“Masa lalu yang sudah dilupakan
kini muncul kembali menyerang kehidupan yang baru saja dimulai – Kim
Minseok/Xiumin.”
“Cinta datang dari hal yang tak terduga – Oh Sehun.”
“Aku menyesal telah melepaskan mu
karena ke-egois-an belaka – Xi Luhan.”
===Little Memories===
Chapter 2 : Oh Sehun
Tak terasa
sudah setengah semester Minseok menjalani hari-hari yang penuh suka dan duka
bersama teman-teman barunya. Baekhyun, Chanyeol, Kyungsoo, Kai, dan Suho selalu
menjadi teman Minseok yang hadir dan menemani Minseok disaat suka dan duka. Dan
jangan lupakan duo HunHan yang tiba-tiba menjadi akrab dengan gerombolan Suho
dkk berkat kedatangan Minseok menjadi anak baru. Tanpa disadari hubungan Luhan
dan Minseok semakin hari semakin baik. Minseok sepertinya sudah melupakan
posisi Luhan yang dulu pernah menempati ruang hatinya. Minseok kini menganggap
Luhan adalah teman dekatnya selain Suho dkk itu. Dan jangan lupakan namja yang
tampan namun dingin itu. Oh Sehun. Dia tetap saja dengan sikap dinginnya tanpa
banyak bicara semakin dekat dengan Suho dkk dan Minseok.
Tapi entah
mengapa tiba-tiba beberapa bulan ini duo HunHan itu tidak menunjukkan sikap
yang saling menyayangi. Mereka cenderung seperti menjauh satu sama lain. Bahkan
sekarang Luhan berpindah tempat duduk. Tetap dibelakang tapi berpindah 2 jarak
bangku dengan bangku Sehun. Suho dkk yang melihat duo HunHan itu hanya bisa
diam tanpa ada yang menanyakan alasan mereka bersikap seperti itu satu sama
lain. Bukan mereka tidak peduli tetapi mereka memang tidak ingin ikut campur
dalam hubungan duo HunHan ini. Terlebih lagi sikap Sehun yang kelewat sangat
dingin dan Luhan yang selalu gila dengan terus saja senyum-senyum manis pada
Minseok membuat Suho dkk tidak ingin menanyakannya. Luhan selalu senyum-senyum
manis pada Minseok? tentu saja Suho dkk begitu penasaran mengapa Luhan seperti
itu pada Minseok. tapi mereka merenungkan untuk bertanya maksud dari sikap
Luhan itu. Sedangkan kekasihnya sendiri –Sehun- tidak pernah dia memberikan
senyum manis itu beberapa bulan ini. Suho dkk tetap hanya bisa diam seribu
bahasa.
“Minseok-ah
kita duluan. Annyeong.” Baekhyun, Chanyeol, dan Suho pergi meninggalkan
Minseok. Minseok hanya tersenyum. “Hyung kami pergi duluan. Sampai bertemu
besok.” Kai dan D.O juga pergi meninggalkan Minseok. Minseok kembali tersenyum.
Kini dikelas hanya ada duo HunHan dan Minseok. Jangan tanyakan mengapa Minseok
ditinggal pergi duluan oleh teman-temannya. Yahh alasannya karena hari ini
adalah jadwal piket kelas Minseok. “Hyung apakah kau ada waktu hari ini? Aku ingin
mengajakmu jalan.” Perkataan Sehun membuat pecah keheningan kelas. Luhan
berdiri dari bangkunya. “Aku tidak bisa. Hari ini aku ada latihan futsal.” Lalu
Luhan berlalu pergi meninggalkan Sehun dan Minseok dikelas. Minseok yang
mendengar perkataan Luhan tadi terkejut. Luhan benar-benar menjawab pertanyaan
Sehun begitu dingin.
Minseok telah
selesai dengan piket kelasnya. Kini dia bersiap-siap untuk pulang. Dia menoleh
kebelakang melihat Sehun. “Sehun-ah aku pulang duluan. Apakah kau tidak
pulang?” pertanyaan Minseok membuat Sehun terbangun dari lamunannya. Sehun
menoleh kearah Minseok. “Apakah kau ada waktu hyung? hari ini aku ingin
jalan-jalan. Apakah kau mau menemaniku?” Minseok terkejut dengan ajakan Sehun.
Yahh tentu saja dia terkejut. Baru kali ini Sehun mengajaknya keluar tanpa
Luhan. Biasanya dia tidak mau berjalan-jalan tanpa adanya Luhan disampingnya.
Sehun yang merasa ajakannya tidak terjawab segera, dia langsung berdiri dan
melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kelas. “Tentu saja aku akan
menemanimu.” Sehun menghentikan langkahnya. Menoleh kearah Minseok. “Kau ingin
jalan-jalan kemana Sehun-ah?” Minseok tersenyum dan melangkah mendekati Sehun.
“Terserah. Aku hanya ingin jalan-jalan saja.” tetap dengan sikap dinginnya.
“Baiklah. Tapi sebelumnya kita makan dulu ya. Aku sangat lapar sekarang.” Sehun
hanya diam saja dan kembali melanjutkan langkahnya keluar kelas. Minseok hanya
tersenyum melihat sikap sehun yang benar-benar sangat dingin itu.
Sasampainya
dikedai makanan, Minseok dan Sehun memesan makanan mereka. Suasana diantara
keduanya kini begitu canggung. Hanya hening yang ada. Minseok hanya
senyum-senyum sendiri karena suasana yang benar-benar canggung. “Apakah kau
memang suka sekali tersenyum hyung? kau sama saja seperti Luhan hyung.” perkataan
Sehun memecah keheningan disekitar mereka. Saat Minseok ingin berkata tiba-tiba
pelayan datang membawa pesanan mereka. Saat pelayan ingin pergi meninggalkan
mereka, terdengar Minseok mengucapkan terima kasih pada pelayan itu yang
kemudian pelayan tersebut telah benar-benar pergi meninggalkan mereka.
Minseok dan
Sehun makan dalam diam. Bukankah yang benar memang seperti itu? Makan memang
harus diam. Tapi ini tidak seperti yang Minseok rasakan setiap kali makan
bersama teman-temannya. Bila mereka sudah makan bersama pasti begitu ramai
tidak seperti sekarang. Hanya ada Minseok dan Sehun yang keduanya benar-benar
diam. Minseok merasa benar-benar begitu canggung dengan suasanya saat ini.
“Sehun-ah….”
Panggilan Minseok membuat Sehun mengdongakkan kepalanya. Minseok tersenyum.
“Wae? Apakah ada yang ingin kau katakana padaku hyung?” Minseok masih setia
dengan senyuman manis dibibirnya. Minseok menggeleng kecil dan langsung
mengelab mulut Sehun yang belepotan oleh makanannya. Sehun langsung terkejut
dengan perlakuan Minseok. “Kau makan seperti anak kecil saja Sehun-ah.” Minseok
terkekeh kecil. Sedangkan Sehun? Diam masih setia dengan shock terapi akibat
perlakuan Minseok tadi. Dan tanpa disadari tiba-tiba jantung Sehun berdebar
kencang.
Setelah
selesai makan Minseok dan Sehun kembali melanjutkan jalan-jalan mereka
berkeliling kota Seoul. “Hyung…apakah kau mau bubble tea?” Minseok melihat ada
kedai yang menjual bubble tea disebrang jalan. “Tentu saja.” Mereka berdua
berjalan menyebrangi jalan menuju kedai bubble tea. Setelah sampai mereka
berdua masuk dan memesan bubble tea. Minseok dan Sehun duduk dimeja yang
berhadapan dengan kaca yang menampakkan suasana jalanan saat ini.
“Sehun-ah, apakah kau tidak ingin
menceritakan sesuatu kepadaku?”
“Tidak ada yang ingin aku
ceritakan hyung.”
“Sedingin apapun sikap mu pasti
ada yang ingin kau ceritakan. Apakah kau tidak ingin berbagi cerita kepadaku?”
Sehun menatap
Minseok lekat-lekat. Dia tediam sesat. ‘Mungkin aku bisa melepaskan rasa sesak
di dada ku ini. Kupikir Minseok hyung orang yang hangat dan lembut.’ Batin
Sehun. Sehun kembali menerawang kearah luar jendela. Sesekali mengaduk bubble
tea nya dan menyedot minuman favoritnya itu.
“Baiklah kalau
memang tidak ada yang ingin kau ceritakan kepadaku. Aku tidak memaksa mu untuk
bercerita. Hanya saja aku sangat mengkhawatirkan mu sekarang. Dibalik sikap
dingin dan pendiam mu itu kau memang terlihat baik-baik saja tapi nyatanya
tidak. Itu terlihat seperti topeng.”
Minseok
tersenyum melihat kearah Sehun. Membelai surai kecoklatan Sehun dengan lembut.
“Jangan terus menyiksa dirimu seperti ini Sehun-ah. Kau malah mambuat semua
teman-teman mu khawatir.” Sehun menoleh kearah Minseok. Dan lagi Sehun
merasakan jantungnya berdebar kencang. ‘Melihat senyumnya seperti ini mengapa
membuatku begitu tenang? Senyumnya begitu manis dan terlihat sangat tulus.’
Batin Sehun. Minseok menghentikan membelai surai Sehun. “Baiklah tuan dingin
dan pendiam, selanjutnya kau ingin berjalan kemana lagi?” pertanyaan Minseok
membuyarkan lamunan Sehun.
Tanpa disadari
Sehun tersenyum. Tersenyum untuk pertama kalinya. Minseok terkejut melihat
senyum Sehun yang kelewat manis itu. Sehun yang diberi gelar oleh
teman-temannya sebagai namja yang sangat dingin dan pendiam itu sekarang
tersenyum. Memberikan senyum langkahnya saat seperti ini. Ohh ayolah Minseok
kau jangan terus terkejut memandangi Sehun dengan senyumannya itu. Sehun bisa
malu bila kau terus melihat Sehun seperti itu.
“Yaakk hyung…jangan memandangku
seperti itu.”
“Wahh aku tidak menyangka kau
bisa tersenyum seperti itu Sehun-ah. Ini benar-benar sangat langkah. Seorang Oh
Sehun yang dingin bisa tersenyum manis seperti tadi.”
“Sudahlah hyung jangan terus
membahas itu.”
“Apakah Luhan pernah melihatmu
tersenyum seperti tadi?” Sehun menggeleng kecil.
“Jadi aku adalah orang pertaman
yang melihat mu tersenyum manis tadi. Sungguh beruntung sekali.”
Sehun berdiri
dan pergi meninggalkan Minseok sendiri di dalam kedai bubble tea. “Yaa hyung,
apakah kau masih ingin duduk disitu terus?” panggilan Sehun membuat Minseok
berdiri dari kursinya dan pergi mengikuti langkah Sehun.
Dalam perjalan
jantung Sehun terus berdebar tak karuan. Dia terus gelisah dengan debaran
jantungnya. ‘Mengapa terus seperti ini? Aku kira hanya sekilas ternyata masih
terus berlanjut sampai sekarang.’ batin Sehun. Tanpa Sehun sadari kini ia
mengacak-ngacak surainya dari tadi saat berpikir tentang debaran jantungnya.
Minseok yang melihat kelakuan Sehun menatap Sehun heran. Minseok memegang
tangan Sehun bermaksud untuk menghentikan kelakuan Sehun yang terus mengacak
rambutnya itu. Sehun menoleh kearah Minseok. “Hentikan. Jangan terus kau
lakukan Sehun-ah.” Minseok melihat sekelilingnya. Dia melihat ada bangku kosong
di dekat taman kota. Minseok menarik Sehun untuk mengikutinya menuju bangku
kosong itu.
Masih terus
memegang tangan Sehun. Minseok menatap Sehun khawatir. Sehun hanya bisa
menundukkan kepalanya seraya menahan debaran jantungnya yang sekarang berdetak
lebih kencang. Minseok melepaskan genggamannya. “Sekarang ceritakan padaku, ada
apa sebenarnya? Mengapa kau terlihat seperti sedang ada beban pikiran yang
begitu berat di otak mu itu?” nada bicara Minseok terlihat tegas. Sehun yang
mendengar sempat terkejut. Dia mengdongak dan sedikit melirik kearah Minseok.
‘Yaa
Tuhan..sebenarnya apa yang terjadi dengan ku ini? Mengapa jantungku terus
berdebar kencang?’ Sehun terus saja membatin dalam hati. “Sekarang kau kembali
ke Sehun yang dingin dan pendiam. Kau tahu, aku dari tadi mengkhawatirkan
keadaan mu. Mengapa kau seperti ini huh?” Sehun menoleh kearah Minseok. Dia
melihat mata Minseok yang benar-benar menujukkan kekhawatiran lebih.
-Sehun POV-
Aku tidak tahu
kalau Minseok hyung benar-benar begitu mengkhawatirkan keadaan ku sekarang. Apa
aku harus menceritakan semuanya padanya? Ohh ayolah Sehun. Dia terus
mengkhawatirkanmu. Kau tinggal menceritakan apa yang ada dikepala mu saat ini.
Apa susahnya untuk bercerita? Toh kalau aku sudah bercerita tentu saja sikapnya
akan sama seperti yang lain. Hanya menggumamkan kata ‘oohhh’ dan tidak menunjukkan
adanya sikap membantu sama sekali. Tapi baiklah dia terus saja memaksaku untuk
menceritakan masalah ku ini.
“Baiklah
hyung. aku akan menceritakan kepadamu.” Aku menoleh kearahnya dengan malas. Aku
melihat Minseok hyung begitu antusias saat aku mengucapkan kata menceritakan
padanya.
“Luhan
hyung…….” aku sedikit menggantungkan kata-kata ku. Menghela nafas sebentar dan
melanjutkan bercerita. “Dia sudah tidak hangat seperti dulu. Sikap dia berubah
dingin padaku. Tidak ada senyuman dia yang manis. Tidak ada pelukan dia yang
hangat. Tidak ada tawa dia yang merdu. Dan tidak ada tatapan khawatir yang dia
tunjukkan padaku. Aku begitu frustasi dengan sikap Luhan hyung yang tiba-tiba
dingin seperti itu. Setiap kali aku bertanya ‘mengapa kau menjadi dingin seperti
ini hyung?’ dia hanya diam tidak memperdulikan ku. Aku terus bersabar
menghadapi sikap dia yang akhir-akhir ini begitu dingin.”
Aku melirik sebentar
kearah Minseok hyung. Dia masih terus saja antusias mendengarkan ceritaku.
Sepertinya dia begitu tertarik dengan ceritaku ini. Aku menghela nafas ku
dengan malas. Ya tetap antusias seperti yang lainnya lalu saat aku selesai
bercerita dia akan bingung dengan solusi yang akan dia berikan padaku.
“Aku begitu
merindukan Luhan hyung yang dulu. Menurut hyung, apa yang membuat sikap Luhan
hyung tiba-tiba berubah dingin kepadaku?” pertanyaan ku membuatnya sedikit
merubah ekspresi diwajahnya. Menunjukkan ekspresi berpikir.
“Mungkin Luhan
sedang kesal padamu. Apakah kau membuat dia marah?” yaahh tetap pertanyaan yang
sama yang aku dengar. ‘mungkin Luhan sedang kesal padamu? Apakah kau membuat
dia marah?’ yakkk…sejak kapan aku membuat Luhan hyung marah. Aku sama sekali
tidak pernah membuat dia marah bahkan membuat dia menangis pun tidak pernah.
Aku mengacak rambutku kesal.
“Sudah
kubilang jangan membuat rambutmu berantakan Sehun-ah.” Dia memegang tangan ku
untuk menghentikan ku mengacak surai coklat ku yang sekarang sudah terlihat
berantakan. Minseok hyung tersenyum manis kepadaku. Senyuman yang selalu bisa
membuat ku tenang. Senyumannya begitu manis seperti milik Luhan hyung. Minseok
hyung menata rambutku dan membelai pipiku dengan lembut. Tatapan matanya begitu
hangat. ‘Sial! Berhentilah berdetak dengan cepat! Bisakah jantungku berdetak
seperti biasanya? Ohh ayolah apa sekarang aku sudah mulai menyukai hyung
berpipi bulat ini?’ Sehun terus melawan debaran jantungnya yang semakin lama
semakin berdetak dengan kencang.
“Sepertinya
Luhan sedang ada masalah yang membuat dia bersikap seperti itu padamu. Sikap
dinginnya tidak hanya dia tunjukkan padamu saja. Suho dkk pun juga merasakan
hal yang sama seperti mu. Aku pun juga sama. Rusa bodoh itu sedang merahasiakan
sesuatu kepada kita semua.” Minseok hyung kembali menata rambutku. “Hyung
apakah kau pernah merasakan jantungmu berdebar kencang saat ada seseorang
sedang ada bersama denganmu?” pertanyaanku membuatnya menge]hentikan
aktifitasnya menata rambutku.
“Membuat
jantung berdebar kencang? Tentu saja aku pernah merasakannya. Dan aku berpikir
bahwa aku menyukai orang itu. Orang yang membuat jantungku terus berdebar
kencang saat berada didekatnya. Wae? Apakah kau saat ini sedang merasakan hal
itu?” dia menatapku dengan memperlihatkan senyum manisnya. Ohh ayolah hyung kau
jangan terus-terusan menunjukkan senyum seperti itu. Apakah kau ingin membuat
jantungku copot saat ini juga?
“Ti-ti-tidak
hyung. A-aku hanya bertanya saja padamu.” Aku tertawa kikuk. Sial! Sial! Sial!
Kau sungguh bodoh Sehun! Mengapa kau bertanya seperti itu? Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Aku terus merutuki diri ku sendiri.
“Gwaenchana
Sehun-ah. Bila kau menyukai orang lain selain Luhan. Tapi kau harus memutuskan
Luhan terlebih dahulu. Jangan sampai kau membuatnya tambah marah karena kau
menyukai seseorang selain dia sekarang.”
Yaa tentu
saja. Aku menyukai seseorang selain Luhan hyung. Dan itu kau hyung. Sekarang
aku tidak tahu lagi harus memasang ekspresi seperti apa. Aku benar-benar dibuat
salah tingkah oleh jantungku ini. Sial! Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini
bila menyukai seseorang. Ck! Minseok hyung kau sudah berhasil membuatku seperti
orang bodoh sekarang.
“Tentang Luhan
yang tadi kau ceritakan padaku, sebaiknya kau harus bersikap tegas padanya. Kau
jangan mau terus-terus diabaikan oleh Luhan seperti itu. Meskipun kau dan Luhan
sama-sama bersikap dingin, tapi salah satu diantara kalian harus ada yang
mengalah biar masalah ini cepat selesai.” Aku melihat Minseok hyung menghela
nafasnya sebentar sebelum melanjutkan perkataanya. “Baiklah. Aku akan
membantumu berbicara pada Luhan. Mungkin bila aku yang berbicara dia akan
sedikit luluh dan mau bersikap baik padamu.”
Aku hanya
mengangguk saja mengikuti saran Minseok hyung. Yaa saran Minseok hyung Aku
terkejut mendapati sikap Minseok hyung yang ternyata berbeda sekali dengan
orang-orang yang pernah aku ceritakan masalahku ini. Sepertinya memang jangan
melihat orang dari tampilan luarnya tapi lihatlah dari tampilan dalamnya.
“Baiklah.
Sekarang sebaiknya kita pulang. Besok kita masih harus ke sekolah bukan? Kajja
kita pergi dari sini.” Minseok hyung merangkul pundakku yang sontak membuat ku
sedikit terkejut. Aku kembali
menampakkan senyum ku padanya. Sepertinya sekarang aku begitu senang akan
melakukan hal yang disebut dengan ‘tersenyum’ ini. Ini semua berkat hyung
berpipi bulat ini. Dia sudah berhasil membuat ku menjadi orang bodoh dan
menampakkan senyum manis seperti ini.
“Aigooo~ coba
lihat sekarang. Kau tersenyum lagi huh? Ckck~ terlihat begitu manis.” apa-apaan
dia. Mengapa dia menggoda seperti ini. Aku langsung berdiri yang membuat
rangkulan Minseok hyung dipundakku terlepas dengan paksa. “Kau jangan
menceritakan hal ini kepada siapa pun hyung.” aku berjalan pergi meninggalkan
dia yang masih tertawa geli. Mungkin Minseok hyung menertawakan ku. Sudahlah
aku tidak tahu.
Sekarang aku
benar-benar akan menjauhimu hyung. Aku tidak akan mendekatimu lagi. Kau sudah
membuat ku begitu bodoh dihadapanmu karena debaran jantung ku yang terus
berdetak kencang saat ada didekatmu. Yahh aku mengakui kalau aku menyukaimu,
Kim Minseok.
-End-
Akhirnya chaper ke 2
telah selesai ^^
Tunggu chapter
selanjutnya ne. . chapter terakhir di cerita ini.
Pai~ pai~ *aegyeo
bareng Xiumin oppa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar