Frost
-
-
This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)
Yaoi! Romance+Fantasi
-
-
-
No suka, no baca!! :p
~Xiuminshock~
-
-
-
Lapangan basket sekarang dipenuhi dengan
banyaknya perempuan yang sedang menjerit menyebutkan nama seseorang. Kris.
Itulah nama yang mereka keluarkan hanya untuk sekedar menyemangati dia. Minseok
yang sedang duduk di bangku penonton hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat
pemandangan seperti itu. “Ternyata kau ada disini Minseok. Aku dari tadi
mencari mu kemana-mana.” Minseok menoleh kearah sumber suara. Luhan datang
menghampirinya dan duduk disebelah Minseok. Sebentar dia tersenyum melihat
pemandangan yang saat ini ada di lapangan basket kemudian berpaling melihat
kearah Minseok.
“Aku kira kau seperti mereka Minseok.
Berteriak seperti orang gila memanggil nama Kris berkali-kali.” Luhan tertawa
kecil. Minseok sedikit tersenyum mendengarnya. “Mengapa kau mencari ku Luhan?
ada yang ingin kau bicarakan dengan ku.” Luhan mengangguk pelan kemudian
menggenggam tangan Minseok. “Ayo ikut aku.” Minseok berdiri dan hanya mengikuti
langkah Luhan menuntunnya. Dari kejauhan Kris terus mengekor dengan matanya
melihat kedatangan Luhan saat menghampiri Minseok dan mengajaknya pergi. “Kemana
mereka pergi?” pikir Kris. Kris menghentikan permainan basketnya dan itu
disambut dengan rasa keluhan dari beberapa perempuan yang sudah terhipnotis
dengan gaya permainan Kris tadi. “Aku pergi dulu. Kalian bermainlah.” Kris
berkata kepada salah satu teman main basketnya.
Dengan tidak sabaran Kris berlari dengan
terus menabrak orang yang ada di depannya. “Sial mereka berdua pergi kemana
sebenarnya? Sehun dan Kai kemana kalian pergi bodoh?” Kris masih berusaha
mencari kemana Luhan dan Minseok pergi.
-
-
Luhan mengajak Minseok ke belakang
sekolah. Minseok melihat sekitarnya dan berpikir sepertinya tempat ini tidak pernah
ada yang datang. Tempat ini sangat asing. Luhan mengajak Minseok duduk di bawah
pohon yang selalu dibuat Luhan sebagai tempat istirahatnya.
“Kau tahu Minseok, aku sedikit cemburu
dengan kedekatan mu dan Kris.”
“Benarkah? Mengapa demikian? Aku dan Kris
hanya teman Luhan.”
Hening untuk beberapa menit. Tak ada
suara lagi yang keluar dari mulut mereka berdua. Minseok terlihat bosan
sekarang. Dia mengeluarkan handphonenya mencari kontak nama dan terlihatlah
nama Kris di layar persegi itu. Luhan yang melihat langsung merampas handphone
Minseok dengan kasar. Minseok terkejut dengan apa yang dilakukan Luhan padanya.
“Mengapa kau mengambil handphone ku
Luhan? tolong kembalikan pada ku.” Minseok berusaha merebut handphonenya dari
tangan Luhan.
“Mengapa kau mau menghubungi Kris?
Bisakah kau tidak memikirkannya meskipun hanya sebentar.”
“Memangnya mengapa?”
“Bukankah tadi aku sudah mengatakannya
kepadamu, aku cemburu melihat kedekatanmu dengan Kris.”
Minseok hanya terdiam. Dia menghentikan
aksi berebut handphonenya dengan Luhan. “Lalu apa yang ingin kau bicarakan
kepadaku Luhan?”
Luhan memasukan handphone Minseok
kesalah satu saku celananya. “Bisakah kau menjauh dari Kris?” kini nada Luhan
mulai terdengar serius.
“Mengapa aku harus menjauhinya? Apa
karena kau cemburu melihatnya?”
“Salah satunya itu. Tapi ada alasan
lainnya.”
“Apa alasan lainnya? Bolehkah aku tahu?”
Luhan menatap Minseok dengan tatapan
yang mampu membuat Minseok tidak berani kembali menatapnya. Bola mata Luhan
kini perlahan berubah menjadi kuning keemasan dan itu membuat Minseok sedikit
terkejut melihatnya.
“Bola matamu berubah menjadi kuning
keemasan Luhan. Ada apa dengan dirimu huh?” Tanya Minseok khawatir.
“Sudahlah kau tidak perlu
mengetahuinya.” Luhan bangkit dari posisi duduknya. Saat dia akan berjalan
pergi, Minseok menahan tangan Luhan dan menggenggamnya begitu erat. Luhan
menoleh kearah Minseok. Melihat wajah Minseok yang polos seperti bayi membuat
Luhan ingin kembali duduk ke posisi semula tapi dia urungkan niatnya itu.
“Lepaskan aku Minseok.” Minseok menggeleng pelan dan tetap menggenggam tangan
Luhan.
“Aku tidak tahu apa masalah mu dengan
Kris. Bila kau memiliki masalah dengannya tolong jangan bawa aku juga. Kalau
memang masalah ini ada hubungannya dengan ku, mengapa aku tidak boleh
mengatahuinya? Asal kau tahu Luhan, kemarin aku tidak sengaja mendengar
percakapan mu dengan Kris saat aku berada di toilet. Aku tidak mengerti maksud
pembicaraan mu dengan Kris kemarin.”
Minseok berdiri menghadap Luhan dan
menatapnya dengan memohon. “Aku tidak akan bertanya maksud dari pembicaraan
kalian berdua kemarin. Aku akan menganggap tidak pernah mendengarnya.”
Luhan menarik tubuh Minseok pelan lalu
memeluknya. Memeluknya cukup lama. Setelahnya dia melepaskan pelukannya
kemudian dia menangkupkan kedua tangannya pada pipi Minseok. “Baiklah aku akan
menceritakannya kepadamu Minseok. Semuanya. Tapi aku berharap kau tidak akan
terkejut setelah mendengarnya.” Minseok mengangguk mengerti. “Aku akan terima
resikonya Luhan.” Luhan tersenyum dan kembali memeluk Minseok.
-
-
-
Malam harinya Kris mendatangi rumah
Minseok. Dia benar-benar begitu khawatir dengan keadaan Minseok setelah
kejadian dia melihat Luhan mengajak Minseok pergi saat istirahat. Pikiran Kris
terus tidak fokus. Dia begitu gelisah. Melihat kelakuan Kris seperti itu
Minseok hanya diam mengerjapkan matanya bingung.
“Kau tidak apa-apa Kris? Apa kau ada
masalah?”
“Siang tadi, saat istirahat kau dan
Luhan pergi kemana huh? Aku mencari mu tapi kau tidak ada dimana-mana.”
“Maafkan aku Kris. Tadi siang Luhan
mengajak ku ke belakang sekolah. Entahlah aku juga baru pertama kali kesana.
Sepertinya tempat itu hanya Luhan yang tahu.”
“Aku sangat mengkhawatirkan mu Minseok.
Tolonglah jangan pernah lagi membuatku seperti ini. Aku tidak mau kehilangan
mu.”
Minseok terdiam sebentar. Sedikit
mencerna perkataan Kris barusan. “Maafkan aku sudah membuatmu khawatir Kris.
Kau tenang saja Luhan tidak akan pernah macam-macam dengan ku. Dia sangat baik
kepada ku.”
“Aku tidak ingin kau terus-terusan dekat
dengan Luhan. Kalau bisa kau menjauh darinya.”
“Mengapa kau menyuruhku menjauhi Luhan?
apakah salah aku berteman dengannya? Luhan juga berkata kepada ku untuk
menjauhi mu. Sebenarnya apa masalah kalian berdua? Mengapa aku tidak boleh
berteman dengan mu dan juga Luhan?”
“Aku tidak bisa mengatakan alasannya
Minseok. Maafkan aku.”
“Kris kumohon, bila ini memang ada sangkut
pautnya dengan ku seharusnya aku juga boleh tahu tentang alasannya.”
Kris terdiam menatap Minseok. “Bila
kalian berdua tidak mengatakan alasannya aku akan menjauhi kalian berdua. Aku
hanya akan berteman dengan Sehun dan Kai saja.” Minseok berdiri dan sedikit
menjaga jarak dengan Kris.
“Ohh tolonglah Minseok kau jangan
seperti ini. Baiklah aku akan mengatakan alasannya kepadamu tapi tidak
sekarang.”
“Mengapa tidak sekarang saja kau
mengatakannya Kris?”
“Semuanya butuh proses Minseok. Aku
tidak tahu harus memulainya dari mana untuk menjelaskannya kepadamu.”
“Baiklah aku akan menunggu penjelasann
mu Kris.”
-
-
-
Keesokan harinya, saat pulang sekolah
Luhan mengajak Minseok kebelakang sekolah lagi. Luhan memberikan sekaleng
minuman bersoda kepada Minseok lalu memposisikan dirinya duduk disamping
Minseok.
“Setiap kali saat Kris menyentuhmu, apakah
kau merasa pergelangan tangan mu seperti terbakar? Tanda itu kemudian bersinar
secara tiba-tiba.”
“Entahlah Luhan. Saat pertama kali aku
dan Kris bertemu, aku merasakan hal seperti itu. Tapi mengapa Kris?”
“Kris juga sama dengan kita Minseok. Dia
juga terpilih.”
Minseok menoleh kearah Luhan seperti tak
mempercayai ucapannya barusan. “Benarkah? Kris juga memiliki tanda seperti
kita?”
Luhan mengangguk pasti. “Benar. Dia
seorang dragon. Kau tahu kan pengguna api.”
Minseok masih belum bisa mempercayai
perkataan Luhan. Dia masih menatap Luhan tak percaya. “Jadi selama ini dia
sudah tahu kalau aku adalah seorang frost.”
“Iya dia sudah tahu. Entahlah mengapa dia
masih keras kepala untuk tetap melindungimu padahal sudah sangat jelas sekali
kalau dia akan mencelakai mu bahkan bisa membunuhmu.”
Mata Minseok membulat sempurna dan mulutnya
terbuka lebar. “Membunuh ku? Kau tidak bercanda dengan ucapan mu itu kan?”
“Mengapa aku harus berkata bohong kepada
mu huh?”
“Tapi bila benar dia akan membunuhku, mengapa
dia tidak melakukannya saat pertama kali bertemu dengan ku? Bahkan sekarang dia
mulai mengkhawatirkan keadaan ku Luhan. Aku tidak mengerti dengan sikap Kris
kepadaku akhir-akhir ini.”
“Apakah kau tidak merasa kalau Kris itu
menyukaimu Minseok?”
“Kris menyukai ku? Sejak kapan dia
menyukai ku?”
“Dari awal dia sudah tahu akan
kedatangan mu kemari. Dia terus menunggu kehadiran mu dan pada akhirnya kau
muncul dihadapannya. Dia tahu kalau kau selalu merasakan pergelangan mu
terbakar setiap kali dia menyentuhmu. Dia tahu segalanya tentang mu”
Minseok menghirup oksigen dalam-dalam.
Ekspresinya masih menunjukkan ketidakpercayaan tentang apa yang Luhan katakana
padanya. “Lalu kau sendiri bagaimana Luhan? apakah kau juga tahu kalau aku akan
datang kemari?”
“Aku sama sekali tidak tahu. Aku hanya
merasakan saat datang ke sekolah ada perasaan aneh yang muncul kemudian aku
mencari tahu. Perasaan ku tertuju pada mu lalu aku terus mengikutimu sampai aku
datang menolong mengontrol tanda mu ini.”
“Mengapa aku selalu merasakan tanda ini seperti
membakar pergelangan tangan ku bila bersentuhan dengan Kris?”
“Dari dulu seorang dragon dan seorang
frost memang tidak akur dan tidak akan pernah cocok. Mereka sama-sama akan
saling membunuh. Seorang dragon menggunakan api untuk melawan sedangkan seorang frost bisa menggunakan air dan
membekukan semuanya. Seorang dragon bisa mati ditangan seorang frost begitupun
sebaliknya. Kalian berdua bisa saling membunuh satu sama lain pada akhirnya.”
“Lalu mengapa Kris terus saja
mendekatiku bila dia tahu tentang hal itu?”
“Bukankah aku tadi sudah bilang kalau
Kris menyukai mu. Alasan itulah yang Kris gunakan untuk mendekatimu terus. Dia
akan rela melakukan apapun demi untuk bisa dekat dengan mu. Bahkan dia
merelakan dirinya melawan keluarga dragon sekalipun. Tapi aku tidak akan
membiarkan hal itu terjadi Minseok. Kris tidak akan pernah mendapatkan mu
meskipun dia berusaha sampai mati pun.”
“Mengapa kau berkata seperti itu?”
“Apakah kau tidak pernah membaca tentang
leluhurmu jaman dulu huh? Kau seperti tidak tahu apa-apa tentang hal seperti
ini.”
Minseok menggeleng pelan. “Tidak sejak
ayah ku meninggal. Saat kecil dia selalu menceritakan tentang keluarga frost,
tapi dia tidak pernah mencerikan hal ini kepadaku. Entahlah aku juga tidak
tahu. Maafkan aku Luhan.” Minseok sedikit terkekeh. Luhan hanya tersenyum manis
menanggapinya.
“Aku sangat bahagia bisa bertemu dengan
mu Minseok. Kau tahu, keluaga frost dan keluarga telekinensis sejak dulu
berteman sangat baik. Bahkan ada beberapa dari mereka yang menikah dan memiliki
keluarga penerus. Tapi itu sudah berlalu saat keluarga dragon terus
mengeluarkan api mereka untuk membunuh semua keluarga yang terpilih.”
“Jadi karena hal itu kau dan Kris saling
bermusuhan?”
Luhan mengangguk pelan. “Benar. Jadi
bisakah kau tidak mendekati Kris lagi? Sedikit menjauh darinya. Aku juga tidak
mau melihat mu terluka hanya karena Kris mencelakai mu bila dia terus-terusan ada
di dekat mu. Aku akan melindungimu.”
“Apakah kau juga menyukai ku Luhan?”
“Aku sudah menyukai mu lebih dulu sebelum
Kris menyukaimu seperti sekarang. Kau tidak ingat pernah memiliki teman dari
China saat kecil dulu?”
“Aku pernah memiliki satu teman saat
kecil di China dulu. Aku sudah lupa dengan namanya. Tapi yang aku ingat dia selalu
memanggilku dengan sebutan….” Sebelum Minseok berkata Luhan menyahut tiba-tiba.
“Baozi. Dia memanggil mu dengan sebutan baozi.” Luhan tersenyum menatap Minseok
yang sedikit terkejut dengan apa yang Luhan ucapkan.
Tbc……
*gerogotinguling*
BalasHapus/baverakut! oh jinjya siapa saja padamkan api fujoshi kuu><
kriss kau benar benar seme sadiis /but ilikeit wkwk luhan seme cute berhati lembut sekali..
bang umin!!!! tanpamu apa artilah mereka di ff ini gyaaaa* uke paporit/ selain jiminbts :3 :v
Gag tau yaa aku suka bgt bikin karakter kris jd sadis2 gitu. .suka nyakitin orang wkwkwk kirain si jimin seme .__. XD
Hapusandweeeeee! eonn menyakiti hatiku *brokenheart*
Hapus