Really
I Didn’t Know
-
-
This is story about XiuHan couple
Xiumin-Luhan
“Yaoi”
-
-
-
Maafkan saya bila judul dan isi cerita kgag nyambung
sama sekali xD wkwkwk~
Kgag suka mending kgag usah baca. No ada bash!!!
-
-
-
Hari ini ingin sekali aku membolos
pelajaran bahasa asing. Aku sama sekali tidak menyukai pelajaran ini. Pelajaran
yang membuatku mengatuk dan pasti selalu aku terkena hukuman diakhir pelajaran
ini karena kebiasaan ku tertidur pada saat pelajaran ini sedang berlangsung. “Kim
Minseok bisakah kau ke perpustakaan mengambil 1 novel berjudul Always be My
Side?” sedikit terkejut karena nama ku dipanggil oleh Nam seonsangnim disaat
aku akan memulai tidur ku. Dengan malas aku berdiri dan beranjak ke luar kelas.
“Baiklah seonsangnim.”
Sampainya di perpustakaan aku langsung
mencari novel yang Nam seonsangnim suruh. “Aigoo…mengapa novelnya berada diatas
sendiri. Aku tidak dapat meraihnya.” Aku terus berusaha menggapai novel itu.
“Ayolah kumohon aku bisa menggapaimu.” Tiba-tiba ada sebuah tangan yang meraih
novel itu. Pelan aku membalikkan tubuh ku menghadap ke orang yang mengambil
novel yang ku cari. “Luhan.” aku membulatkan mata ku. “Bisakah kau kembalikan
novel itu kepada ku? Terima kasih kau sudah membantu ku mengambilnya.” Aku
meraih novel yang Luhan pegang tapi Luhan menahannya agar aku tidak dapat
mengambil novel itu. “Mengapa kau tidak melepaskannya? Nam seonsangnim
menyuruhku mengambil novel ini Luhan.” Luhan mendorong ku pelan dan menatapku
tajam. ‘Ada apa dengannya? Mengapa sikapnya aneh seperti ini?’ dalam hati aku
bertanya. “Mengapa kau menatap ku seperti itu Luhan? Apa yang salah dengan ku?”
dia mendekatkan wajahnya dengan wajah ku. “Always be my side Minseok.” Luhan semakin
mendekat dan sepertinya dia akan menciumku. Aku berusaha bersikap tenang. ‘Mengapa
jantung ku berdebar kencang seperti ini?’ aku menutup mataku rapat. “Luhan
maafkan aku. Aku harus pergi sekarang.” Aku mendorong Luhan menjauh dari ku dan
dengan cepat aku berlari keluar dari perpustakaan.
-
-
“Minseok-ah ada yang mencarimu.”
“Siapa?”
“Luhan mencari mu. Dia menunggumu di
luar.”
Aku langsung keluar kelas. Setelah benar
adanya Luhan menungguku di depan kelas aku menghampirinya. “Ada apa kau
mencariku?” aku masih mengingat kejadian tadi di perpustakaan dan sekarang aku
sedikit memberi jarak padanya tapi luhan dengan cepat dia meraih tangan ku dan
menarik ku pergi menjauh dari kelas.. Aku tidak tahu mengapa sikap Luhan
akhir-akhir ini sangat aneh.
“Kenapa kau menarik ku kemari? Bukan kah
kita bisa berbicara santai dikantin seperti biasanya.”
Dia mengeluarkan benda persegi seperti
tempat cicin. Dia membukanya dan memang benar itu adalah sepasang cicin. Tapi
mengapa dia mengeluarkan sepasang cicin? Dia tiba-tiba meraih tanganku dan
memakaikan salah satu cicin ke jari manis ku. Dia melakukan hal yang sama pada
jari manisnya sendiri.
“Cicinnya cantik sekali. Aku
menyukainya.” Aku tersenyum kepadanya tapi hal yang berbeda justru Luhan
menatapku tajam seperti yang dia lakukan tadi di perpustakaan.
“Apakah aku salah berkata?”
“Cicin itu memang cantik tapi itu bukan
untuk mu.”
“Apa maksudmu bukan untuk ku? Mengapa
kau memasangkan cicin ini ke jari manis ku kalau bukan untuk ku.”
“Aku hanya ingin melihat apakah cicin
itu bagus atau tidak bila dipakai dijari manis seseorang.”
“Lalu untuk siapa cicin ini sebenarnya?”
“Untuk Sehun.”
“Sehunnie? Untuk Sehun?”
“Benar. Cicin itu untuknya.”
Bagaikan sebuah pisau yang saat ini
sedang menusuk hatiku. Hati ku benar-benar sangat sakit mendengar Luhan berkata
seperti itu. Aku berusaha untuk tidak menangis. Aku tidak ingin air mataku
keluar sekarang.
