Love You Like You
-
-
-
-
-
-
Sequel dari ff “Playground” This is yaoi story. Kgag
suka no read! Kgag suka no bash! Saling damai lebih enak :)
Story of XiuHan or LuMin couple. Seme!Luhan.
Uke!Xiumin.
-
-
-
Happy reading~
-
-
-
Jatuh cinta
dengan sahabatmu sendiri memang sudah menjadi masalah yang biasa didunia ini. Seperti
yang aku rasakan saat ini. Aku menyukai sahabatku sejak kecil. Lebih tepatnya
saat aku bertemu dia di bangku sekolah dasar dulu. Aahhh benar itu dimana aku
dan dia memang sangat kecil dan masih belum mengerti apa itu yang namanya
perasaan jatuh cinta. Tapi entah aku juga tidak tahu pada diriku sendiri
mengapa aku sudah mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku telah jatuh cinta
padanya saat sekolah dasar. Jangan tanyakan lagi padaku mengapa sampai sekarang
aku masih menyimpan perasaan suka padanya. Aku juga ingin merasakan jatuh cinta
saat aku beranjak remaja. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi
seorang playboy. Hahahah lupakan soal kata playboy tadi. Aku hanya ingin meniru
teman sebangku ku saja disekolah. Mengapa dia sangat mudah sekali jatuh cinta
kepada seseorang. Bahkan dia diberi julukan pria hidung belang karena sikapnya
yang selalu terlihat begitu frontal dihadapan semua orang apalagi pada orang
yang sedang dia sukai. Kembali ke pembicaraan tadi tentang aku jatuh dengan
sahabatku sejak kecil. Sekarang aku dan dia sudah duduk dibangku SMA dan sangat
jelas sekali aku dia sebentar lagi akan berpisah. Ohhh ayolah aku tidak ingin
berpisah darinya. Tidak sedetik pun. Aku ingin terus bersamanya. Apa yang harus
aku lakukan bila benar kita akan berpisah dan tak pernah bertemu untuk waktu
yang lama? Tidak! Aku tidak ingin hal seperti itu terjadi.
Aku benar-benar
sudah tidak kuat lagi menahan perasaan ku ini. Setiap hari aku selalu dibuat
gila dan tidak bisa tidur di malam hari hanya karena aku terus memikirkannya.
Apa aku memang harus mengatakannya sekarang juga sebelum semuanya terlambat?
Tapi bagaimana jika dia menolak ku? Bagaimana jika dia tidak memiliki perasaan
yang sama seperti ku? Bagaimana? Bagaimana? Semua pertanyaan itu setiap hari
selalu memenuhi pikiranku. Aku bisa gila. Tapi aku benar-benar bertambah gila
bila aku tidak bisa melihatnya. Melihat dia tersenyum. Melihat dia yang setiap
hari selalu berada disisiku. Selalu melindungiku dan membantuku disaat aku
membutuhkannya. Aahhhh benar-benar dia sudah membuatku gila. Gila! Sangat gila
tentnag semua hal yang ada pada dirinya. Aku terlihat seperti orang bodoh
sekarang. Aku terus memikirkannya tanpa tahu apakah dia juga memikirkan ku atau
tidak. Bila memang seperti itu kenyataannya haitku pasti sangat sakit sekali.
Mengapa kau
terus membuat hati ku berdebar setiap kali kita bersama Kim Minseok? kau tidak
boleh meninggalkan ku. Kau sudah membuatku menjadi seperti ini. Kau harus
bertanggung jawab sudah membuatku menjadi orang gila dan terlihat bodoh
dihadapan mu.
-
-
-
Musim dingin
sepertinya sudah datang. Aku sangat membenci musim ini. Musim yang selalu
membuatku terus ingin merangkul selimut ku agar tubuhku selalu hangat. Tapi
tidak dengan sahabatku, Kim Minseok. Dia sangat menyukai musim dingin. Dia
begitu menyukai salju. Dia pernah berkata alasan dia menyukai salju karena salju
sangat lembut dengan butiran kristal yang indah. Aku tidak mengerti dengan
alasan dia yang seperti itu. Bukankah memang dari dulu salju itu lembut?
Entahlah. Aku hanya bisa menatap dia mematung setiap kali bermain dengan salju.
Semoga hari ini dia tidak mengajak ku keluar untuk melihat salju. Aku ingin
hari ini berada dirumah, menghangatkan tubuh ku.
Suara ponselku
tiba-tiba berbunyi. “Semoga jangan Minseok.” aku mengambil ponselku yang
kutaruh di laci samping tempat tidurku.
“Hallo….”
“Hallo… Luhan-ah
kau tahu kan sekarang salju sedang turun.”
Benar bukan dia
kan mengajakku keluar untuk melihat salju turun. Apa yang harus aku katakan
untuk menolak ajakan dia hari ini? Jujur saja memang aku sangat ingin bertemu
dengannya, tapi tidak disaat salju sedang turun seperti ini. Pasti diluar sana
sangat begitu dingin.
“Iya aku tahu.”
“Aku sangat
senang bisa melihat salju turun seperti ini. Tapi aku tidak bisa mengajakmu
keluar sekarang.”
Mengapa dia
berkata seperti itu? Mengapa nada bicaranya seperti sedang sedih sekarang? Dia
baik-baik saja bukan?
“Kenapa? Tumben
sekali kau tidak merengek untuk mengajak ku keluar melihat salju turun hari
ini.”
“Aku hanya tidak
ingin membuatmu kedinginan diluar saat aku sedang bermain salju.”
“Yakk Kim
Minseok….kita sudah melakukan hal itu sejak kecil. Mengapa kau baru berkata
seperti itu sekarang? Apakah kau sudah sadar bahwa aku sangat membenci musim
dingin?”
“Aku tahu. Aku
memang egois tidak memperdulikan mu tentang kau membenci musim dingin. Maafkan
aku.”
Mengapa dari
tadi nada bicaranya terlihat serius sekali? Apa yang sebenarnya ingin dia
katakan? Aku hanya bercanda saja berbicara seperti itu.
“Aku tahu kau
pasti sekarang sedang berada ditempat tidurmu. Meringkuk seperti anak kecil
yang butuh kehangatan dengan selimutnya. Tidak apa-apa kau tidak menemani ku
melihat salju turun hari ini.Aaku akan sangat senang bila kau hanya melihat
salju turun melalui jendela kamarmu saja.”
“Baozi..sekarang
kau ada dimana? Aku akan kesana.” Aku tergesa bangun dari tempat tidurku.
Berlari kecil ke kamar mandi.
“Kau tidak usah
kemari Lu. Sudah ada yang menemani ku sekarang. Kau kembali kah ketempat
tidurmu. Hangatkan tubuhmu saja.”
Hati ku sangat
sakit ketika dia mengatakan seperti itu. Aku hanya bisa terdiam melihat
pantulan diriku dicermin. Dia menyuruhku untuk tidah usah pergi menemuinya. Dia
bilang sudah ada yang menemaninya. Siapa orang yang menemanimu melihat salju
hari ini? Hanya aku saja yang boleh menemani mu melihat salju turun baozi.
Hanya aku yang boleh memiliki mu baozi. Siapun orang itu, aku pasti akan
menyingkirkannya dari mu.
“Siapa orang yang
sudah menemanimu sekarang? Aku akan kesana. Aku tidak peduli dengan cuaca
dingin diluar, aku akan tetap menemuimu. Hanya aku saja yang boleh menemanimu
melihat salju turun baozi.”
“Kau jangan
memaksakan dirimu Lu. Aku tidak apa-apa. Kau jangan mengkhawatirkan ku.”
Dan itulah kata
terakhir yang dia ucapkan sebelum dia menutup sambungan telfon ku. Aku bergegas
keluar dari kamar yang sebelumnya aku mencari jaket tebalku untuk menghangatkan
tubuhku. Aku berlari cepat menuju garasi mobil dan langsung mengendarainya menuju
tempat baozi sekarang. Aku menyetting gps yang ada di mobilku untuk mencari
keberadaan baozi ku. Aku sudah seperti orang kesetanan/? mendengar baozi ku
berkata seperti tadi di telfon. Dan akhirnya aku menemukan posisinya yang
dengan cepat aku menginjak gas mobil dengan kecepatan tinggi.
Aku
menemukannya. Melihat dia dari kejauhan sudah membuatku was was dengan siapa
dia sekarang. Aku berlari cepat kearahnya. Tepat aku berdiri didepannya. Apa-apaan
ini? Mengapa dia duduk sendirian? Ahh tidak dia duduk dengan seekor anak anjing
dipangkuannya. Nafasku yang masih belum teratur hanya bisa melihatnya duduk
terdiam sambil mengelus anak anjing itu.
“Sudah kubilang
Lu, kau jangan kemari. Sudah ada yang menemani ku sekarang. Kau lihat kan? Dia
sangat lucu sekali.”
Apakah dia
sedang mengerjaiku sekarang? Apakah dia sengaja membuat ku keluar dengan
berpura-pura dia ada yang menemaninya saat ini. Ohh kau benar-benar membuatku
terlihat bodoh Kim Minseok.
“Kemarilah.
Duduklah.”
Aku duduk
disampingnya. Aku sangat kesal padanya. Mengapa dia mempermainkan ku seperti
ini? Apakah dia tidak tahu perasaan ku dari tadi kacau balau karena terus
memikirkan siapa orang yang sudah berani menemaninya sekarang.
“Aku tahu kau
marah kepada ku Lu. Aku minta maaf.”
“Apakah itu lucu
bagimu mempermainkan ku seperti ini? Kau tahu, aku sudah seperti orang gila
menyetir kemari hanya untuk melihat siapa orang yang sudah berani menemanimu
sekarang.”
“Memang kau
pikir aku bersama dengan siapa huh? Kris? Sehun? Kai si pria eksotis itu?
Mengapa pikiran mu selalu seperti itu Luhan? Bukankah aku sudah bilang kepada
mu, aku akan selalu mengajak mu melihat setiap kali salju turun. Kau seperti
tidak mempercayai perkataan ku.”
Apakah aku
berbuat kesalahan sekarang dengan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya? Ohh
ayolah pria mana yang tidak berpikiran yang tidak-tidak bila orang yang
disukainya sedang bersama dengan orang lain.
“Bukan maksud ku
tidak mempercayaimu baozi. aku hanya……..”
“Hanya dengan
hal konyol seperti itu lah kau mau keluar menemaniku melihat salju turun
sekarang. aku tidak lagi seperti dulu yang selalu merengek kepadamu saat ingin
melihat salju turun.”
Apakah aku harus
mengatakannya sekarang? aku belum siap sama sekali bila aku mengatakannya
sekarang.
“Aku terus
menunggu mu untuk mengatakan hal itu Luhan. Tapi sepertinya perasaan ku salah.
Kau tidak pernah mengatakannya kepadaku.”
“Hal itu? Apa
maksudmu dengan hal itu?”
Minseok berdiri
dan berjalan pelan menjauh dariku. Apa maksud perkataan dia dengan hal itu? Aku
berdiri menyusulnya berjalan.
“Kau belum
menjawab pertanyaan ku baozi. Apa maksud dari hal itu?”
“Perasaan.
Cinta.”
Aku menghentikan
langkah ku. Tidak berani aku menatap dia sekarang. Apa yang dia katakan tadi?
Parasaan? Cinta? Apa maksudnya ini? Apakah Minseok tahu bahwa aku menyukainya?
Aku merasakan
tangan Minseok menyentuhku. “Mengapa kau keluar tanpa memakai sarung tangan Lu?
Tangan mu sekarang begitu dingin. Sepertinya sebentar lagi tangan mu akan
menjadi beku.” Aku menggenggam tangannya. Memberanikan diriku untuk menatap
wajahnya. Melihat kedalam mata coklatnya.
“Sebelum
semuanya terlambat, aku akan mengatakannya kepadamu. Yahh meskipun kau sudah
tahu akan hal itu baozi.”
Aku menutup mata
ku untuk menenangkan diriku sebelum aku mengatakannya. Menghirup dan menghela
udara yang panjang. Aku kembali menatapnya.
“Mengapa kau terus
menatap ku seperti itu tuan Xi? Kau tidak tahu aku sedang menunggu perkataan
mu.”
Aku hanya
terkekeh dan apa yang ku lakukan sekarang? Aku tidak berani menatapnya langsung
enggan mengatakan perasaan ku kepadanya. Aku memeluknya. Berbisik ditelinganya.
Mengatakan semua kebenaran yang sebenarnya dia sudah mengetahuinya.
“Aku mencintaimu
baozi. Aku ingin kita selalu bersama seperti ini.”
“Biasakah kau
melepaskan pelukan mu Luhan? Aku tidak ingin anak anjing ini mati karena kau
memeluk ku begitu erat.”
Aku melepaskan
pelukan ku dan melihat kearah anak anjing yang dari tadi Minseok gendong sambil
tertawa kecil. Aku mengelus pelan anak anjing itu.
“Sepertinya kau
lebih peduli dengan anak anjing ini dari pada diriku baozi?”
“Sekarang kau
cemburu dengan seekor anak anjing Luhan? Kau sangat lucu sekali.”
“Tentu saja aku
cemburu baozi. Perhatian mu sekarang hanya terfokus pada anak anjing ini.”
“Kemarilah. Aku
juga ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”
Aku mendekatkan
diriku padanya kemudian dia mulai berbisik ditelingaku. “Aku tidak bisa menolak
dengan semua pesona yang kau miliki Luhan. Bisakah aku bilang, kau adalah milik
ku sekarang?” Minseok sedikit menjauh dari ku setelah selesai berbisik
kepadaku. Aku terkejut mendengar Minseok berkata seperti itu. Aku tersenyum
setelah beberapa detik terlihat diam mencerna kata-kata Minseok tadi.
“Tentu saja aku
adalah milik mu baozi dan kau adalah milik ku. Dan anak anjing ini………….”
“Kau jangan
terlalu cemburu dengannya. Dia akan menjadi bagian dari kita sekarang.”
“Apa kau bilang?
Menjadi bagian dari kita?”
“Benar. Aku, kau
dan anak anjing ini. Sepertinya nama candy sangat cocok dengannya.”
“Terserah kau
saja lah baozi. Yang jelas aku tidak ingin perhatian ku berkurang hanya karena
dia.”
“Kau tenang
saja. Perhatian ku akan aku bagi antara kau dan candy.”
Aku menarik
pelan tubuh Minseok dan mendekatkan wajahku kepadanya. Sedikit memberikan
kecupan lembut dikeningnya. “Aku mencintaimu baozi.” Kembali aku menciumnya.
Kali ini di kedua pipinya. “Jangan pernah melakukan hal konyol seperti ini
lagi. Aku akan benar-benar marah kepadamu.” Dan kali ini aku mendaratkan ciuman
ku pada bibirnya mungilnya. Bibirnya yang sejak dulu merupakan candu bagiku
yang sekarang bisa aku rasakan. Menciumnya lembut penuh perasaan yang dalam.
Setiap cinta ku dan cinta baozi mulai sekarang tidak akan pernah terpisahkan lagi
sejak saat salju turun dimusim dingin selanjutnya.
-End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar