Senin, 05 Januari 2015

FF XiuHan -Frost- Chapter 2

Frost

-
-

This is story my hard OTP, XiuHan (Xiumin-Luhan)

Yaoi! Romance+Fantasi

-
-
-

No suka, no baca!! :p

~Xiuminshock~

-
-
-


“Baru kali ini aku melihat seorang frost setelah sekian lama tidak melihatnya.” Namja kurus ini tiba-tiba meraih pergelangan tangan kiriku. “Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku.” Dia hanya memandangiku saja dan setelah beberapa detik dia menampakkan senyumnya kepadaku. Dia menggenggam tangan kiri ku dan secara tiba-tiba dia mencium kening ku. Aku benar-benar terdiam seperti batu. Tidak bisa bergerak, tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Aku hanya bisa memandanginya saja. “Sekarang mata mu kembali normal.” Perasaan aneh apa ini? Mengapa tiba-tiba jangtung ku berdetak dengan cepat. Namja kurus itu melepaskan genggamannya dan sedikit mundur untuk memberi jarak dengan ku. Aku melihat tanda itu sudah tidak bersinar lagi dan aku merasakan pergelangan tangan ku tidak terbakar lagi. Aku kembali melihat kearah namja kurus itu.

“Sebenarnya kau ini siapa?”

“Perkenalkan namaku Luhan. Xi Luhan.”

“Kau tahu darimana kalau aku seorang frost?”

“Aku juga sama seperti mu. Aku juga memiliki tanda ditubuh ku. Dipunggung ku tepatnya. Aku seorang telekinesis. Bisa menggerakkan apapun sesuai dengan pikiranku.”

“Benarkah? Aku tidak percaya setelah sekian lama aku bertemu seseorang yang sama seperti ku.”

“Lalu kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”

“Nama ku Kim Minseok tapi kau bisa memanggil ku Xiumin. Itu adalah nama panggilanku dari keluarga frost. Aku hari ini baru pindah kemari. Senang bertemu dengan mu Luhan.”

“Tentu saja Xiumin. Senang bertemu dengan mu juga.”

Bel masuk terlah berbunyi. Aku menyudahi percakapan ku dengan Luhan. “Kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak mau telat masuk kelas di hari pertama ku. Aku duluan.”

“Baiklah. Sampai bertemu lagi Minseok.”

-
-
-

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua penghuni kelas berhamburan dengan senang hati. “Minseok-ah apakah kau akan langsung pulang?” Tanya Kris. “Iya. Aku tidak ingin membuat khawatir ibu ku di rumah. Memang ada apa Kris?” tiba-tiba Sehun dan Kai menghampiri mereka berdua. “Sebelum pulang bisakah kita makan dulu. Aku sangat lapar sekali.” Kai memasang wajah memelas sambil memegang perutnya agar lebih terlihat seperti benar-benar orang yang sedang kelaparan. “Baiklah kita makan dulu.” Kris berjalan keluar kelas duluan. Kai dengan semangat langsung mengekor dibelakang Kris. “Ayo Minseok kita makan.” Sehun merangkul pundak Minseok lalu berjalan menyusul di belakang Kris dan Kai.

Sampai di depan gerbang sekolah Minseok melihat Luhan sedang berdiri –seperti menunggu seseorang- kemudian dia menghampirinya. “Luhan, apa yang kau lakukan disini? Sedang menunggu jemputan mu datang?” Kris, Kai dan Sehun langsung menghampiri Minseok setelah melihatnya pergi berjalan menuju kearah Luhan.

“Minseok-ah apa yang kau lakukan huh?” bisik Sehun.

“Aku hanya ingin menyapa Luhan saja. Apakah kalian mengenal Luhan?”

“Ya kami sangat mengenalnya Minseok.” Ucap Kai dengan tatapan tajam kearah Luhan.

“Kalian berdua ajaklah Minseok makan duluan nanti aku akan menyusul.” Ucap Kris dan disambut anggukan mengerti dari Kai dan Sehun.

“Luhan aku duluan. Sampai bertemu besok.”

Setelah kepergian Minseok, Kai dan Sehun kini hanya Kris dan Luhan yang saling menatap satu sama lain. Tatapan yang tajam seperti ada sebuah amarah yang mereka pendam.

“Aku peringatkan padamu Luhan, jangan sekali-kali kau mendekati Minseok.”

“Mengapa aku tidak boleh mendekatinya? Bukankah dia juga butuh teman.”

“Dia sudah memiliki teman. Dan orang seperti mu tidak cocok berteman dengan Minseok.”

“Seharusnya aku yang berkata seperti itu Kris bukan kau. Kau yang akan mencelakai Minseok. Entah kapan kau akan melakukannya tapi tentu saja sudah sangat jelas kau akan membunuh Minseok seperti yang kau lakukan pada Lay dulu.”

Kris terkejut dengan ucapan Luhan dan emosi mulai menyelimuti Kris. Dia mencengkram kerah seragam Luhan. “Apa maksudmu berkata seperti itu Luhan? bukan aku yang membunuh Lay.”

“Memang benar bukan kau tapi keluargamu yang membunuhnya. Tapi asal kau tahu Kris, bukankah sebentar lagi kau akan menjadi seperti keluargamu itu. Membunuh semua keluarga yang terpilih agar keluargamulah yang bisa leluasa menjadi pemimpin.”

Kris mulai panas dan dia mulai meluncurkan sebuah pukulan sangat keras kewajah Luhan. “Jaga bicara mu Luhan jangan sampai aku memukulmu lagi untuk kesekian kalinya.” Kris kemudian pergi meninggalkan Luhan yang terjatuh ditanah akibat pukulan darinya. Luhan hanya tersenyum mengejek melihat kepergian Kris. “Aku yang akan memukulmu bahkan aku tidak segan-segan untuk membunuhmu bila kau membunuh Xiumin.”

-
-
-

Malam harinya di keluarga Kim, ibu Xiumin -Kim Nana- sedang menyiapkan makan malam di dapur seperti biasanya. Minseok turun dari kamarnya menuju dapur untuk melihat apakah makan malam sudah siap. “Xiumin, bisakah kau membantu ibu menata piring dan sendok di meja makan?” Xiumin mengangguk pelan. “Baiklah ibu.” Xiumin langsung mengambil piring dari dalam laci yang ada di dapur lalu menatanya di meja makan. Ibunya datang kearah meja makan dengan membawa sepanci sup kentang kesukaan Xiumin. “Ayo kita makan.” Ajak Kim Nana.

“Xiumin-ah..bagaimana hari pertamu di sekolah? Apakah kau mendapatkan teman yang baik?”

“Aku mendapatkannya. Mereka sangat baik kepadaku. Namanya adalah Kris, Sehun dan Kai. Tapi ada satu anak yang membuatku benar-benar terkejut ibu. Dia sama seperti ku. Dia juga memikili tanda. Namanya adalah Luhan.”

“Sama seperti mu? Memang dia memiliki tanda apa?”

“Dia adalah seorang telekinesis. Tadi secara tiba-tiba tanda ini membakar pergelangan tanganku lalu mata ku juga berubah menjadi biru. Aku merasa sangat panik dan aku tidak bisa mengontrol tanda ini kemudian dia datang, menggenggam pergelangan tangan ku dan mencium keningku. Setelah itu mataku kembali normal. Aku tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi kepada ku ibu.”

“Seorang telekinesis. Ayah mu dulu pernah bercerita kepada ibu kalau dia memiliki seorang teman dari keluarga telekinesis. Tapi ibu sudah lupa siapa namanya.”

“Benarkah ibu? Jadi aku bisa berteman dengannya kalau begitu.”

“Kau bisa berteman dengannya tapi kau juga harus berhati-hati dengannya. Siapa tahu dibalik itu semua dia akan mencelakaimu. Ibu tidak ingin kehilangan mu Xiumin.”

“Tentu aku akan aku berhati-hati ibu.”

-
-
-

Seminggu setelah Minseok menjadi murid baru di sekolahnya, dia benar-benar tidak ingin kehilangan teman-temannya, terutama Luhan. Dia semakin dekat dengan Luhan dan itu membuat ketiga teman Minseok –Kris, Sehun, Kai- semakin genjar untuk memisahkan mereka berdua.

“Minseok kau mau kemana? Sebentar lagi guru akan datang.” Kris menarik tangan Minseok pelan. Sedikit terkejut dengan perlakuan Kris, pergelangan tangan Minseok mulai memanas. Minseok menarik pelan tangannya menjauhi Kris. “Aku mau ke toilet sebentar Kris. Kau mau ikut?” Kris tersenyum lalu menggeleng, “Tidak. Kai saja yang menemanimu. Kai kemari sebentar.” Kai yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh kearah Kris dan langsung menghampirinya.

“Ada apa kau memanggilku?”

“Temani Minseok sebentar ke toilet.”

“Baiklah. Ayo kita pergi.”

“Tidak. Kau tidak perlu menemaniku Kai. Kris kau terlalu berlebihan sekali. Aku bukan anak kecil yang perlu ditemani ke toilet. Aku pergi sendiri saja.”

Tiba-tiba Kris menarik Minseok mengajak dia keluar kelas. “Baiklah aku akan menemanimu.”

-
-

Kris menunggu Minseok diluar toilet, berjaga-jaga siapa tahu Luhan tiba-tiba muncul. Dan benar saja dugaan Kris, benar bahwa dari kejauhan terlihat Luhan sedang berjalan menuju toilet. Saat Luhan akan masuk, Kris menahan Luhan.

“Benar bukan kau dan Minseok telah berjanji untuk bertemu disini.”

Luhan menoleh ke arah Kris. “Apa maksud perkataan mu Kris? Aku tidak tahu.”

“Minseok ada di dalam, kau tidak boleh masuk sebelum dia keluar.”

Luhan tertawa pelan lalu berdiri di depan Kris. “Kau benar-benar tahu cara bagaimana melindungi orang Kris. Asal kau tahu meskipun kau terus mengekor pada Minseok, kau terus berada disampingnya, aku akan tetap bisa bertemu dengannya. Kenyataan akan berkata pada Minseok bahwa dia akan menjauhi mu.”

“Minseok menjauhi ku? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan melindungi dia sampai kapan pun juga.”

“Bagaimana bila dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak tahu apa-apa dan berteman denganku, apakah kau akan tetap melindunginya?”

Kris menatap Luhan geram. Kedua tangannya mulai mengepal keras yang akan siap untuk memukul wajah Luhan bila dia berkata lagi. Tapi dibalik itu, Minseok mendengar semua pembicaraan Kris dan Luhan. Minseok yang tidak tahu  apa-apa maksud perkataan mereka berdua tetap bersembunyi di toilet.

“Tentu aku akan tetap melindunginya.”

“Kau lihat saja Kris, siapa yang akan menjauhi siapa. Kau atau Minseok yang pergi menjauh. Astaga ini semakin menarik saja. Aku tidak sabar untuk melihat sebuah realita yang sebenarnya.”

Luhan kemudian pergi meninggalkan Kris yang masih tetap menahan amarahnya. Setelah melihat Luhan pergi, Minseok keluar dari toilet. “Maaf Kris kau pasti lama menunggu ku. Lebih baik kita segera kembali ke kelas.” Minseok berjalan mendahului Kris kembali ke kelas dengan perasaan bertanya-tanya.


Tbc………...

1 komentar:

  1. Cerita yg sangat menarik, saya berharap anda bisa terus menulis cerita yg luar biasa lagi kedepanya.terimakasih sudah menghibur banyak pembaca dg cerita anda

    BalasHapus