“Tentu saja Sehun sangat cocok sekali menggunakan
cicin ini. Apakah kau akan menyatakan perasaan mu padanya?”
“Benar. Sepulang sekolah aku akan
menyatakannya.”
Aku sudah tidak kuat lagi. Mungkin
sekarang mataku sudah terlihat berkaca-kaca. Aku melepaskan cicinnya dan
mengembalikannya kepada Luhan.
“Bila tidak ada yang ingin kau katakan
lagi, aku pergi dulu.”
Aku berjalan cepat agar aku bisa pergi dari
hadapan Luhan. Aku tidak ingin dia melihatku menangis seperti ini.
-
-
-
Malam harinya aku tidak bisa tidur. Aku
terus memikirkan kejadian tadi siang diatap sekolah. “Ohh baiklah Luhan kau
telah mengacaukan tidur malam ku sekarang. Aku tidak bisa tidur gara-gara
kajadian tadi.” Aku berusaha menutup mataku sampai ketika suara handphone ku
berbunyi. Aku melihat nama Sehun tertera dilayar handphone ku.
“Ada apa Sehun-ah?”
“Hyung kau pasti tidak menyangka apa
yang akan aku ceritakan kepadamu.”
“Memangnya kau kenapa?”
“Besok pagi saja saat di sekolah aku
akan menceritakannya kepadamu hyung.”
“Baiklah.”
Sambungan terputus. Meskipun kau tidak
menceritakannya aku sudah tau apa yang akan kau ceritakan kepadaku besok.
Kembali aku berusaha untuk terlelap malam ini.
-
-
-
“Minseok hyung….” Aku mendengar Sehun
memanggil ku dari kejauhan. Aku menoleh kebelakang. Dia berlari kecil
menghampiriku. “Selamat pagi hyung.” Dia tersenyum manis pagi ini. Tentu saja
aku tahu alasannya mengapa dia tersenyum seperti itu. “Coba kau lihat hyung. Cicin ini bagus
tidak?” dia memperlihatkan cicin yang kemarin aku pakai kepadaku. Aku
berpura-pura tidak tahu tentang hal ini.
“Wahh cicinnya sangat cantik sekali. Kau
dapat dari mana?”
“Luhan hyung yang memberikan cicin ini.
Dia kemarin menyatakan perasaannya kepadaku sepulang sekolah dan memberikan
cicin ini kepadaku. Luhan hyung juga memiliki cicin yang sama seperti ini.
Seperti couple ring.”
“Benarkah begitu? Selamat kau akhirnya
memiliki kekasih Sehun.”
Saat aku dan Sehun sedang asik mengobrol
tiba-tiba Luhan melewati kami berdua. Sehun yang melihat Luhan langsung berlari
kecil mengejarnya. “Luhan hyung tunggu. Minseok hyung kita sambung lagi nanti
saat istirahat.” Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Aku tidak tahu apa yang
aku rasakan saat ini. Cemburu? Mengapa aku harus cemburu dengan hal seperti
itu. Bukankah aku tidak memiliki perasaan apa-apa pada Luhan. Aku menepis
perasaan gusar pada diriku.
-
-
-
6 bulan berjalan hubungan HunHan dan itu
semakin membuatku menahan perasaan sakit sampai sekarang. Menangis sendiri
dalam diam di malam hari, tersenyum yang selalu aku paksakan setiap kali
dihadapan mereka. Sampai kapan aku harus menahannya? Aku mengakui sekarang
bahwa aku mencintai Luhan. Aku sudah mencintai Luhan jauh sebelum Sehun
mencintainya.
“Hyung bisakah kau menjenguk Luhan hyung
sehabis pulang sekolah nanti?”
“Apakah Luhan sakit?”
“Iya. Semalam Luhan hyung terkena demam
tinggi. Sepulang sekolah aku tidak bisa menjenguknya karena aku ada tambahan
pelajaran.”
“Benarkah? Baiklah aku akan menjenguknya
sepulang sekolah nanti.”
-
-
-
Sudah lama aku tidak kemari. Rumah Luhan
sama sekali tidak ada yang berubah. Aku berjalan mengikuti pelayan yang
mengantarku ke kamar Luhan.
“Apakah Luhan sedang istirahat
sekarang?”
“Iya. Tuan Luhan baru saja meminum
obatnya dan sekarang sedang tertidur.”
“Ahh begitu. Baiklah aku hanya ingin
melihat keadaannya sebentar saja.”
“Baiklah tuan.”
Setelah pelayan itu pergi aku masuk ke
kamar Luhan. Aku melihatnya sangat terlelap sekali. Aku duduk disampingnya. Melihat
wajahnya dengan lekat dan menggenggam tanganya. “Syukurlah kau baik-baik saja
Lu. Aku sangat khawatir saat Sehun berkata kalau semalam kau demam tinggi. Kau
cepatlah sembuh agar aku dapat melihat kembali senyuman mu.” Aku melepaskan
genggaman tangan ku dan merapikan selimut Luhan. Saat aku akan pergi tangan
Luhan menahanku. Aku terkejut dan menoleh kearahnya. “Bila kau mengkhawatirkan
ku mengapa kau akan pergi meninggalkan ku?” Luhan sedikit menarik ku untuk
kembali duduk disampingnya. “Apakah kau belum tidur?” dia hanya tersenyum.
“Istirahatlah. Kau masih terlihat begitu lemas.” Tiba-tiba Luhan memeluk ku.
“Jangan pergi Minseok. Tetap disini. Temani aku disini.” Aku melepaskan
pelukannya. “Baiklah baiklah aku akan tetap disini. Sekarang istirahatlah.” Dia
kembali tersenyum. Luhan menggenggam tangan ku erat dan tetap memperlihatkan
senyumnya.
“Apakah kau akan tersenyum seperti itu
terus?”
“Tentu saja. Bukankah kau sendiri yang
bilang ingin melihat senyum ku.”
“Sudahlah. Aku sudah melihat senyum mu sekarang.”
“Minseok-ah bisa kah kau juur kepada
ku?”
“Jujur tentang apa?”
“Perasaan mu kepadaku.”
“Apa maksudmu? Aku tidak tahu.”
“Apakah kau mencintaiku?”
“Mengapa kau bertanya seperti itu?”
“Aku tahu kau berbohong tentang perasaan
mu kepadaku Minseok. Kau tersenyum seperti itu, senyum yang kau paksakan. Aku
tahu kalau kau menahan perasaan sakit sudah lama. Sekarang aku ingin meyakinkan
perasaan mu. Apakah kau mencintaiku?”
Aku menatap Luhan lama sambil memikirkan
apa yang akan aku jawab. Tentang perasaan ku kepadanya? Tentu saja aku sangat
mencintai mu Luhan. Tapi aku tidak ingin membuat hubungan mu dan Sehun hancur
hanya karena aku mengatakan perasaan ku yang sebenarnya pada mu. Tapi aku tidak
bisa berbohong tentang perasaan ku ini.
“Benar aku mencintaimu. Sudah lama aku
begitu mencintaimu Luhan. Aku terus menahan rasa sakit ini begitu lama sampai
aku tidak kuat untuk menahannya lagi. Setiap malam aku menangis untuk
mengurangi sakit di hati ku ini. Bahkan sekarang, jujur saja aku sangat bahagia
sekali bisa memiliki waktu berdua dengan mu seperti ini.”
“Mengapa dulu kau tidak mengatakan hal
ini kepadaku? Waktu itu saat aku menyerahkan cicin kepadamu, sebenarnya cicin
itu aku berikan untuk mu. Aku sangat senang melihat kau begitu menyukai cicin
itu, tapi bodohnya aku, aku mengatakan hal yang membuat perasaan mu sakit. Aku
tahu kau menangis saat kau pergi meninggalkan ku diatap.”
“Lalu mengapa kau menyatakan perasaan mu
kepada Sehun? Apakah kau benar-benar memiliki perasaan pada Sehun atau tidak?”
“Aku memiliki perasaan pada Sehun tapi
bukan perasaan seperti yang aku rasakan terhadapmu Minseok. Aku menganggap
Sehun sudah seperti adik kesayangan ku. Aku sudah menganggap sehun seperti
saudara ku sendiri. Tapi perasaan ku terhadapamu berbeda. Aku sudah memendam
perasaan suka ku padamu sejak aku pindah kemari. Untuk pertama kalinya kau yang
menjadi teman ku saat aku tidak memiliki teman di Korea karena keterbatasan ku
berbicara bahasa Korea.”
Lama aku dan Luhan saling memandang satu
sama lain. Melihat kedalam mata kami untuk meyakinkan tentang apa yang aku dan
Luhan rasakan. Luhan mulai bergerak mendekatiku. Membuat jarak antara wajah ku
dengan wajahnya sedikit mendekat. Dan pada akhirnya dia menciumku. Aku sempat
terkejut dengan apa yag Luhan lakukan ini, tapi aku menyukainya. Ciuman Luhan
dibibirku begitu lembut. Dalam ciuman itu aku tersenyum sebentar kemudian menutup
mataku dan mulai membalas ciumannya. Sebentar saja, hanya beberapa menit kami
berciuman, aku melepaskan ciuman ini dan mulai memeluk Luhan erat.
“Aku mencintaimu Luhan.”
“Aku juga mencintaimu Minseok.”
-
-
-
Sebelum memasuki kelas, Sehun tiba-tiba
menarik ku. “Sehun-ah apa yang kau lakukan?” dia seperti tidak memperdulikan
apa yang aku ucapkan. Dia terus menarik ku sampai akhirnya aku dan Sehun sampai
diatap sekolah.
“Ada yang mau aku bicarakan dengan mu
hyung.”
“Baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan
dengan ku?”
Sehun melepaskan cicin yang Luhan
berikan kepadanya dan memberikannya kepadaku. “Apa maksudnya ini? Mengapa kau
memberikan cicin ini kepadaku?”
“Aku sudah tahu semuanya hyung. Tentang
perasaan mu terhadap Luhan hyung. Maafkan aku yang tidak peka terhadap apa yang
kau rasakan. Aku sudah membuat perasaan mu sakit.”
“Tentang hal itu, kau tidak perlu
meminta maaf Sehun. Aku tidak apa-apa.”
“Sebenarnya aku dan Luhan hyung sudah
putus 1 bulan yang lalu tapi aku tidak memberitahumu. Maafkan aku hyung.”
“Apa kau bilang? Kau sudah putus dengan
Luhan?”
“Iya hyung. Jadi aku harap kau dan Luhan
hyung bisa menjalin hubunngan layaknya sepasang kekasih.”
Aku tertawa kecil mendengar perkataan
Sehun lalu dia memakaikan cicin yang dia berikan kepadaku ke jari manis ku. “Terlihat
cantik di jari mu hyung. Kau jangan sampai menghilangkan cicin ini karena Luhan
hyung pasti akan sangat marah kepadamu.” Sehun terkekeh dan aku kembali tertawa
mendengar perkataan Sehun. “Terima kasih Sehun-ah.”
-
-
-
Hari ini adalah hari pertama aku dan
Luhan menghabiskan waktu bersama setelah kejadian pengakuan perasaan ku
padanya. Aku sangat bahagia akhirnya aku bisa berjalan berdua dengan Luhan.
Luhan sekarang adalah kekasih ku. Luhan sekarang adalah milik ku. Luhan
sekarang adalah segalanya bagiku. Luhan. Luhan. Luhan. Hanya ada nama Luhan
yang ada di dalam pikiran ku mulai saat ini.
“Minseok-ah..hari ini kau ingin pergi
kemana? Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi.”
“Aku tidak Lu. Aku bingung ingin pergi
kemana sekarang. Kita pikirkan sambil berjalan saja.”
“Kita duduk saja Minseok. Aku sedikit
lelah sekarang.”
“Baiklah.”
Aku dan Luhan duduk dibangku taman kota
sekarang. Luhan terus saja menggenggam tangan ku tanpa mau melepaskannya. Dia
juga terlihat selalu memperlihatkan senyumnya.
“Sudah kubilang jangan terlalu sering
tersenyum. Kau terlihat seperti orang gila bila tersenyum terus Luhan.”
“Bukankah kau akan merindukan senyumanku
bila aku tidak tersenyum seperti ini.”
“Memang benar, tapi kau tidak perlu
melakukannya seperti itu. Aku akan selalu melihat mu meskipun kau tidak
memperlihatkan senyuman mu Luhan karena kau sekarang adalah milik ku.”
“Kau terlihat seperti bahagia sekali
setelah memiliki ku Minseok.”
“Tentu saja aku bahagia karena aku telah
mendapatkan hati orang yang aku cintai dan aku telah milikinya sepenuhnya
sekarang.”
Luhan mencium kening ku dan memeluk ku
erat. Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin hari ini berlalu dengan
cepat. Aku berharap waktu berjalan dengan sangat lambat agar hari ini tidak
cepat berlalu. Aku sangat mencintainya. Akhirnya semua rasa sakit yang dulu aku
pendam, yang dulu selalu membuatku tak bisa tidur tenang kini berubah menjadi
mimpi indah setiap kali aku terlelap. Terima kasih Luhan kau sudah memberikan
sinarmu kepadaku.
-End-
Maafin
gue bila feelnya kgag dapet sama sekali :3 bahkan gue yang authornya pun kgag
ngerti nih cerita apaan -___- bikin nih ff terlalu cepet dan tanpa adanya
embel-embel imajinasi :v wkwkwk~
Terserah
kalian para readers menilainya macem kek gmn sama nih ff (-___-“)(“-___-)
Pai~
pai~ *aegyeo bareng Xiumin oppa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar