Jumat, 01 Agustus 2014

FF XiuHunHan (Xiumin, Sehun, Luhan) - Chapter 2

“Masa lalu yang sudah dilupakan kini muncul kembali menyerang kehidupan yang baru saja dimulai – Kim Minseok/Xiumin.”

“Cinta datang dari hal yang tak terduga – Oh Sehun.”

“Aku menyesal telah melepaskan mu karena ke-egois-an belaka – Xi Luhan.”


===Little Memories===


Chapter 2 : Oh Sehun

Tak terasa sudah setengah semester Minseok menjalani hari-hari yang penuh suka dan duka bersama teman-teman barunya. Baekhyun, Chanyeol, Kyungsoo, Kai, dan Suho selalu menjadi teman Minseok yang hadir dan menemani Minseok disaat suka dan duka. Dan jangan lupakan duo HunHan yang tiba-tiba menjadi akrab dengan gerombolan Suho dkk berkat kedatangan Minseok menjadi anak baru. Tanpa disadari hubungan Luhan dan Minseok semakin hari semakin baik. Minseok sepertinya sudah melupakan posisi Luhan yang dulu pernah menempati ruang hatinya. Minseok kini menganggap Luhan adalah teman dekatnya selain Suho dkk itu. Dan jangan lupakan namja yang tampan namun dingin itu. Oh Sehun. Dia tetap saja dengan sikap dinginnya tanpa banyak bicara semakin dekat dengan Suho dkk dan Minseok.

Tapi entah mengapa tiba-tiba beberapa bulan ini duo HunHan itu tidak menunjukkan sikap yang saling menyayangi. Mereka cenderung seperti menjauh satu sama lain. Bahkan sekarang Luhan berpindah tempat duduk. Tetap dibelakang tapi berpindah 2 jarak bangku dengan bangku Sehun. Suho dkk yang melihat duo HunHan itu hanya bisa diam tanpa ada yang menanyakan alasan mereka bersikap seperti itu satu sama lain. Bukan mereka tidak peduli tetapi mereka memang tidak ingin ikut campur dalam hubungan duo HunHan ini. Terlebih lagi sikap Sehun yang kelewat sangat dingin dan Luhan yang selalu gila dengan terus saja senyum-senyum manis pada Minseok membuat Suho dkk tidak ingin menanyakannya. Luhan selalu senyum-senyum manis pada Minseok? tentu saja Suho dkk begitu penasaran mengapa Luhan seperti itu pada Minseok. tapi mereka merenungkan untuk bertanya maksud dari sikap Luhan itu. Sedangkan kekasihnya sendiri –Sehun- tidak pernah dia memberikan senyum manis itu beberapa bulan ini. Suho dkk tetap hanya bisa diam seribu bahasa.

“Minseok-ah kita duluan. Annyeong.” Baekhyun, Chanyeol, dan Suho pergi meninggalkan Minseok. Minseok hanya tersenyum. “Hyung kami pergi duluan. Sampai bertemu besok.” Kai dan D.O juga pergi meninggalkan Minseok. Minseok kembali tersenyum. Kini dikelas hanya ada duo HunHan dan Minseok. Jangan tanyakan mengapa Minseok ditinggal pergi duluan oleh teman-temannya. Yahh alasannya karena hari ini adalah jadwal piket kelas Minseok. “Hyung apakah kau ada waktu hari ini? Aku ingin mengajakmu jalan.” Perkataan Sehun membuat pecah keheningan kelas. Luhan berdiri dari bangkunya. “Aku tidak bisa. Hari ini aku ada latihan futsal.” Lalu Luhan berlalu pergi meninggalkan Sehun dan Minseok dikelas. Minseok yang mendengar perkataan Luhan tadi terkejut. Luhan benar-benar menjawab pertanyaan Sehun begitu dingin.

Minseok telah selesai dengan piket kelasnya. Kini dia bersiap-siap untuk pulang. Dia menoleh kebelakang melihat Sehun. “Sehun-ah aku pulang duluan. Apakah kau tidak pulang?” pertanyaan Minseok membuat Sehun terbangun dari lamunannya. Sehun menoleh kearah Minseok. “Apakah kau ada waktu hyung? hari ini aku ingin jalan-jalan. Apakah kau mau menemaniku?” Minseok terkejut dengan ajakan Sehun. Yahh tentu saja dia terkejut. Baru kali ini Sehun mengajaknya keluar tanpa Luhan. Biasanya dia tidak mau berjalan-jalan tanpa adanya Luhan disampingnya. Sehun yang merasa ajakannya tidak terjawab segera, dia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kelas. “Tentu saja aku akan menemanimu.” Sehun menghentikan langkahnya. Menoleh kearah Minseok. “Kau ingin jalan-jalan kemana Sehun-ah?” Minseok tersenyum dan melangkah mendekati Sehun. “Terserah. Aku hanya ingin jalan-jalan saja.” tetap dengan sikap dinginnya. “Baiklah. Tapi sebelumnya kita makan dulu ya. Aku sangat lapar sekarang.” Sehun hanya diam saja dan kembali melanjutkan langkahnya keluar kelas. Minseok hanya tersenyum melihat sikap sehun yang benar-benar sangat dingin itu.

Sasampainya dikedai makanan, Minseok dan Sehun memesan makanan mereka. Suasana diantara keduanya kini begitu canggung. Hanya hening yang ada. Minseok hanya senyum-senyum sendiri karena suasana yang benar-benar canggung. “Apakah kau memang suka sekali tersenyum hyung? kau sama saja seperti Luhan hyung.” perkataan Sehun memecah keheningan disekitar mereka. Saat Minseok ingin berkata tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan mereka. Saat pelayan ingin pergi meninggalkan mereka, terdengar Minseok mengucapkan terima kasih pada pelayan itu yang kemudian pelayan tersebut telah benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Minseok dan Sehun makan dalam diam. Bukankah yang benar memang seperti itu? Makan memang harus diam. Tapi ini tidak seperti yang Minseok rasakan setiap kali makan bersama teman-temannya. Bila mereka sudah makan bersama pasti begitu ramai tidak seperti sekarang. Hanya ada Minseok dan Sehun yang keduanya benar-benar diam. Minseok merasa benar-benar begitu canggung dengan suasanya saat ini.

“Sehun-ah….” Panggilan Minseok membuat Sehun mengdongakkan kepalanya. Minseok tersenyum. “Wae? Apakah ada yang ingin kau katakana padaku hyung?” Minseok masih setia dengan senyuman manis dibibirnya. Minseok menggeleng kecil dan langsung mengelab mulut Sehun yang belepotan oleh makanannya. Sehun langsung terkejut dengan perlakuan Minseok. “Kau makan seperti anak kecil saja Sehun-ah.” Minseok terkekeh kecil. Sedangkan Sehun? Diam masih setia dengan shock terapi akibat perlakuan Minseok tadi. Dan tanpa disadari tiba-tiba jantung Sehun berdebar kencang.

Setelah selesai makan Minseok dan Sehun kembali melanjutkan jalan-jalan mereka berkeliling kota Seoul. “Hyung…apakah kau mau bubble tea?” Minseok melihat ada kedai yang menjual bubble tea disebrang jalan. “Tentu saja.” Mereka berdua berjalan menyebrangi jalan menuju kedai bubble tea. Setelah sampai mereka berdua masuk dan memesan bubble tea. Minseok dan Sehun duduk dimeja yang berhadapan dengan kaca yang menampakkan suasana jalanan saat ini.

“Sehun-ah, apakah kau tidak ingin menceritakan sesuatu kepadaku?”
“Tidak ada yang ingin aku ceritakan hyung.”
“Sedingin apapun sikap mu pasti ada yang ingin kau ceritakan. Apakah kau tidak ingin berbagi cerita kepadaku?”

Sehun menatap Minseok lekat-lekat. Dia tediam sesat. ‘Mungkin aku bisa melepaskan rasa sesak di dada ku ini. Kupikir Minseok hyung orang yang hangat dan lembut.’ Batin Sehun. Sehun kembali menerawang kearah luar jendela. Sesekali mengaduk bubble tea nya dan menyedot minuman favoritnya itu.

“Baiklah kalau memang tidak ada yang ingin kau ceritakan kepadaku. Aku tidak memaksa mu untuk bercerita. Hanya saja aku sangat mengkhawatirkan mu sekarang. Dibalik sikap dingin dan pendiam mu itu kau memang terlihat baik-baik saja tapi nyatanya tidak. Itu terlihat seperti topeng.”

Minseok tersenyum melihat kearah Sehun. Membelai surai kecoklatan Sehun dengan lembut. “Jangan terus menyiksa dirimu seperti ini Sehun-ah. Kau malah mambuat semua teman-teman mu khawatir.” Sehun menoleh kearah Minseok. Dan lagi Sehun merasakan jantungnya berdebar kencang. ‘Melihat senyumnya seperti ini mengapa membuatku begitu tenang? Senyumnya begitu manis dan terlihat sangat tulus.’ Batin Sehun. Minseok menghentikan membelai surai Sehun. “Baiklah tuan dingin dan pendiam, selanjutnya kau ingin berjalan kemana lagi?” pertanyaan Minseok membuyarkan lamunan Sehun.

Tanpa disadari Sehun tersenyum. Tersenyum untuk pertama kalinya. Minseok terkejut melihat senyum Sehun yang kelewat manis itu. Sehun yang diberi gelar oleh teman-temannya sebagai namja yang sangat dingin dan pendiam itu sekarang tersenyum. Memberikan senyum langkahnya saat seperti ini. Ohh ayolah Minseok kau jangan terus terkejut memandangi Sehun dengan senyumannya itu. Sehun bisa malu bila kau terus melihat Sehun seperti itu.

“Yaakk hyung…jangan memandangku seperti itu.”
“Wahh aku tidak menyangka kau bisa tersenyum seperti itu Sehun-ah. Ini benar-benar sangat langkah. Seorang Oh Sehun yang dingin bisa tersenyum manis seperti tadi.”
“Sudahlah hyung jangan terus membahas itu.”
“Apakah Luhan pernah melihatmu tersenyum seperti tadi?” Sehun menggeleng kecil.
“Jadi aku adalah orang pertaman yang melihat mu tersenyum manis tadi. Sungguh beruntung sekali.”

Sehun berdiri dan pergi meninggalkan Minseok sendiri di dalam kedai bubble tea. “Yaa hyung, apakah kau masih ingin duduk disitu terus?” panggilan Sehun membuat Minseok berdiri dari kursinya dan pergi mengikuti langkah Sehun.

Dalam perjalan jantung Sehun terus berdebar tak karuan. Dia terus gelisah dengan debaran jantungnya. ‘Mengapa terus seperti ini? Aku kira hanya sekilas ternyata masih terus berlanjut sampai sekarang.’ batin Sehun. Tanpa Sehun sadari kini ia mengacak-ngacak surainya dari tadi saat berpikir tentang debaran jantungnya. Minseok yang melihat kelakuan Sehun menatap Sehun heran. Minseok memegang tangan Sehun bermaksud untuk menghentikan kelakuan Sehun yang terus mengacak rambutnya itu. Sehun menoleh kearah Minseok. “Hentikan. Jangan terus kau lakukan Sehun-ah.” Minseok melihat sekelilingnya. Dia melihat ada bangku kosong di dekat taman kota. Minseok menarik Sehun untuk mengikutinya menuju bangku kosong itu.

Masih terus memegang tangan Sehun. Minseok menatap Sehun khawatir. Sehun hanya bisa menundukkan kepalanya seraya menahan debaran jantungnya yang sekarang berdetak lebih kencang. Minseok melepaskan genggamannya. “Sekarang ceritakan padaku, ada apa sebenarnya? Mengapa kau terlihat seperti sedang ada beban pikiran yang begitu berat di otak mu itu?” nada bicara Minseok terlihat tegas. Sehun yang mendengar sempat terkejut. Dia mengdongak dan sedikit melirik kearah Minseok.

‘Yaa Tuhan..sebenarnya apa yang terjadi dengan ku ini? Mengapa jantungku terus berdebar kencang?’ Sehun terus saja membatin dalam hati. “Sekarang kau kembali ke Sehun yang dingin dan pendiam. Kau tahu, aku dari tadi mengkhawatirkan keadaan mu. Mengapa kau seperti ini huh?” Sehun menoleh kearah Minseok. Dia melihat mata Minseok yang benar-benar menujukkan kekhawatiran lebih.

-Sehun POV-

Aku tidak tahu kalau Minseok hyung benar-benar begitu mengkhawatirkan keadaan ku sekarang. Apa aku harus menceritakan semuanya padanya? Ohh ayolah Sehun. Dia terus mengkhawatirkanmu. Kau tinggal menceritakan apa yang ada dikepala mu saat ini. Apa susahnya untuk bercerita? Toh kalau aku sudah bercerita tentu saja sikapnya akan sama seperti yang lain. Hanya menggumamkan kata ‘oohhh’ dan tidak menunjukkan adanya sikap membantu sama sekali. Tapi baiklah dia terus saja memaksaku untuk menceritakan masalah ku ini.

“Baiklah hyung. aku akan menceritakan kepadamu.” Aku menoleh kearahnya dengan malas. Aku melihat Minseok hyung begitu antusias saat aku mengucapkan kata menceritakan padanya.

“Luhan hyung…….” aku sedikit menggantungkan kata-kata ku. Menghela nafas sebentar dan melanjutkan bercerita. “Dia sudah tidak hangat seperti dulu. Sikap dia berubah dingin padaku. Tidak ada senyuman dia yang manis. Tidak ada pelukan dia yang hangat. Tidak ada tawa dia yang merdu. Dan tidak ada tatapan khawatir yang dia tunjukkan padaku. Aku begitu frustasi dengan sikap Luhan hyung yang tiba-tiba dingin seperti itu. Setiap kali aku bertanya ‘mengapa kau menjadi dingin seperti ini hyung?’ dia hanya diam tidak memperdulikan ku. Aku terus bersabar menghadapi sikap dia yang akhir-akhir ini begitu dingin.”

Aku melirik sebentar kearah Minseok hyung. Dia masih terus saja antusias mendengarkan ceritaku. Sepertinya dia begitu tertarik dengan ceritaku ini. Aku menghela nafas ku dengan malas. Ya tetap antusias seperti yang lainnya lalu saat aku selesai bercerita dia akan bingung dengan solusi yang akan dia berikan padaku.

“Aku begitu merindukan Luhan hyung yang dulu. Menurut hyung, apa yang membuat sikap Luhan hyung tiba-tiba berubah dingin kepadaku?” pertanyaan ku membuatnya sedikit merubah ekspresi diwajahnya. Menunjukkan ekspresi berpikir.

“Mungkin Luhan sedang kesal padamu. Apakah kau membuat dia marah?” yaahh tetap pertanyaan yang sama yang aku dengar. ‘mungkin Luhan sedang kesal padamu? Apakah kau membuat dia marah?’ yakkk…sejak kapan aku membuat Luhan hyung marah. Aku sama sekali tidak pernah membuat dia marah bahkan membuat dia menangis pun tidak pernah. Aku mengacak rambutku kesal.

“Sudah kubilang jangan membuat rambutmu berantakan Sehun-ah.” Dia memegang tangan ku untuk menghentikan ku mengacak surai coklat ku yang sekarang sudah terlihat berantakan. Minseok hyung tersenyum manis kepadaku. Senyuman yang selalu bisa membuat ku tenang. Senyumannya begitu manis seperti milik Luhan hyung. Minseok hyung menata rambutku dan membelai pipiku dengan lembut. Tatapan matanya begitu hangat. ‘Sial! Berhentilah berdetak dengan cepat! Bisakah jantungku berdetak seperti biasanya? Ohh ayolah apa sekarang aku sudah mulai menyukai hyung berpipi bulat ini?’ Sehun terus melawan debaran jantungnya yang semakin lama semakin berdetak dengan kencang.

“Sepertinya Luhan sedang ada masalah yang membuat dia bersikap seperti itu padamu. Sikap dinginnya tidak hanya dia tunjukkan padamu saja. Suho dkk pun juga merasakan hal yang sama seperti mu. Aku pun juga sama. Rusa bodoh itu sedang merahasiakan sesuatu kepada kita semua.” Minseok hyung kembali menata rambutku. “Hyung apakah kau pernah merasakan jantungmu berdebar kencang saat ada seseorang sedang ada bersama denganmu?” pertanyaanku membuatnya menge]hentikan aktifitasnya menata rambutku.

“Membuat jantung berdebar kencang? Tentu saja aku pernah merasakannya. Dan aku berpikir bahwa aku menyukai orang itu. Orang yang membuat jantungku terus berdebar kencang saat berada didekatnya. Wae? Apakah kau saat ini sedang merasakan hal itu?” dia menatapku dengan memperlihatkan senyum manisnya. Ohh ayolah hyung kau jangan terus-terusan menunjukkan senyum seperti itu. Apakah kau ingin membuat jantungku copot saat ini juga?

“Ti-ti-tidak hyung. A-aku hanya bertanya saja padamu.” Aku tertawa kikuk. Sial! Sial! Sial! Kau sungguh bodoh Sehun! Mengapa kau bertanya seperti itu? Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku terus merutuki diri ku sendiri.

“Gwaenchana Sehun-ah. Bila kau menyukai orang lain selain Luhan. Tapi kau harus memutuskan Luhan terlebih dahulu. Jangan sampai kau membuatnya tambah marah karena kau menyukai seseorang selain dia sekarang.”

Yaa tentu saja. Aku menyukai seseorang selain Luhan hyung. Dan itu kau hyung. Sekarang aku tidak tahu lagi harus memasang ekspresi seperti apa. Aku benar-benar dibuat salah tingkah oleh jantungku ini. Sial! Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini bila menyukai seseorang. Ck! Minseok hyung kau sudah berhasil membuatku seperti orang bodoh sekarang.

“Tentang Luhan yang tadi kau ceritakan padaku, sebaiknya kau harus bersikap tegas padanya. Kau jangan mau terus-terus diabaikan oleh Luhan seperti itu. Meskipun kau dan Luhan sama-sama bersikap dingin, tapi salah satu diantara kalian harus ada yang mengalah biar masalah ini cepat selesai.” Aku melihat Minseok hyung menghela nafasnya sebentar sebelum melanjutkan perkataanya. “Baiklah. Aku akan membantumu berbicara pada Luhan. Mungkin bila aku yang berbicara dia akan sedikit luluh dan mau bersikap baik padamu.”

Aku hanya mengangguk saja mengikuti saran Minseok hyung. Yaa saran Minseok hyung Aku terkejut mendapati sikap Minseok hyung yang ternyata berbeda sekali dengan orang-orang yang pernah aku ceritakan masalahku ini. Sepertinya memang jangan melihat orang dari tampilan luarnya tapi lihatlah dari tampilan dalamnya.

“Baiklah. Sekarang sebaiknya kita pulang. Besok kita masih harus ke sekolah bukan? Kajja kita pergi dari sini.” Minseok hyung merangkul pundakku yang sontak membuat ku sedikit terkejut.  Aku kembali menampakkan senyum ku padanya. Sepertinya sekarang aku begitu senang akan melakukan hal yang disebut dengan ‘tersenyum’ ini. Ini semua berkat hyung berpipi bulat ini. Dia sudah berhasil membuat ku menjadi orang bodoh dan menampakkan senyum manis seperti ini.

“Aigooo~ coba lihat sekarang. Kau tersenyum lagi huh? Ckck~ terlihat begitu manis.” apa-apaan dia. Mengapa dia menggoda seperti ini. Aku langsung berdiri yang membuat rangkulan Minseok hyung dipundakku terlepas dengan paksa. “Kau jangan menceritakan hal ini kepada siapa pun hyung.” aku berjalan pergi meninggalkan dia yang masih tertawa geli. Mungkin Minseok hyung menertawakan ku. Sudahlah aku tidak tahu.

Sekarang aku benar-benar akan menjauhimu hyung. Aku tidak akan mendekatimu lagi. Kau sudah membuat ku begitu bodoh dihadapanmu karena debaran jantung ku yang terus berdetak kencang saat ada didekatmu. Yahh aku mengakui kalau aku menyukaimu, Kim Minseok.

-End-

Akhirnya chaper ke 2 telah selesai ^^

Tunggu chapter selanjutnya ne. . chapter terakhir di cerita ini.

Pai~ pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar