Frost
-
-
This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)
Yaoi! Romance+Fantasi
-
-
-
No suka, no baca!! :p
~Xiuminshock~
-
-
-
“Baru kali ini aku melihat seorang frost
setelah sekian lama tidak melihatnya.” Namja kurus ini tiba-tiba meraih
pergelangan tangan kiriku. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku.” Dia
hanya memandangiku saja dan setelah beberapa detik dia menampakkan senyumnya
kepadaku. Dia menggenggam tangan kiri ku dan secara tiba-tiba dia mencium
kening ku. Aku benar-benar terdiam seperti batu. Tidak bisa bergerak, tidak
bisa mengeluarkan suara apapun. Aku hanya bisa memandanginya saja. “Sekarang
mata mu kembali normal.” Perasaan aneh apa ini? Mengapa tiba-tiba jangtung ku
berdetak dengan cepat. Namja kurus itu melepaskan genggamannya dan sedikit
mundur untuk memberi jarak dengan ku. Aku melihat tanda itu sudah tidak
bersinar lagi dan aku merasakan pergelangan tangan ku tidak terbakar lagi. Aku
kembali melihat kearah namja kurus itu.
“Sebenarnya kau ini siapa?”
“Perkenalkan namaku Luhan. Xi Luhan.”
“Kau tahu darimana kalau aku seorang
frost?”
“Aku juga sama seperti mu. Aku juga
memiliki tanda ditubuh ku. Dipunggung ku tepatnya. Aku seorang telekinesis.
Bisa menggerakkan apapun sesuai dengan pikiranku.”
“Benarkah? Aku tidak percaya setelah
sekian lama aku bertemu seseorang yang sama seperti ku.”
“Lalu kau siapa? Aku tidak pernah
melihatmu sebelumnya.”
“Nama ku Kim Minseok tapi kau bisa
memanggil ku Xiumin. Itu adalah nama panggilanku dari keluarga frost. Aku hari
ini baru pindah kemari. Senang bertemu dengan mu Luhan.”
“Tentu saja Xiumin. Senang bertemu
dengan mu juga.”
Bel masuk terlah berbunyi. Aku menyudahi
percakapan ku dengan Luhan. “Kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak mau telat
masuk kelas di hari pertama ku. Aku duluan.”
“Baiklah. Sampai bertemu lagi Minseok.”
-
-
-
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua
penghuni kelas berhamburan dengan senang hati. “Minseok-ah apakah kau akan
langsung pulang?” Tanya Kris. “Iya. Aku tidak ingin membuat khawatir ibu ku di
rumah. Memang ada apa Kris?” tiba-tiba Sehun dan Kai menghampiri mereka berdua.
“Sebelum pulang bisakah kita makan dulu. Aku sangat lapar sekali.” Kai memasang
wajah memelas sambil memegang perutnya agar lebih terlihat seperti benar-benar
orang yang sedang kelaparan. “Baiklah kita makan dulu.” Kris berjalan keluar
kelas duluan. Kai dengan semangat langsung mengekor dibelakang Kris. “Ayo
Minseok kita makan.” Sehun merangkul pundak Minseok lalu berjalan menyusul di
belakang Kris dan Kai.
Sampai di depan gerbang sekolah Minseok
melihat Luhan sedang berdiri –seperti menunggu seseorang- kemudian dia
menghampirinya. “Luhan, apa yang kau lakukan disini? Sedang menunggu jemputan
mu datang?” Kris, Kai dan Sehun langsung menghampiri Minseok setelah melihatnya
pergi berjalan menuju kearah Luhan.
“Minseok-ah apa yang kau lakukan huh?”
bisik Sehun.
“Aku hanya ingin menyapa Luhan saja.
Apakah kalian mengenal Luhan?”
“Ya kami sangat mengenalnya Minseok.”
Ucap Kai dengan tatapan tajam kearah Luhan.
“Kalian berdua ajaklah Minseok makan
duluan nanti aku akan menyusul.” Ucap Kris dan disambut anggukan mengerti dari
Kai dan Sehun.
“Luhan aku duluan. Sampai bertemu
besok.”
Setelah kepergian Minseok, Kai dan Sehun
kini hanya Kris dan Luhan yang saling menatap satu sama lain. Tatapan yang
tajam seperti ada sebuah amarah yang mereka pendam.
“Aku peringatkan padamu Luhan, jangan
sekali-kali kau mendekati Minseok.”
“Mengapa aku tidak boleh mendekatinya?
Bukankah dia juga butuh teman.”
“Dia sudah memiliki teman. Dan orang
seperti mu tidak cocok berteman dengan Minseok.”
“Seharusnya aku yang berkata seperti itu
Kris bukan kau. Kau yang akan mencelakai Minseok. Entah kapan kau akan melakukannya
tapi tentu saja sudah sangat jelas kau akan membunuh Minseok seperti yang kau
lakukan pada Lay dulu.”
Kris terkejut dengan ucapan Luhan dan
emosi mulai menyelimuti Kris. Dia mencengkram kerah seragam Luhan. “Apa
maksudmu berkata seperti itu Luhan? bukan aku yang membunuh Lay.”
“Memang benar bukan kau tapi keluargamu
yang membunuhnya. Tapi asal kau tahu Kris, bukankah sebentar lagi kau akan
menjadi seperti keluargamu itu. Membunuh semua keluarga yang terpilih agar
keluargamulah yang bisa leluasa menjadi pemimpin.”
Kris mulai panas dan dia mulai
meluncurkan sebuah pukulan sangat keras kewajah Luhan. “Jaga bicara mu Luhan
jangan sampai aku memukulmu lagi untuk kesekian kalinya.” Kris kemudian pergi
meninggalkan Luhan yang terjatuh ditanah akibat pukulan darinya. Luhan hanya
tersenyum mengejek melihat kepergian Kris. “Aku yang akan memukulmu bahkan aku
tidak segan-segan untuk membunuhmu bila kau membunuh Xiumin.”
-
-
-
Malam harinya di keluarga Kim, ibu
Xiumin -Kim Nana- sedang menyiapkan makan malam di dapur seperti biasanya.
Minseok turun dari kamarnya menuju dapur untuk melihat apakah makan malam sudah
siap. “Xiumin, bisakah kau membantu ibu menata piring dan sendok di meja
makan?” Xiumin mengangguk pelan. “Baiklah ibu.” Xiumin langsung mengambil piring
dari dalam laci yang ada di dapur lalu menatanya di meja makan. Ibunya datang kearah
meja makan dengan membawa sepanci sup kentang kesukaan Xiumin. “Ayo kita
makan.” Ajak Kim Nana.
“Xiumin-ah..bagaimana hari pertamu di
sekolah? Apakah kau mendapatkan teman yang baik?”
“Aku mendapatkannya. Mereka sangat baik
kepadaku. Namanya adalah Kris, Sehun dan Kai. Tapi ada satu anak yang membuatku
benar-benar terkejut ibu. Dia sama seperti ku. Dia juga memikili tanda. Namanya
adalah Luhan.”
“Sama seperti mu? Memang dia memiliki
tanda apa?”
“Dia adalah seorang telekinesis. Tadi
secara tiba-tiba tanda ini membakar pergelangan tanganku lalu mata ku juga
berubah menjadi biru. Aku merasa sangat panik dan aku tidak bisa mengontrol
tanda ini kemudian dia datang, menggenggam pergelangan tangan ku dan mencium
keningku. Setelah itu mataku kembali normal. Aku tidak tahu mengapa hal ini
bisa terjadi kepada ku ibu.”
“Seorang telekinesis. Ayah mu dulu
pernah bercerita kepada ibu kalau dia memiliki seorang teman dari keluarga
telekinesis. Tapi ibu sudah lupa siapa namanya.”
“Benarkah ibu? Jadi aku bisa berteman
dengannya kalau begitu.”
“Kau bisa berteman dengannya tapi kau
juga harus berhati-hati dengannya. Siapa tahu dibalik itu semua dia akan
mencelakaimu. Ibu tidak ingin kehilangan mu Xiumin.”
“Tentu aku akan aku berhati-hati ibu.”
-
-
-
Seminggu setelah Minseok menjadi murid
baru di sekolahnya, dia benar-benar tidak ingin kehilangan teman-temannya,
terutama Luhan. Dia semakin dekat dengan Luhan dan itu membuat ketiga teman
Minseok –Kris, Sehun, Kai- semakin genjar untuk memisahkan mereka berdua.
“Minseok kau mau kemana? Sebentar lagi
guru akan datang.” Kris menarik tangan Minseok pelan. Sedikit terkejut dengan
perlakuan Kris, pergelangan tangan Minseok mulai memanas. Minseok menarik pelan
tangannya menjauhi Kris. “Aku mau ke toilet sebentar Kris. Kau mau ikut?” Kris
tersenyum lalu menggeleng, “Tidak. Kai saja yang menemanimu. Kai kemari
sebentar.” Kai yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh kearah Kris dan
langsung menghampirinya.
“Ada apa kau memanggilku?”
“Temani Minseok sebentar ke toilet.”
“Baiklah. Ayo kita pergi.”
“Tidak. Kau tidak perlu menemaniku Kai.
Kris kau terlalu berlebihan sekali. Aku bukan anak kecil yang perlu ditemani ke
toilet. Aku pergi sendiri saja.”
Tiba-tiba Kris menarik Minseok mengajak
dia keluar kelas. “Baiklah aku akan menemanimu.”
-
-
Kris menunggu Minseok diluar toilet,
berjaga-jaga siapa tahu Luhan tiba-tiba muncul. Dan benar saja dugaan Kris, benar
bahwa dari kejauhan terlihat Luhan sedang berjalan menuju toilet. Saat Luhan
akan masuk, Kris menahan Luhan.
“Benar bukan kau dan Minseok telah
berjanji untuk bertemu disini.”
Luhan menoleh ke arah Kris. “Apa maksud
perkataan mu Kris? Aku tidak tahu.”
“Minseok ada di dalam, kau tidak boleh
masuk sebelum dia keluar.”
Luhan tertawa pelan lalu berdiri di
depan Kris. “Kau benar-benar tahu cara bagaimana melindungi orang Kris. Asal
kau tahu meskipun kau terus mengekor pada Minseok, kau terus berada
disampingnya, aku akan tetap bisa bertemu dengannya. Kenyataan akan berkata
pada Minseok bahwa dia akan menjauhi mu.”
“Minseok menjauhi ku? Itu tidak akan
pernah terjadi. Aku akan melindungi dia sampai kapan pun juga.”
“Bagaimana bila dia hanyalah seorang
manusia biasa yang tidak tahu apa-apa dan berteman denganku, apakah kau akan
tetap melindunginya?”
Kris menatap Luhan geram. Kedua
tangannya mulai mengepal keras yang akan siap untuk memukul wajah Luhan bila
dia berkata lagi. Tapi dibalik itu, Minseok mendengar semua pembicaraan Kris
dan Luhan. Minseok yang tidak tahu
apa-apa maksud perkataan mereka berdua tetap bersembunyi di toilet.
“Tentu aku akan tetap melindunginya.”
“Kau lihat saja Kris, siapa yang akan
menjauhi siapa. Kau atau Minseok yang pergi menjauh. Astaga ini semakin menarik
saja. Aku tidak sabar untuk melihat sebuah realita yang sebenarnya.”
Luhan kemudian pergi meninggalkan Kris
yang masih tetap menahan amarahnya. Setelah melihat Luhan pergi, Minseok keluar
dari toilet. “Maaf Kris kau pasti lama menunggu ku. Lebih baik kita segera
kembali ke kelas.” Minseok berjalan mendahului Kris kembali ke kelas dengan
perasaan bertanya-tanya.
Tbc………...
Cerita yg sangat menarik, saya berharap anda bisa terus menulis cerita yg luar biasa lagi kedepanya.terimakasih sudah menghibur banyak pembaca dg cerita anda
BalasHapus