Jumat, 05 Februari 2016

ff Kris - Luhan - Xiumin EXO_ Photography chapter 3



Photography
.
.
Kris – Xiumin – Luhan
.
.
Another member of EXO
.
.
Romance!!
BL x BL
.
.

Happy reading~

.
.

Pagi harinya, Minseok terburu-buru berangkat ke sekolah tanpa menunggu Kris yang saat ini masih santai dengan seragamnya. Minseok langsung mengambil roti isi yang baru saja dibuat oleh ibunya.

“Minseok, bisakah kau makan dengan tenang sayang? duduklah dulu.”

“Aku harus segera ke sekolah sekarang ibu. Aku berangkat dulu.”

Masih dengan mengunyah makanannya, Minseok mencium pipi ibunya dan berlari keluar rumah sambil menggunakan sepatunya. Kris yang sudah turun dari kamarnya melihat tidak ada sosok Minseok di meja makan sekarang. Dia memandang ke arah ibunya. Bertanya.

“Apakah Minseok belum bangun?”

Kris duduk dan meminum susunya.

“Dia baru saja berangkat.”

Ucapan ibunya membuat Kris menyemburkan susunya. Dia menelan ludahnya cepat dan memandang ibunya tak percaya.

“Benarkah dia sudah berangkat?”

Kris melihat kearah jam dinding yang menggantung di atas meja makan. Ini masih jam 7 pagi dan dia sudah berangkat? Dia mengkerutkan keningnya. “Ini, makan sarapan mu Kris.” Ibunya menyodorkan sepiring roti isinya padanya. Kris hanya mengangguk lalu mengambil roti isi itu dan memakannya.

“Minseok sangat terburu-buru. Sepertinya ada hal penting. Apa Minseok tidak memberitahu mu sebelumnya?

Kris menggeleng. “Tidak. Semalam dia tidak memberitahuku setelah kami mengerjakan tugas.” Dia kembali meminum susunya lalu meraih tasnya. “Baiklah ibu, aku berangkat dulu. Aku harus memastikan anak kucing ku baik-baik saja.” ibunya hanya menggeleng pelan.  Sebelum dia berangkat, Kris mencium dan memeluk ibunya erat lalu kemudian dengan santai dia berangkat ke sekolah.
.
.
Sampainya di sekolah, Kris mencari sosok Minseoknya di kelas. Dia terus menajamkan penglihatannya agar sosok yang dia cari ditemukan. Tidak ada. Kris menaikan sebelah alisnya. Saat ada salah seorang teman sekelas Minseok masuk, Kris menahannya sebentar.

“Tunggu, kau melihat Minseok?”

“Minseok? Sepertinya dia belum berangkat.”

Kerutan di kening Kris tampak jelas. Alisnya menaut menjadi satu. Teman sekelas Minseok itu pun langsung berjalan masuk ke kelas ketika melihat wajah Kris yang tiba-tiba berubah menjadi setengah mengerikan, batinnya.

Dengan langkah cepat, Kris menelusuri setiap lorong sekolah dan tempat-tempat yang selalu Minseok kunjungi. Wajahnya mulai berubah menjadi mengerikan ketika dia tak menemukan sosok manusia yang dicarinya itu.

Di tempat lain, kini Minseok dan Luhan duduk di sebuah atap gedung sambil menikmati segelas kopi yang tadi Luhan bawa. Dia terus menampilkan senyum lebarnya melihat langit yang begitu cerah. Terdengar senandung pelan keluar dari bibir tipisnya. Luhan menutup matanya, merasakan hembusan angin yang menerpa kulit dan rambutnya.

“Luhan”

“Eemm”

Luhan masih terus dengan kegiatannya. Minseok hanya memandang kearah Luhan dengan wajah yang sedikit terpana.

“Ini. Aku mengembalikan uang mu yang kemarin.”

Minseok menyerahkan beberapa lembar uang pada Luhan. Luhan langsung membuka matanya dan memandang Minseok sebentar lalu melihat uang yang Minseok genggam. Luhan tersenyum miring. Kembali dia menatap Minseok dan tersenyum.

“Sudah, tidak usah kau kembalikan. Aku anggap uang itu sebagai salam perkenalan kita.”

“Tapi aku merasa tidak enak padamu.”

Luhan meraih tangan Minseok. Dia menatap Minseok begitu intens sampai Minseok tak kuat memandangi wajah Luhan yang sekarang entah sejak kapan sangat dekat dengan wajahnya.

“Baiklah bila kau tidak enak kepada ku. Kau mau mengembalikan uang itu pda ku tapi aku tidak mau kau mengembalikannya. Aku ingin hal yang lain.”

Minseok hanya mengedipkan matanya saja. Dia menarik tanganya pelan dari genggaman Luhan.

“Apa yang kau inginkan Luhan?” tanya Minseok sedikit takut. Tiba-tiba ponsel Minseok bergetar saat Luhan akan menjawab pertanyaanya. “Tunggu sebentar. Kris menelpon ku.” Minseok sedikit menjauh dari tempa Lluhan. Luhan memandang kearah Minseok dengan kesal.

“Ck, sial! Kris mengganggu disaat yang tidak tepat.”

Minseok mengangkat ponselnya dengan ragu-ragu. Dengan tangan sedikit bergetar dia mengangkat panggilan dari Kris.

“Ha-hallo Kris.”

“heeii Minseok! Kau ada dimana sekarang? mengapa suara mu terdengar bergetar huh?”

“A-aku sekarang a-ada di-“

Minseok tersentak ketika Luhan tiba-tiba mengambil ponselnya. Matanya mebulat ketika Luhan mulai menjawab panggilan Kris.

“Minseok sekarang dengan ku Kris. Kau tidak perlu tahu dia ada dimana sekarang. Dia baik-baik saja.”

Luhan langsung mematikan sambungan telepon dari Kris. Dia mengembalikan ponsel Minseok. “Bila dia menelpon mu lagi, jangan diangkat. Dia mengganggu!”

“Ta-tapi..”

Luhan langsung kembali ketempatnya semula. Minseok hanya memandang Luhan dengan padangan terkejut dan tak percaya. Baru kali ini ada seseorang yang berbuat seperti tadi pada Kris. Minseok menelan ludahnya cepat. Ponselnya kembali bergetar.

“Minseok.” Panggil Luhan yang membuat Minseok kembali terkejut. Dengan langkah takut dia berjalan menghampiri Luhan. “Dia pasti menelpon mu lagi kan? Sudah jangan diangkat. Biarkan saja.” Minseok memandang ponselnya. Maaf Luhan. Aku hanya tidak ingin kau terlibat masalah dengan Kris. Minseok menggenggam ponselnya erat.

“Aku harus pergi sekarang. Terima kasih untuk kopinya.”

Dengan langkah cepat dan terburu-buru, Minseok meninggalkan Luhan. “Minseok.” Minseok mengabaikan paggilan Luhan. Dia terus melangkah pergi menjauhinya. Luhan menghela napas panjangnya. “Memang apa yang membuatmu selalu dekat dengan Kris?” tanya Luhan pada bayangan Minseok yang kini sudah tak terlihat lagi.
.
.
.
Minseok berjalan masuk ke dalam ruang club basket. Dia bertanya-tanya pada teman satu anggota basket Kris tentang keberadaannya sekarang.

“Aku tadi melihatnya berjalan ke arah belakang sekolah.”

“Tidak. Aku melihatnya ada di kantin tadi.”

Dan bla  bla bla. Minseok hanya tersenyum seadanya dan pergi keluar club. Dia berjalan menuju arah belakang sekolah. Dia terus mencari sosok tinggi yang membuatnya resah sekarang. Ponselnya terus dia gunakan untuk menghubungi Kris.

“Kris…’

Suara Minseok yang sedikit ragu membuat namja tinggi yang terlihat sedang menutup matanya itu membuatnya terbuka. Dia menatap tajam Minseok yang sedang berdiri tak jauh darinya. Dia mulai bangkit dan berjalan menghampiri Minseok.

“Kau suka membuat ku khawatir seperti ini, huh?!”

Dia menarik lengan Minseok kasar. Mengeratkan tanganya pada lengan Minseok yang membuat si pemilik lengan sedikit terkejut. Tubuhnya mulai bergetar. Dia tak berani menatap Kris yang sekarang sudah mulai marah padanya.

“Ma-maafkan a-aku Kris.”

Suaranya terdengar sangat lirih. Kris menghela napasnya dan menarikMinseok masuk ke dalam pelukannya. “Kau seharusnya menceritakan kepada ku ada apa sebenarnya Minseok. Aku benar-benar sangat mengkhawatirkan mu.” Minseok mengeratkan genggamannya pada seragam Kris. Air matanya mulai keluar perlahan. “Maaf Kris. Aku tidak akan membuat mu khawatir lagi kepada ku.” Kris semakin mengeratkan pelukannya. Dielusnya rambut Minseok pelan agar Minseok tenang dan berhenti menangis. Luhan, aku akan membuat perhitungan pada mu. tunggu saatnya tiba dan kau akan tahu akibatnya.
.
.
.
Pelajaran terakhir, Luhan terus memainkan bolpointnya dengan cepat. Dia menunggu waktu pulang sekolah yang dia rasa sangat lama sekali. “Cepatlah!” sebuah tangan menghentikan aksi Luhan memainkan bolpointnya. Luhan menoleh pada teman sebangkunya, Chen. “Bisakah kau diam?” bisik Chen. Luhan hanya memberikan senyum bodohnya dan mengucapkan kata maaf pada Chen. Dan jam yang ditunggu Luhan pun datang. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Dengan cepat Luhan mengemasi semua bukunya sambil bersiul senang.

“Kau kenapa Luhan?” Tanya Chen.

“Kau terlihat bahagia sekali.” Suara Chanyeol tiba-tiba terdengar.

“Aku hampir mendapatkan sebuah jackpot teman-teman.” Luhan mengembangkan senyum lebarnya.

“Benarkah?” tanya Chen dan Chanyeol bersamaan.

“Kau akan mendapatkan apa? Sebuah uang? Liburan gratis?”

“Lebih dari itu semua. Aku pergi dulu.”

Chanyeol dan Chen langsung membuntuti Luhan dari belakang. Mendengar kata jackpot perasaan Chen dan Chanyeol mulai berbunga-bunga. Mereka mulai berpikir tentang jackpot yang Luhan katakana tadi. Setelah mengtahui Luhan masuk ke kelas sebelah, lebih tepatnya kelas Minseok, mereka berdua menghentikan langkahnya. Chanyeol dan Chen saling memandang satu sama lain. Mereka berdua menggeleng tidak percaya.

“Apakah yang dimaksud Luhan dengan jackot adalah kekasih Kris?”

“Sepertinya begitu.”

“Lebih baik kita pergi sebelum sebuah tragedy mengerikan muncul.”

Ketika Chanyeol dan Chen akan meninggalkan tempat mereka berdiri sekarang, Kris sudah menahan mereka berdua. Tatapan matanya yang tajam membuat Chanyeol dan Chen hanya bisa berdiri kaku seperti sebuah patung.

“Aku mendengar kalian berdua menyebut nama Luhan dan kekasih Kris. Apa maksudnya itu? bisakah kalian jelaskan kepadaku.” Kata Kris dengan nada dingin dan tatapan yang menusuk. Chanyeol dan Chen masih tetap diam. Keringat dingin mulai muncul di pelipis keduanya.

“Kau pasti salah dengar Kris. Kita tidak berkata apa-apa.” Kata Chanyeol sambil tertawa yang dibuat-buat. Disusul Chen yang juga ikut tertawa. “Hahahah kau benar Chanyeol. Kita berdua tidak berkata apa-apa tadi.” Chen menepuk pundak Kris asal.

Kris menatap tajam kearah Chen. Chen hanya memasang senyum polosnya dan menyingkan tangannya dari pundak Kris. “Apa yang kalian berdua lakukan disana?” Chanyeol dan Chen membulatkan kedua matanya. Keringat dingin terus keluar deras saat suara Luhan mulai terdengar.

“Lebih baik kita segera pergi dari sini Chen. Suasananya mulai panas.”

“Kau benar. Ayo kita pergi.”

“Luhan.” panggil Kris santai tapi terdengar penuh dengan syarat tak suka dalam panggilan tersebut. Luhan hanya memberikan senyum ejekannya dan berjalan menghampiri Kris. Kris merangkul Chen dan Chanyeol yang membuat mereka berdua terkejut dengan perlakuan Kris.

“Teman-teman mu sepertinya akan pergi meninggalkan mu sendirian.”

“Itu tidak mungkin Kris. Mereka berdua pasti akan membantu ku.”

Chanyeol dan Chen menggeleng cepat. “Kami berdua ada bimbingan belajar di luar jadi maaf Luhan kami tidak bisa tinggal lebih lama.” Ucap Chen takut. Dia memberikan kode kedipan mata pada Chanyeol agar dia mengikuti apa yang dia katakan. “Benar apa yang Chen katakan tadi. Maafkan kami. Kami harus pergi sekarang.” dengan cepat Chanyeol dan Chen melepaskan diri mereka dari rangkulan Kris dan langsung berlari cepat meninggalkan Luhan dan Kris berdua.

“Bahkan kedua teman mu meninggalkan mu.”

“Baiklah. Untuk kali ini aku tidak bisa mendapatakan apa yang aku inginkan. Dia memang masih milik mu tapi itu hanya sementara Kris.”

Kris hanya menyahuti ucapan Luhan dengan senyum miringnya. Ketika sosok Minseok terlihat dari kejauhan, Kris langsung memanggilnya. “Minseok.” Luhan menoleh ke belakang. Kini sosok Minseok mulai terlihat. Sejak tadi Luhan menunggu di kelas Minseok dan ternyata orang yang Luhan tunggu tidak ada di kelasnya karena dia sedang mengantar buku tugas ke ruang guru. Minseok tersenyum dan berjalan kearah Kris. Sebentar, Minseok mencuri lirikan kearah Luhan. Kris langsung merangkul pundak Minseok dan tersenyum mengejek kearah Luhan.

“See…”

“Aku akan mendapatkannya Kris. Kau lihat saja.”

“Aku bukan barang Luhan. Dan kumohon kepadamu jangan mengganggu ku lagi.” ucap Minseok dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya. “Aku kembalikan uang mu yang kemarin aku pinjam.” Minseok meraih tangan Luhan dan menaruh uang itu pada tangan Luhan. “Ayo Kris kita pergi. Aku lapar.” Minseok memberikan tatapan malas pada Luhan dan dia mulai pergi meninggalkan Kris dan Luhan dengan wajah terkejutnya.

Terdengar suara tawa pelan dari Kris. “Kau lihat sendiri kan. Aku tidak perlu mengeluarkan tenaga ku untuk menyuruhmu menyingkir dari Minseok. Minseok sendirilah yang menyuruh mu pergi darinya.”

Kris mulai berjalan mengikuti Minseok. “Heii Minseok tunggu aku.” Kris berlari pelan mengejar Minseok. Kris berbalik sebentar, melambaikan tangan pada Luhan sebagai ucapan perpisahan.

Dari kajauhan sosok Kris dan Minseok perlahan mulai menghilang dari pandangan Luhan. Luhan masih saja memasang wajah terkejutnya. Tidak mungkin Minseok bersikap sedingin itu pada ku. Tangan luhan mengepal keras. Napasnya mulai memburu cepat. senyum miringnya mulai muncul di wajah tampannya.

“Baiklah kalau itu mau mu Minseok. Aku semakin bersemangat untuk memiliki mu.”


Tbc…


Maaf yaa updatenya lama. .aku bawa lanjutannya juga pendek bgt =_= /maafkun/

Masih baper aja sama kabarnya Luhan yang datang ke Korea buat liburan hahah seharian delulu Xiuhan kumat gara-gara itu xD buat lanjutan U R nya sepertinya masuk daftar waiting room dulu yaa barengan sama ff For You :D

Yang masih pengen lanjut, boleh minta reviewnya? /puppy eyes bareng umin/ :*

1 komentar:

  1. *angkat tangan paling tinggi*!!! mau lanjutannya >< baca ini sampe 2x gegara nyokap ganggu /abaikan :v
    itu sii si kucing tinggal sm kriss? mereka tunangan aww?? ^//^ suka bgt sm 3 sejoli ini !!

    BalasHapus