Aku melihat
ekspresi Minseok bingung. Pada akhirnya aku menceritakan kejadian saat aku
bertemu dengannya ditaman dulu. Minseok hanya menatapku dengan tatapan tidak
percaya. Setelah aku selesai bercerita, Minseok menatapku beberapa detik. Aku
merasa sepertinya dia tidak akan menerima perasaan ku. Aku bisa melihat dari
tatapan matanya yang seperti berkata itu tidak mungkin. Aku menghelas nafas
dengan berat.
“Baiklah.
Lebih baik kita pergi saja dari sini. Hahahah….” Aku berdiri dan tertawa kecil.
Aku sekarang tidak berani menatapnya. Aku takut bila Minseok akan menertawaiku
tentang cerita masa laluku. Aku merasakan tangan Minseok menahan lengan ku. Aku
menoleh kearahnya. “Min-“ belum selesai aku berkata, Minseok sudah memeluk ku.
Aku mendengar suara isakan dibalik pelukannya. Aku membalas pelukannya dengan
erat. Untuk saat ini aku tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku membiarkan
Minseok mengeluarkan air matanya.
Minseok
melepaskan pelukannya. Aku menatap wajah Minseok yang memerah karena
tangisannya tadi. Aku menghapus air matanya yang membanjiri kedua pipi bulatnya
dengan lembut.
“Uljima.
Seorang namja tidak boleh menangis. Namja itu harus kuat. Meskipun sesakit
apapun itu, tapi dia harus bertahan.” Minseok melebarkan kedua matanya. Benar.
Itulah kata-katamu saat kau menghiburku dulu Minseok. Kata-kata yang tak pernah
aku lupakan. Kau pasti sangat terkejut bahwa aku masih mengingat kata-kata itu.
Minseok
kembali memeluk ku. Dia tersenyum manis dibalik pelukanku. “Saranghaeyo
Luhan-ah~” aku tersenyum mendengar sebuah kata yang dari dulu ingin aku dengar
darinya. Dan sekarang aku begitu gembira telah mendengar ucapan itu keluar dari
mulut manisnya. “Nado saranghaeyo baozi.” Aku memeluknya dengan erat. Membelai
rambutnnya lembut. Mengecup pucuk kepalanya dengan lembut. Aku tidak akan meninggalkan
mu untuk kedua kalinya baozi. Aku akan terus berada disampingmu selamanya.
***
Omoooooo!!!!! Ini fluff-nya kerasa banget >/////< daebak!!!
BalasHapushahahah. .thanks yes ;;)
Hapusbaguzzz (y)
BalasHapusgomawo~ :)
HapusBaguzz sekali ......
BalasHapusmakasih~ ^^
HapusDaebak~ keren banget thor~
BalasHapusWwahh pas bgt tgl komennya sama Lahirnya OA Lumin di Line wkwkwk xD btw makasih yaa~ :)
Hapuswaah seneng bacanya~ lumin emang best couple bgt bgt dah !!
BalasHapusdaebak author-nim
Lumin mah emang best couple diantara crack couple lainnya/gag wkwkwk makasih yaa udah review/? :)
Hapus